Timor Leste Gelar Pilpres Hari Ini
Warga Timor Leste hari Senin (20/3/2017) akan mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih presiden baru. Mantan pejuang kemerdekaan Francisco “Lu’Olo” Guterres diperkirakan akan memenangkan piplres tersebut.
Ada tujuh calon presiden lainnya yang akan bertarung untuk menggantikan presiden saat ini Taur Matan Ruak.
Warga Timor Leste di Australia juga bisa memberikan suara.
Di Darwin, Jose Luis Valadares yang memiliki dua warga negara, Timor Leste dan Australia akan memberikan suara untuk pertama kalinya, sejak Timor Leste mencapai kemerdekaan di tahun 1999.
“Ini merupakan perjuangan yang panjang, untuk bisa mendapatkan hak untuk memilih,” katanya.
“Sebagai kepala negara, Presiden bisa berbicara atas nama rakyat, bila ada rakyat yang datang dan mengatakan ‘ kami tidak punya air bersih, kami tidak punya jalan yang bagus, atau sistem layanan kesehatan,” katanya.
Komisi Pemilu Timor Leste melakukan ujicoba, dengan membuka TPS di Darwin dan Sydney, untuk memberikan kesempatan kepada warga Timor yang tinggal di Australia untuk memberikan suara tanpa harus kembali ke Dili.
Lu’Olo calon presiden dari Partai Fretilin mengatakan yakin akan mendapatkan suara lebih dari 50 persen, sehingga tidak perlu ada pemilihan tahap kedua pada bulan April.
“Dia sangat positif, bila melihat jumlah rakyat yang ikut dalam kampanye,” kata juru bicara Lu’Olo Harold Moucho kepada ABC.
Lu’Olo mendapat dukungan dari mantan Perdana Menteri Xanana Gusmao, dari Partai CNRT, yang membentuk ‘pemerintahan persatuan nasional’ dalam koalisi dengan Fretilin.
Presiden yang baru akan menggantikan Taur Matan Ruak, yang diperkirakan akan mencalonkan diri dalam pemilu parlemen bulan Juli mendatang, dengan partai barunya People’s Liberation Party.
Minta pemilihan diperluas
Egas Alves dan putrinya yang berusia 20 tahun, Deci juga akan memberikan suaranya dari Darwin.
“Sekarang bagus sekali bahwa warga Timor di luar negeri juga bisa memberikan suara, karena mahal sekali untuk kembali ke sana dan memberikan suara,” kata Alves.
Alves mengatakan dia tiba di Darwin bulan Desember 1994 bersama keluarganya, setelah sebelumnya membantu perjuangan mengirimkan informasi kepada Xanana Gusmao dan para gerilyawan yang bersembunyi di hutan-hutan Timor Timur ketika itu, berjuang melawan Indonesia.
Bagi Alves, keamanan masih menjadi masalah bagi Timor Leste saat ini.
“Saya kira negeri ini sedang menuju ke arah yang benar, karena dua partai besar Fretilin dan CNRT berkoalisi sehingga mereka membangun negeri ini bersama-sama,” katanya.
Valadares mengatakan pemberian suara di Darwin dan Sydney ini harus diperluas sehingga komunitas Timor Leste di Melbourne, Perth dan tempat-tempat lain bisa memberikan suara di tempat masing-masing.
“Mereka tidak bisa melakukannya sekarang, saya berharap mereka bisa melakukannya di masa depan,” kata Valadares.
Diterjemahkan pukul 12: 35 AEST 20/3/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini