ABC

Tony Abbott dan SBY Sepakat Perbaiki ‘Hubungan’

Perdana Menteri Tony Abbott dan Presiden SBY mengungkapkan keyakinan keduanya atas hubungan Australia dan Indonesia yang dapat dipulihkan segera. Pernyataan ini muncul saat keduanya bertemu pertama kali sejak kasus penyadapan mencuat tahun lalu.

Pertemuan PM Abbott dan SBY di Batam dipandang sebagai langkah penting bagi hubungan strategis kedua negara.

Pertemuan keduanya bertujuan untuk memperbaiki hubungan dua negara yang jatuh ke titik rendah, setelah laporan skandal penyadapan terhadap Presiden SBY dan kerabat dekatnya mencuat November tahun lalu.

Pemerintah pusat Indonesia di Jakarta mengatakan skandal tersebut sebagai insiden yang ‘susah dimengerti’ dan menarik Duta Besar mereka dari Canberra, yang baru saja kembali bulan lalu, sembari menunda kerjasama di beberapa sektor.

Kerjasama yang tertunda tersebut meliputi kerjasama di bidang penyelundupan manusia- topik sensitif lainnya yang menimbulkan kekecewaan Indonesia terhadap operasi penolakan pencari suaka yang dilakukan Australia. Sebagian besar pencari suaka tersebut memulai perjalanan dari Indonesia.

Kedua pemimpin negara bertemu secara privat selama sekitar 45 menit di sebuah hotel di Batam, tempat dimana PM Abbott mendarat selama beberapa jam sebelum bertolak ke Perancis.

Menyusul digelarnya pembicaraan dengan SBY, PM Abbott mengakui bahwa ‘ada beberapa isu’ antara Jakarta dan Canberra.

Namun ia melanjutkan, “Saya yakin bahwa Indonesia tengah memikirkan sebuah resolusi, resolusi yang memuaskan kedua belah pihak dan sukses.”

“Kapal yang datang ke Australia, kini, hampir tidak ada, sehingga saya percaya isu ini secara substansial tidak akan mengganggu kembali  hubungan kedua negara,” ujarnya.

“Isu intelijen adalah isu yang saya yakin akan diselesaikan melalui proses yang tengah dijalani oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, yang terhormat Bapak Marty Natalegawa, dan juga Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop,” tambahnya.

PM Abbott lantas menguraikan, “Saya yakin isu-isu yang ada dapat diselesaikan secara baik dan menguntungkan kedua belah negara.”

Perdana Menteri Australia ini juga memuji SBY, seraya menyebut Presiden Indonesia ini sebagai “Negarawan senior” Asia Tenggara dan seorang “Presiden yang luar biasa” serta “Teman baik.”

Di sisi lain, Presiden Yudhoyono menyebut pertemuan keduanya sebagai sesuatu yang ‘produktif dan membangun’.

“Kami sepakat untuk menyelesaikan masalah yang telah mengganggu hubungan bilateral kedua negara dan mencari peluang baru untuk bekerjasama demi kepentingan Australia dan Indonesia,” jelasnya.

Ia mengatakan, “Salah satu poin penting dalam diskusi dengan PM Abbott” adalah soal laporan aktivitas mata-mata Australia, seraya menambahkan bahwa sejumlah regulasi telah disusun untuk memastikan insiden serupa tak akan terjadi di masa mendatang.

SBY meminta agar kode etik kegiatan intelijen disepakati dalam waktu dekat. Indonesia mengusulkan rangkaian regulasi tentang kode etik kegiatan intelijen menyusul insiden penyadapan, dan telah menyerahkannya ke Pemerintah Australia.

Doktrin baru ini berisi beberapa protokol yang mengatur operasi keamanan dan intelijen gabungan atau bahkan melawan satu sama lain.

Meski demikian, belum ada kepastian dari kedua Pemimpin negara terkait kode etik tersebut, apakah sudah benar-benar disepakati atau tidak.

Pertemuan di Batam terjadi sehari setelah Indonesia mengakui bahwa para jurnalis dibolehkan untuk mendengarkan percakapan telepon antara SBY dan Tony Abbott bulan lalu, yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan kedua negara.

Indonesia menganggap peristiwa itu sebagai sebuah kesalahan sementara PM Abbott tidak mempedulikan insiden tersebut.