ABC

Tumbuhnya Pariwisata di Phuket Tingkatkan Jumlah Anak Miskin Telantar

Pekerja perlindungan anak di Thailand mengungkapkan, industri pariwisata Phuket yang terus tumbuh menyebabkan peningkatan jumlah anak laki-laki dan perempuan yang perlu diselamatkan dari kemiskinan.

"Permintaannya saya yakin semakin tinggi dan tinggi," ungkap Vilaiwan Dienel, seorang direktur di Yayasan ‘Phuket Sunshine Village’.

"Para orang tua semakin miskin dan mereka tak bisa menyokong anak-anak mereka -terutama pada saat krisis ekonomi," sambungnya.

Yayasan yang berada di Koh Sireh, yang terletak di balik pantai dan destinasi wisata terkenal di Phuket, ini mengurus hingga 100 anak dari usia 2-18 tahun.

Anak-anak yang kehilangan orang tua mereka, dibesarkan oleh yayasan ‘Phuket Sunshine Village’. (Foto: Yayasan Phuket Sunshine Village)
Anak-anak yang kehilangan orang tua mereka, dibesarkan oleh yayasan ‘Phuket Sunshine Village’. (Foto: Yayasan Phuket Sunshine Village)

Pariwisata telah menjadi industri terbesar di kawasan ini, didorong oleh lebih dari 3 juta pengunjung setiap tahunnya. Tapi itu bukan hanya turis asing yang datang ke Phuket.

Warga Thailand dari seluruh negeri datang ke pulau wisata itu untuk mencari pekerjaan, tetapi mereka segera menemukan bahwa industri yang sama yang menciptakan lapangan pekerjaan itu juga mendorong kenaikan harga.

Penduduk setempat mengatakan, harga-harga Phuket setara, jika tak lebih tinggi dari ibukota, Bangkok.

"Pekerja dari daerah miskin lainnya pindah ke Phuket. Mereka tinggal di sebuah kamp dan ketika mereka mulai bekerja di sini, mereka [kadang] tersadar bahwa mereka tak mampu mengurus anak-anak mereka," jelas Vilaiwan.

Itulah yang tercermin pada anak-anak yang saat ini dipelihara oleh Yayasan ‘Phuket Sunshine Village’.

Sementara beberapa anak-anak telah menjadi yatim atau telah diselamatkan dari perilaku kejam, 54 lainnya telah ditinggalkan oleh keluarga mereka, atau memiliki orang tua tunggal yang menafkahi anak kecilnya.

Dampak ekonomi dari pariwisata bukan satu-satunya alasan mengapa yayasan ini mengatakan bahwa semakin banyak anak-anak membutuhkan bantuan di pulau tersebut.

Mereka juga melaporkan bahwa banyak lembaga amal yang pernah ada bagi mereka yang membutuhkan, telah ditutup.

Krisis yatim pasca tsunami

Yayasan Phuket Sunshine Village didirikan pasca bencana tsunami tahun 2004.

Setelah Indonesia, Sri Lanka dan India, Thailand adalah negara yangmenderita korban terbanyak, dengan tingkat kematian orang hampir 5.400 jiwa, 2.800 hilang dan 8.400 lainnya terluka.

"Idenya adalah untuk merawat anak-anak yatim korban tsunami," kata Franco Ferri, direktur lainnya dari yayasan ini.

Franco mengatakan, ada gelombang bantuan internasional untuk Thailand setelah tsunami, tetapi setelah beberapa tahun berlalu, dana itu sudah kering.

"Ada banyak yayasan yang tumbuh subur seperti jamur. Yayasan Phuket Sunshine Village adalah salah satu terakhir yang masih hidup setelah sepuluh tahun," sebutnya.

Ia menerangkan, "Kami memiliki 25 sampai 30 yayasan setelah tsunami. Di pulau ini sendiri, kita berbicara tentang 4 atau 5 yang masih di sini dan beroperasi. Lainnya terpaksa tutup."

Penutupan sejumlah badan amal juga berarti tekanan ekstra bagi badan-badan bantuan lainnya yang tersisa.

Yayasan ini mengatakan, kadang-kadang lembaga mereka menolak orang yang datang mencari bantuan, karena tak memiliki cukup ruang.