Warga Aborigin Menangkan Gugatan Kepemilikan Gedung Bersejarah di NSW
Dewan Tanah Adat Aborigin Deerubbin di Sydney Barat memenangkan gugatan hak kepemilikan atas gedung penjara tertua di Australia, Parramatta Gaol, yang juga merupakan salah satu situs penjajahan paling bersejarah di Australia.
Gugatan hak atas kepemilikan lahan itu diajukan ke Pengadilan Tanah dan Lingkungan pada 2012.
Desember lalu kelompok warga Aborigin Deerubbin berhasil memenangkan klaim mereka atas penjara dan kawasan di sekelilingnya dengan disertai perintah agar Pemerintah Negara Bagian New South Wales (NSW) segera menyerahkan hak kepemilikan lahan itu dalam kurun waktu 24 bulan.
Ketua Dewan Tanah Adat Warga Aborigin Deerubbin (LALC), Kevin Cavanagh mengatakan dia akan segera menggelar pertemuan dengan pemerintah NSW beberapa bulan mendatang mengenai masa depan dari situs tersebut.
"Deerubbin LALC memandang situs Parramatta Gaol sebagai warisan sejarah yang sangat penting dan karenanya kami akan bertemu dengan Pemerintah NSW dalam waktu dekat untuk membahas mengenai penggunaan situs tersebut," katanya.
"Pengadilan Tanah dan Lingkungan memerintahkan agar status kepemilikan lahan dan situs itu segera diserahkan kepada Deerubbin LALC pada tanggal 23 Desember 2016."
"UU Hak Tanah Adat Warga Aborigin tahun 1983 menyediakan mekanisme pengembalian hak ganti rugi tertentu bagi warga Aborigin sebagai bentuk kompensasi atas pencabutan hak mereka di masa lalu termasuk pendudukan tanah mereka yang tidak digunakan untuk pembangunan situs penjara tersebut. "
Penjara Parramatta dibuka pada tahun 1842 dan ditutup penggunaannya pada tahun 2011. Selama masih digunakan, penjara itu digunakan untuk menempatkan beberapa penjahat paling terkenal di Australia termasuk Arthur 'Neddy' Smith dan tokoh mafia kejahatan George Freeman.
Sebelum penjara itu dibangun tanah tersebut merupakan lokasi penting bagi pemilik tanah adat di Parramatta yaitu warga Aborigin Darug.
Kepala Otoritas Tanah Adat Aborigin NSW, Roy Ah-See mengatakan beberapa komunitas tidak setuju dengan keputusan pengadilan, namun meyakini kalau kemenangan klaim kepemilikan tanah dari situs bersejarah itu merupakan sesuatu yang sudah lama mereka tunggu.
"Menurut saya ini kemenangan untuk semua, dan ini merupakan contoh yang bagus bagaimana UU kita bisa mulai memberikan kompensasi kepada kita warga Aborigin sejak pengambilalihan kepemilikan lahan itu pada tahun 1788."
Hingga kini otoritas setempat belum rampung memutuskan masa depan situs penjara tertua di Australia tersebut. Lantaran rehabilitasi bangunan penjara bersejarah itu diperkirakan akan menelan biaya yang cukup besar yakni $500,000 atau sekitar Rp5 miliar. Sementara pembangunan kembali bisa menambah beban anggaran hingga $100 juta.
Dewan bisa saja menggunakan lahan dibelakang bangunan bersejarah itu sebagai lokasi pemukiman warga untuk menutupi biaya tersebut, namun tampaknya opsi ini sulit dilakukan karena daerah itu sudah tercemar asbestos dan kawasan itu merupakan situs purbakala yang banyak menyimpang artefak kuno berusia lebih dari 2 abad.
Anggota parlemen dari Parramatta, Geoff Lee mengatakan pilihan terbaik bagi dewan adalah mengalihkan pemeliharaan situs itu kepada Pemerintah Negara Bagian karena akan menjadi lokasi yang bagus untuk pertunjukan seni dan budaya.
"Memang ini masih sekedar gambaran awal saja, tapi saya sangat ingin melihat tempat ini dijadikan lokasi pertunjukan seni dan budaya,"
"KIta bisa menjadikan penjara ini sebagai tempat ikonik, dimana orang-orang berdatangan kemari untuk sekedar berkeliling melihat kondisi penjara itu dan membuatnya terbuka untuk publik."