Tanggapan Industri Pengolahan Daging di Australia Terkait Visa 457
Para manajer dari dari pengolahan daging di Queensland menyatakan politisi Australia, dari pemerintah maupun oposisi, seharusnya fokus pada urusan pencari kerja lokal daripada sibuk memperketat persyaratan bagi para pekerja asing.
Komentar itu disampaikan menyusul pengumuman Pemerintah Australia mengenai para pemegang Visa 457 yang habis masa kontrak kerjanya mulai hari Sabtu hanya diperbolehkan tinggal di negara ini selama 60 hari bukan lagi 90 hari seperti sebelumnya.
Perubahan dilakukan setelah terjadinya perdebatan sengit di Parlemen, dimana Pemimpin Oposisi Bill Shorten menyarankan perlunya pembatasan ketat Visa 457.
Anggota DPR Australia George Christensen dari Partai LNP turut meramaikan perdebatan ini di saat dia menyerukan perlunya larangan pekerja terampil dari negara lain untuk wilayah Queensland tengah dan utara.
Selama booming industri pertambangan, para pekerja dengan Visa 457 sangat dicari, terutama untuk pengolahan daging, namun sudah menurun sejalan dengan menurunnya pula industri pertambangan.
Manajer Oakey Beef Eksports Pat Gleeson mengatakan hanya sekitar 15 persen dari karyawannya yang merupakan pemegang visa.
Dia percaya kedua sisi politik perlu berfokus pada urusan pencari kerja lokal daripada memperketat syarat pekerja asing.
“Ketika booming pertambangan sedang pada puncaknya, kita tak akan bertahan tanpa mereka [pekerja asing],” kata Gleeson.
“Saya bisa katakan mereka yang kami pekerjakan 10 tahun lalu, sebagian besar sekarang sudah jadi warga negara Australia … Mereka bertahan bersama kami, mereka menikmati bekerja untuk kami dan mereka adalah bagian dari perusahaan,” tuturnya.
“Terkait upaya mengurangi jumlah mereka sekarang, saya tidak punya masalah secara pribadi. Tapi pemerintah perlu melihat akar penyebabnya mengapa kita masih tetap mendapatkan banyak pekerja dari luar negeri,” kata Gleeson.
Gleeson menyarankan untuk mendorong lebih banyak warga lokal masuk ke dunia kerja, perlu adanya ketegasan terhadap warga lokal yang menyalahgunakan sistem kesejahteraan.
“Saya kembali ke akar masalah terkait kesejahteraan dan kemudahan tunjangan kesejahteraan dan penipuan sistem kesejahteraan,” katanya, “Jika Anda ingin menertibkan hal ini, maka seharusnya lihatlah program Visa 457.”
“Ini era tunjangan. Sampai Pemerintah serius tentang hal itu, saya tidak tahu bagaimana nanti jadinya,” ujar dia.
“Saya ingin Pemerintah proaktif mengejar para penipu sistem kesejahteraan ini … Pernah suatu waktu pekerjaan itu adalah pekerjaan. Tapi sekarang kita dengar pola pikir ‘pekerjaan ini bukanlah yang saya inginkan’,” tambahnya.
Menodai reputasi Australia
Sementara itu, Rachel Mackenzie dari Growcom mengatakan pembicaraan dan perdebatan sekitar Visa 457 memperparah kerusakan reputasi Australia sebagai tempat yang ramah bagi pekerja asing.
“Seringkali backpackers adalah mereka yang datang kembali sebagai wisatawan berduit di usia paruh baya, membawa anak-anaknya dan membelanjakan banyak uang,” katanya.
“Pada dasarnya kita mengatakan ‘Kami hanya ingin memanfaatkan Anda sebagai sapi perah dan tidak tertarik pada nilai yang Anda berikan’,” kata Mackenzie.
Namun, dia membedakan antara pekerja backpackers dan pemegang Visa 457.
“Saya kira kita harus berhati-hati memisahkan keduanya, karena masalahnya sangat berbeda,” kata Mackenzie.
“Visa working holiday dan backpackers cenderung untuk melakukan pekerjaan keliling, sangat musiman, dan jangka pendek … sehingga bisa sangat sibuk kemudian sama sekali tidak ada kerjaan,” tuturnya.
“Visa 457 sama sekali berbeda. Industri kita tidak memiliki kapasitas untuk memanfaatkan mereka disebabkan oleh berbagai aturan ketat terkait hal ini,” kata Mackenzie lagi.
Diterbitkan Pukul 16:00 AEST 17 November 2016 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di sini.