Tetua Aborijin Berbagi Cerita di Peringatan Hari Maaf Nasional
Hari Maaf Nasional yang diperingati hari ini di Australia dirayakan dengan sejumlah kegiatan yang bertujuan merefleksikan kembali sejarah perlakuan buruk terhadap warga Aborijin di Ujung Barat New South Wales.
Dewan Perwakilah Pelajar di Broken Hill Selasa pagi (26/5) menyelenggarakan upacara di sekolah mereka, yang turut menampilkan permainan alat musik tradisional khas warha Aborijin didgeridoo.
Di daerah Menindee, para pelajar menyalakan lilin yang akan tetap dibiarkan menyala selama pekan rekonsiliasi berlangsung minggu ini.
Kepala Sekolah Menindee Pusat, Daryl Irvine mengatakan kerusakan akibat kebijakan pemerintah dahulu masih sangat tetap dirasakan oleh kalangan keluarga warga Aborijin setempat.
"Mereka masih merasa sangat emosional ketika menghadiri upacara seperti pada Hari Maaf ini, event seperti ini membangkitkan kenangan dan cerita-cerita mengenai perlakuan buruk yang dialami keluarga mereka," katanya.
"Pada tahap ini kita akan mengundang wakil dari masyarakat Aborigin di Menindee, yang akan hadir untuk menerima permintaan maaf atas nama pemerintah dan kebijakan pemerintah di masa lalu dan mereka juga akan membantu menyalakan lilin yang akan terus menyala selama sepekan di serambi sekolah," katanya.
Irvine mengatakan upacara ini akan diikuti oleh kegiatan diskusi di kelas yang akan merefleksikan perasaan pribadi para siswa mengenai Hari Maaf ini.
"Acara diskusi ini diadakan pada pagi hari dan menjadi hal baru dalam memperingati Hari Maaf, udara pagi yang dingin semakin menambah rasa khusyuk dan penghormatan kami, " katanya.
"Kami berhenti sesaat untuk mengheningkan cipta selama satu menit dan menaikan bendera setengah tiang,"
"Ketika kembali ke ruang kelas, staf sekolah diajak bergabung untuk berdiskusi mengenai perasaan dan makna Hari Maaf ini untuk mereka".
Hari Maaf Nasional merupakan event tahunan yang diselenggarakan di Australia setiap tanggal 26 Mei, sejak tahun 1997. Event ini bertujuan untuk mengingat dan mengenang penganiayaan yang dilakukan warga pendatang Eropa kepada penduduk asli di benua Australia.
Seperti diketahui, selama abad ke-20, kebijakan pemerintah Australia telah melahirkan apa yang disebut sebagai "Generasi yang dicuri" dimana anak-anak Aborigin dipisahkan, sering secara paksa, dari keluarga mereka untuk tujuan agar dididik dan diubah menjadi warga kulit putih Australia.
Tanggal 26 Mei ini memiliki makna yang besar bagi Generasi yang dicuri dan bagi masyarakat Aborigin dan Torres Strait Islander maupun warga non-pribumi Australia pada umumnya, karena pada tanggal 26 Mei 1997 laporan mengenai masalah ini berjudul "Bring Them Home' diajukan di Parlemen.
Peringatan tahunan ini mengingatkan dan meningkatkan kesadaran di kalangan politisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas tentang pentingnya kebijakan penghapusan paksa identitas warga Aborijin yang merupakan penduduk asli benua Australia oleh pendatang Eropa dan dampaknya terhadap anak-anak yang diambil paksa tersebut serta dampaknya pada keluarga dan masyarakat.