Susahnya Cari Kerja di Australia, Apakah Kuliah Lagi Ide yang Bagus?
Di tengah ketidakpastian ekonomi dan ancaman akan banyaknya pengangguran, banyak anak-anak muda di Australia yang memilih untuk sekolah lagi.
Hal ini terlihat dari meningkatnya pendaftaran program pascasarjana, yakni S-2 dan S-3, di beberapa universitas di Australia Barat.
Seperti yang terjadi di University of Western Australia, Notre Dame, dan Curtin University di kota Perth, dimana jumlah pendaftaran siswanya meningkat 34 persen dari tahun lalu.
Salah satu mahasiswa di Australia Barat yang melanjutkan studinya adalah Cameron Carr.
Sebelumnya ia berharap jika di tahun 2020. dirinya akan langsung memulai berkarir di industri media setelah lulus kuliah.
Namun, pandemi COVID-19 telah menimbulkan kekacauan ekonomi bagi banyak pihak, termasuk organisasi media,
Cameron yang pernah memiliki pengalaman menjadi relawan di majalah universitas kini harus menunda rencananya untuk bekerja.
Sebagai gantinya pria berusia 21 tahun memutuskan untuk kuliah lagi, sampai rela untuk meminjam uang dari Pemerintah Australia, melalui program ‘HECS-HELP’.
“Saya tidak pernah berpikir untuk kuliah lama-lama,” kata Cameron.
“[Namun] daripada tidak melakukan hal yang dapat membantu mengembangkan karier selama satu tahun, saya pikir meneruskan kuliah adalah pilihan terbaik.”
Hal yang sama juga dilakukan Brook Lewis, mahasiswa jurusan ekonomi dan perdagangan, yang sebelumnya tidak berencana untuk kuliah lama-lama.
Tadinya setelah lulus di bulan Oktober lalu, Brook ingin langsung bekerja.
“Tidak ada orang yang dengan mudah mengambil keputusan untuk membayar $30,000 (Rp290 juta), $40,000 (Rp386 juta), $50,000 (Rp483 juta) untuk kuliah setahun atau dua tahun” katanya.
“Tapi, melihat arah tujuan karier saya, industrinya, dan kondisi saat ini, jadi masuk akal untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk kuliah.”
‘Bukan keputusan baik’
Penelitian dari ‘Centre for Social Impact’ di Australia menyarankan mahasiswa di tahun terakhir untuk melanjutkan kuliah, agar lebih mudah menembus pasar kerja di saat akan banyak kesempatan.
Namun, ahli ekonomi Conrad Liveris mengatakan selain biayanya yang mahal, di beberapa bidang pekerjaan, sebenarnya studi lanjutan juga tidak diperlukan.
“Keputusan untuk melakukannya betul-betul harus dipikirkan baik-baik. Apakah gelar yang didapatkan nantinya akan membuka peluang karier masa depan?”
Menurutnya, meskipun kini Pemerintah menawarkan banyak potongan harga, uang kuliah di Australia masih relatif mahal, yaitu di kisaran AU$20,000 (Rp193 juta) sampai AU$50,000 (Rp483 juta) untuk program S2 atau S3.
“Hal lain yang harus jadi pertimbangan adalah waktu, selain dari pengorbanan emosi dan tenaga,” tambah Conrad.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia