Rusia Masih Diam Soal Finlandia Bergabung Nato, Akankan Swedia Menyusul?
Saat bendera biru-putih Finlandia berkibar di luar markas NATO Selasa kemarin, perbatasan darat aliansi militer NATO dengan Rusia bertambah sepanjang 1.340 kilometer menjadi 2.500 kilometer.
Ini merupakan pukulan telak bagi Presiden Rusia Vladimir Putin, yang sejak lama mengeluhkan ekspansi NATO ke Rusia, menjadikannya alasan invasi ke Ukraina.
Perkembangan strategis dari bergabungnya Finlandia dengan NATO sebagai negara anggota ke-31, memicu kekhawatiran tentang "tindakan balasan" dari Rusia.
"Presiden Putin berperang melawan Ukraina dengan tujuan untuk mengurangi NATO," ujar Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
"Dia justru mendapatkan kebalikannya."
Tembok dan militer yang kuat
Diserang oleh tetangga raksasanya Uni Soviet pada tahun 1939, Finlandia tetap berada di luar NATO selama era Perang Dingin.
Sekarang keanggotaannya membawa militer yang kuat ke dalam aliansi dengan kekuatan 280.000 dan salah satu gudang artileri terbesar di Eropa.
Masalah geografis NATO dengan celah besar di wilayah Laut Baltik di Eropa utara juga turut terpecahkan.
Profesor Matthew Sussex, peneliti dari Australian National University, menjelaskan bergabungnya Finlandia merupakan dukungan besar bagi NATO.
Karena perbatasan dengan Rusia berada di garis lurus tanpa sungai atau danau, Profesor Sussex memperkirakan Finlandia akan semakin memiliterisasi daerah tersebut.
Bahkan dia menyebutkan negara itu mungkin akan membangun tembok di perbatasan dengan Rusia.
"Mungkin dengan kawat berduri dan pos penjagaan," ujarnya.
Finlandia selama ini menjaga keamanan dengan patroli di daerah yang populasinya tidak banyak untuk menghentikan warga yang melintasi perbatasan secara ilegal dari Rusia.
"Sekarang tampaknya hal itu akan ditingkatkan. Perbatasan ini akan menjadi semacam benteng," kata Profesor Sussex kepada ABC News.
Tidak ada pasukan NATO di Finlandia
Berbagi perbatasan timur dengan Rusia, negara Nordik ini mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO tak lama setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
"Sampai sekarang, kami membela negara kami sendiri," kata Menteri Pertahanan Finlandia Antti Kaikkonen.
"Mulai sekarang, kami dapat mengandalkan bantuan dari luar jika keadaan menjadi sulit. Dan tentu saja kami siap membantu jika ada negara anggota dalam kesulitan," katanya.
Komandan militer senior NATO Laksamana Rob Bauer mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Finlandia sejauh ini belum meminta kehadiran pasukan NATO di wilayahnya.
Tapi seperti semua anggota NATO, Finlandia akan mendapat manfaat dari jaminan keamanan kolektif.
Menurut ketentuan Pasal 5 NATO, pertahanan kolektif menganggap serangan terhadap satu anggota sebagai serangan terhadap semua anggota.
Rusia masih menahan diri
Meskipun NATO sesumbar pihaknya tidak menimbulkan ancaman bagi Moskow, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan"mereka kini dipaksa untuk mengambil langkah-langkah militer-teknis dan pembalasan lainnya".
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga menunjukkan Rusia tidak memiliki sengketa wilayah dengan Finlandia.
Rusia diperkirakan akan memperkuat kapasitas militernya di wilayah barat dan barat laut sebagai tanggapan atas bergabungnya Finlandia dengan NATO.
Para pejabat NATO mengatakan Perang Ukraina telah melemahkan pasukan Rusia, namun aliansi ini tetap memantau bagaimana tanggapan Rusia selanjutnya.
Sebelumnya Swedia telah mengajukan permohonan bersama untuk bergabung ke NATO dengan Finlandia pada Mei 2022.
Profesor Sussex menyebutkan reaksi Rusia sejauh ini masih bisa teredam.
"Mungkin karena mereka [Rusia] menyadari bahwa invasi Ukraina sebenarnya membawa perluasan NATO," katanya.
Menanggapi bantuan negara Barat mempersenjatai Ukraina, pihak Rusia telah mengisyaratkan risiko penggunaan senjata nuklir dalam perang.
Bulan lalu Rusia menyatakan akan menempatkan senjata nuklir taktis di negara tetangga Belarusia.
Apakah Swedia akan menyusul?
Masuknya Finlandia ke NATO tetap menjadi momen pahit bagi aliansi karena diharapkan Swedia dapat bergabung pada saat yang sama.
Tindakan pertama Finlandia sebagai anggota baru adalah mendukung tawaran Swedia.
Turki dan Hungaria tetap bertahan tidak menerima setelah sebelumnya menunda menyetujui tawaran dari Finlandia.
Swedia telah mengecewakan pemimpin Hungaria Viktor Orban, salah satu sekutu terdekat Putin di Eropa, dengan mengungkapkan kekhawatiran atas supremasi hukum di Hungaria.
Negara yang selama ini dikenal netral itu juga membuat marah Turki dengan menolak mengekstradisi puluhan tersangka yang diduga terlibat kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan tahun 2016.
Diperkirakan Turki tidak akan meratifikasi permohonan Swedia bergabung dengan NATO sampai setelah pemilu di negara itu pada 14 Mei mendatang.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News yang selengkapnya dapat dibaca di sini.