Wartawan Indonesia Pelajari Sapi di Australia
Sejumlah wartawan dari Indonesia terlihat mengintari padang rumput hijau di kawasan peternakan Gippsland, Victoria, Australia. Mereka sedang mengikuti program untuk mempromosikan hasil peternakan negara bagian Victoria di Australia.
Program khusus wartawan, yakni Victorian Grass-Fed Meat Visiting Journalist Program milik pemerintah Victoria, bertujuan untuk mempromosikan manfaat kesehatan dan kualitas dari daging sapi yang diberi pakan rumput di media di Indonesia.
“Kami melakukan paddock-to-plate [dari peternakan ke piring makan] secara keseluruhan,” kata Paul Crock dari Gippsland Free Range Farm.
“Kami mengajak mereka melihat sapi di peternakan, menunjukkan kepada mereka spesies yang berbeda, dan kemudian saya mengajak mereka terjun langsung untuk mendorong gundukan rumput dan membuat tangan mereka kotor,” katanya.
“Kemudian kami mengundang chef dari restoran di Melbourne, Alejandro Saravia. Ia memasak produk daging kami dan menyajikan semuanya ke atas piring, agar mereka bisa belajar ceritanya dan benar-benar mendapatkan pemahaman yang jelas.”
Riset menunjukkan menu di sejumlah restoran dan hotel di Indonesia menawarkan daging dari sapi yang diberi makan biji-bijian dan gandum atau grain-fed, dengan produk standar diekspor dari negara bagian New South Wales, Queensland dan Amerika Serikat. Padahal dengan harga yang sama bisa mendapatkan daging dari sapi yang diberi pakan rumput atau grass-fed dari negara bagian Victoria dengan kualitas lebih tinggi.
Paul percaya dengan mendidik konsumen Indonesia yang berpenghasilan tinggi, soal manfaat daging dari sapi dengan pakan rumput dapat membalikkan tren ini.
“Kami mengembangbiakkan dan merawat ternak,” katanya.
“Di situlah kita bukan hanya pedagang daging, tidak sekedar hanya menjual daging. Kami menjual seluruh cerita hingga selesai.”
Para wartawan asal Indonesia tersebut sepertinya telah paham maksud dari program ini.
“Sangat menarik saat melihat orang-orang begitu peduli dengan produk makanan dan bagaimana hewan tersebut diperlakukan,” kata Ian Wongso, kepala konten di sebuah situs di Jakarta, JKTGO.com.
“Daging sapi yang diberi makan rumput … saya tahu lebih sehat.”
“Tidak banyak lemak yang tebal di dagingnya … semuanya murni hanya daging dan Anda bisa merasakan lemak hanya di lapisan samping, bukan di lapisan tengah daging. Jadi sebenarnya sangat bagus.”
Ian mengatakan budaya konsumen di Indonesia sudah berubah.
“Di Jakarta, orang tidak terlalu peduli dengan apa yang mereka makan. Kami tidak mendapatkan banyak informasi tentang asal daging,” katanya.
“Tapi bisa dikatakan sekarang warga Indonesia lebih menuntut makanan yang lebih menarik.”
Petrus Gandamana, penulis panduan restoran dan kafe pun setuju dengan Ian.
“Ada pergeseran konsumsi yang sangat penting di Indonesia,” katanya.
“Gaya hidup lebih sadar pada kesehatan.”
“Daging dari sapi dengan pakan rumput ini sangat penting untuk pasar premium, dan menurut saya masyarakat Indonesia, mulai dari yang berpendapatan menengah siap untuk jenis daging ini.”
Bagi Raynette Suwarno, wartawan dari sebuah majalah perempuan Femina tantangannya saat ini adalah menyampaikan pesan lingkungan kepada konsumen di kota-kota Indonesia, yang padat penduduknya.
“Ternak di sini lebih sehat dan juga terlihat lebih bahagia karena mereka bebas berkeliaran dan makan rumput secara natural,” katanya.
“Jadi saya pikir, lebih baik untuk sapinya dan juga bagi manusia yang memakannya.”
“Ini sangat penting karena kita juga harus peduli terhadap lingkungan, memastikan bahwa kita memperlakukan hewan dengan benar.
“Di Gippsland, lahannya sangat hijau dan semuanya indah, dengan pohon-pohon dan sapi juga domba yang berkeliaran.
“Saya merasa seperti berada di planet yang berbeda.”
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 4/07/2017 pukul 12:30 AEST dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca disini.