Sudah Waktunya Aturan Puasa Sebelum Operasi Ditinjau Kembali
Pakar anastesi di Australia dan Selandia Baru menilai aturan berpuasa dan tidak menkonsumsi makanan tertentu sebelum pasien menjalani operasi perlu direvisi.
Organisasi pakar anastesi Australia dan Selandia Baru (ANZCA) menggelar pertemuan tahunan khusus mereka di Tasmania akhir pekan kemarin.
Presentasi yang disampaikan seorang pakar anastesi dari Armidale, New South Wales, Dr David Rowe, mempertanyakan kembali pedoman yang berlaku saat ini yang mewajibkan pasien berpuasa di pagi hari sebelum menjalani operasi.
"Standar aturan tidak boleh mengkonsumsi cairan apapun 6 jam sebelum menjalani operasi dan dua jam untuk cairan tertentu yang banyak dipraktekan kebanyakan berujung dengan kecelakaan, pasien kebanyakan tidak mengkonsumsi kalori selama 12, 13, 14 jam,"
Menurutnya tubuh pasien yang menjalani operasi memerlukan energi agar bisa pulih dari operasi yang invasif.
"Jika Anda telah kehabisan simpanan karbohidrat, yang akan Anda alami setelah sekitar 12 sampai 14 jam, tubuh Anda akan mulai memecah jaringan untuk membebaskan sumber energi alternatif, sehingga otot akan melepaskan protein dan lemak, "katanya.
"Ini merupakan jaringan tubuh yang perlu dipulihkan oleh tubuh dan ditumbuhkan kembali segera setelah ahli bedah melakukan pembedahan di tubuh pasien."
"Jadi secara logika aturan puasa itu tidak tepat,"
Dr Rowe mengatakan dalam konferensi tersebut kalau pasien mengaku tidak terlalu lapar, haus, sakit kepala dan mual ketika mereka tiba di ruang operasi dalam keadaan diperbolehkan memakan asupan nutrisi dalam bentuk yang jelas, seperti cairan kaya karbohidrat, dua jam sebelum menjalani anestesi.
Menurutnya tersedia cairan yang jelas dari farmasi yang "terlihat dan rasanya seperti sari jeruk".
Dr Rowe dan koleganya diperkenalkan dengan minuman karbohidrat, yang mereka anjurkan kepada pasien untuk dikonsumsi dua jam sebelum menjalani anestesi.
Menurutnya perubahan ini membuahkan hasil yang positif.
"Pasien mengatakan, 'Terima kasih, saya merasa jauh lebih baik kali ini," katanya.
Dr Rowe mengatakan pedoman di dunia medis sering tidak ditaati karena "paranoia" dan kurangnya pengetahuan di antara staf medis.
"Mereka paranoid akan melakukan hal yang salah, mereka berpikir, 'lebih baik saya tidak melakukannya dari pada saya memberikan Anda hal yang salah dan akan membuat jadwal operasinya tertunda," katanya.
"Ada persepsi kuat di antara para staf perawat dan mungkin beberapa ahli bedah juga.
"Saya berpikir bahwa kita telah kehilangan kendali atas pesan itu, dan kita telah membiarkan hal-hal semacam ini menjadi disederhanakan.
"Tantangannya adalah kita harus mencoba dan menjalani pesan sederhana tapi kualitas pesan itu lebih baik."