Ratusan Paus Terdampar di Perairan Tasmania, Hanya 88 Ekor yang Selamat
Sebanyak 460 ekor paus terdampar di beberapa lokasi dekat Macquarie Heads, sekitar 190 kilometer dari Hobart, Tasmania. Peristiwa ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah pendamparan di Australia.
Di antara jumlah tersebut, hanya 88 yang sudah berhasil diselamatkan sementara 380 ekor mati dan beberapa lainnya masih terdampar dan dalam keadaan kritis.
“Jika mereka masih hidup dan tergenang air, masih ada harapan,” ungkap manajer regional ‘Parks and Wildlife Tasmania’ Nic Deka, Rabu malam.
“Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menjadi semakin lelah dan kemungkinan bertahan hidupnya berkurang.”
Karenanya, usaha penyelamatan difokuskan pada paus yang memiliki kemungkinan terbesar untuk hidup.
Usaha tersebut dilakukan oleh petugas dengan menarik hewan tersebut ke perairan dalam ke mana mereka dilepaskan, dengan harapan mereka tidak akan kembali perairan dangkal untuk bersatu dengan rombongan mereka.
Ahli biologi margasatwa Kris Carlyon percaya jika paus yang ditemukan mengelompok di lokasi berbeda-beda, terdampar di saat yang bersamaan.
“Paus jenis pilot dapat bepergian bersama rombongannya yang berjumlah hingga 1.000 ekor … jadi [kelompok dengan ukuran ini] bukan hal yang luar biasa,” kata dia.
Ia dan peneliti lainnya telah menyaksikan paus tersebut “kembali mengelompok dan menunjukkan perilaku normal dan alamiah” setelah dilepaskan.
Namun, tidak diragukan lagi, peristiwa ini akan “menimbulkan rasa stress berat pada hewan tersebut”.
Risiko bagi penyelamat yang tidak berpengalaman
Pejabat berwenang masalah binatang di Tasmania Nic Deka memberikan penjelasan mengenai tuduhan jika mereka menolak bantuan yang ditawarkan oleh warga setempat.
Menurutnya, “peristiwa sebesar ini” harus disertai penanganan yang tepat, dengan cara yang terkoordinasi.
Ia mengatakan, para penyelamat yang sempat berada di perairan dangkal ‘Macquarie Heads’ diawasi dan tidak ada yang mengalami hipotermia atau mengalami penurunan suhu badan.
Mengenai paus yang terdampar dalam kondisi kritis, ahli biologi margasatwa Kris Carylton mengatakan eutanasia atau menyuntik mati mungkin menjadi pilihan.
“Kami belum sampai pada tahap di mana eutanasia dipertimbangkan,” kata dia.
Ia mengatakan mereka hanya memiliki waktu terbatas untuk menyelamatkan paus yang masih bertahan dan misi kemungkinan akan diakhiri beberapa hari ke depan.
Keputusan terhadap bangkai paus
James Tucker dari ‘Marine Science Centre’ Southern Cross University di New South Wales mengatakan terdapat empat pilihan tindakan bagi bangkai paus yang mati.
Pilihan tersebut antara lain adalah menariknya kembali ke laut, menguburnya, meninggalkannya sampai terurai, atau membuangnya di fasilitas pengolahan limbah.
Menurutnya, pilihan untuk mengubur bangkai merupakan pekerjaan yang berat, karena satu paus memerlukan lahan penguburan yang besar.
“Meskipun paus pilotnya ukurannya kecil, tetap saja jumlahnya banyak,” ungkapnya.
Berat paus pilot pun bisa mencapai tiga ton.
“Bila lokasinya memungkinkan untuk meninggalkan banyak bangkai, ini mungkin dipertimbangkan … pilihan paling alamiah adalah untuk meninggalkan paus pada tempatnya sampai teruai,” kata James.
Namun, aksi ini mungkin saja menarik perhatian hiu putih.
Menurutnya, perilaku hiu putih berubah ketika berada di sekitar bangkai paus.
Peristiwa tragis ini namun membuka kesempatan bagi peneliti untuk melakukan tugas mereka.
“Kejadian ini sebenarnya sangat penting bagi penelitian mamalia laut karena jarang sekali kami dapat berinteraksi dengan makhluk ini,” kata James.
“Kami tidak pernah punya kesempatan mempelajarinya, jadi ini adalah sumber daya yang sangat besar bagi peneliti di seluruh dunia.”
Diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.