Warga Australia Ajak Pencari Suaka Liburan Bersama
Sejumlah warga Australia mengajak pencari suaka berlibur melihat keindahan alam, berolahraga, dan bersenang-senang. Liburan diharapkan membantu melupakan kecemasan dan ketidakpastian terkait visa mereka.
Kegiatan ini dilakukan oleh organisasi Home Among the Gum Tree, yaitu kelompok yang menjembatani pencari suaka dan penduduk Australia di pedesaan.
Warga Australia Katherine Stewart mengamati keceriaan anak-anak Australia dan Srilanka saat bermain di Sungai Hopkins, yang terletak di negara bagian Victoria. Mereka melompat ke dalam sungai, mendayung perahu canoe dan bermain air.
Ia dan keluarganya telah dua minggu menjadi tuan rumah bagi keluarga muda pencari suaka asal Srilanka dan dua laki-laki muda yang juga pencari suaka.
Selama dua minggu itu, mereka berjalan-jalan ke berbagai tempat di Australia untuk melihat alam dan satwa. "Mereka tertarik melihat emu, koala, kangguru. Kita banyak berenang, berjalan-jalan di Great Ocean Road melihat pemandangan indah. Kita melakukan hal-hal yang amat mungkin kita lakukan dengan tamu lain," cerita Stewart.
Awalnya, ia khawatir tentang masalah bahasa. Namun, ternyata itu tidak menghalangi terbentuknya jalinan keakraban.
Di balik keceriaan itu, ada awan hitam yang senantiasa menghantui, yaitu ketidakpastian visa para pencari suaka. Hal ini makin mengkhawatirkan Stewart setelah ia merasa makin dekat dengan mereka.
"Mereka melalui liburan yang menyenangkan. Orang-orang yang sudah pergi minggu lalu begitu menyukai Warrnambool [VIctoria] dan penduduknya yang ramah, mereka bilang 'kami ingin sekali tinggal di sini' tapi, dari pembicaraan saya dengan mereka, saya tahu mereka tak punya kepastian itu. Mereka tak tahu apakah visa sementara mereka akan diperpanjang atau diperbaharui, atau apakah mereka akan dikirim pulang," tutur Stewart.
Keluarga Stewart, dan juga sejumlah warga Warrnambool lainnya, memutuskan untuk menjadi tuan rumah bagi sejumlah pencari suaka Srilanka yang saat ini tinggal di Australia dengan visa sementara agar bisa membantu orang-orang yang mereka anggap termarjinalkan.
"Kami pikir baik bila kami melakukan sesuatu yang positif, untuk menunjukkan bahwa seharusnya ada lebih banyak kepedulian yang diberikan pada orang-orang yang telah mengalami kesulitan yang begitu besar. [Melakukan] sesuatu yang langsung memberi dampak positif, tidak seperti menulis surat kepada para politisi ibarat membenturkan kepala kami ke tembok," katanya.
Bagi Nalim dan keluarganya, yang merupakan pencari suaka, ini adalah liburan pertama mereka sejak tiba di Australia.
"Saya sangat senang, istri, anak saya, tenang dan bahagia," ucap Nalim.
Warga Warrnambool lain, Damien Webster dan keluarganya, mengaku amat senang saat menjadi tuan rumah bagi tiga laki-laki muda dari Srilanka. Ia bercerita bermain musik bersama para pemuda itu.
"Mereka bernyanyi di rumah dan memasak kari yang membuat saya menangis. Kita pergi memancing dan berjalan-jalan ke Port Fairy," ucapnya.
Webster menyatakan bahwa mereka akan bertukar nomor telepon dan Ia berharap para pemuda itu datang berkunjung lagi.
Nila (10 tahun) dan Rishi (13 tahun) lahir di Australia, tapi orang tua mereka berasal dari Srilanka. Mereka senang mendapat teman baru, yaitu Danu dan Trisha dari Srilanka, yang seumur dengan mereka.
Nila mengaku sedih karena teman-teman barunya akan pergi. Ia bercerita telah belajar beberapa kata dalam bahasa Tamil dan juga belajar tentang budaya Srilanka.
Rishi berkata bahwa, setelah pengalaman ini, ia merasa selama ini orang-orang salah memahami para pencari suaka, dan sedih mendengar apa yang telah dialami teman-teman barunya.
"Mereka melalui banyak hal yang seharusnya tidak dialami anak-anak," katanya.
Sedangkan Nila berkata bahwa pengungsi seharusnya disambut baik di Australia. "Kita berharap bisa mendukung lebih banyak orang, dan berharap mereka tidak merasa sakit, atau sejenisnya," katanya.