Produk Australia Diuntungkan Pelemahan Mata Uang AUD
Dalam beberapa tahun mendatang akan terlihat lebih banyak logo ‘Made in Australia‘. Itu karena jatuhnya nilai tukar dolar Australia mendorong kebangkitan industri manufaktur lokal.
Salah seorang yang diuntungkan adalah Ty Hermans, yang mendesain Polyslab yang digunakan untuk produk-produk seperti unit pendingin udara.
“Kami memulainya dengan satu produk plastik kecil yang kami tawarkan ke seluruh dunia,” katanya kepada ABC.
Merancang, memproduksi, dan membawa Polyslab ke luar Australia menjadi landasan bisnis yang jauh lebih besar.
“Melalui proses belajar merancang dan mengembangkan produk, kini kami membantu pelanggan mengembangkan solusi mereka sendiri untuk kebutuhan produk,” kata Hermans.
Kini dia tak hanya memproduksi dan mengekspor produk jadi perusahaannya sendiri ke 130 negara. Dia juga melakukannya untuk perusahaan lain.
Nilai tukar dolar Australia yang berubah merupakan bagian dari kegiatan bisnisnya.
“Ada yang hanya satu atau dua bulan. Ada juga yang sampai 12 bulan,” jelasnya.
“Jadi nilai tukar mata uang dapat berdampak besar pada berhasil atau gagalnya suatu proyek,” tambah Hermans.
Lebih kompetitif
Ketika Hermans memulai usahanya pada tahun 2006, nilai tukar dolar Australia (AUD) berkisar antara 75 dan 80 sen AS.
Nilai tersebut meningkat setelah krisis keuangan global. Namun kini Hermans menikmati manfaat dari nilai tukar 40 sen di bawah angka tersebut.
“Kurang berdampak negatif pada kami dibandingkan mereka yang mengimpor barang-barang jadi. Pelemahan dolar Australia membuat kami lebih kompetitif,” katanya.
Nilai tukar yang lebih rendah bukan hanya kabar baik bagi Hermans.
“Hal ini berpengaruh besar pada kemampuan ekspor ke pasar di Asia,” kata kepala ekonom dari Australian Industry Group, Julie Toth.
“Kita melihat sukses di bidang makanan dan minuman, obat-obatan, kosmetik, perlengkapan mandi dan vitamin,” jelasnya.
Laporan AI Group menunjukkan manufaktur Australia berkembang selama dua tahun berturut-turut.
“Sebagian besar hal ini disebabkan pulihnya pertumbuhan dan khususnya pemulihan ekspor beberapa sektor,” kata Toth.
Nilai tukar yang lebih rendah juga melegakan bagi produsen Australia yang menjual di domestik.
“Ini juga memungkinkan sektor lain memenangkan kembali pangsa di pasar Australia melawan produk impor,” tambah Toth.
Sisi lain dari koin
Sementara eksportir merayakan lemahnya nilai tukar AUD saat ini, para importir alami situasi suram.
Sekitar 20 miliar dolar bahan baku dan barang-barang diimpor ke Australia setiap bulan.
Nilai AUD yang lebih rendah akan menyebabkan impor jadi lebih mahal.
“Dolar Australia mungkin jatuh hampir 10 persen terhadap berbagai mata uang, termasuk renminbi China, Euro dan Poundsterling,” kata David Chuter dari Innovative Manufacturing Co-operative Research Centre.
Chuter mengatakan dampak penuh belum dirasakan oleh importir.
“Saya melihat perusahaan Australia memindahkan kembali produksinya dari China ke Australia sehingga mereka dapat mengekspornya ke AS dari Australia,” tambahnya.
Sementara Ty Hermans berusaha menyesuaikan bisnisnya yang berbasis di Brisbane untuk mendatangkan klien dari Amerika Utara.
“Jauh lebih efektif memproduksi produk-produk tersebut di pabrik kami di Brisbane, daripada memproduksinya di Amerika Serikat,” katanya.
Selain itu, produk yang pernah dibuat di luar negeri kini kembali ke Australia.
“Kami melihat masuknya pelanggan yang ingin membawa pekerjaan manufaktur mereka kembali,” kata Hermans.
“Mereka membawa pekerjaan ini keluar negeri 10 hingga 15 tahun lalu, bahkan tiga hingga empat tahun lalu. Mereka berencana membawanya kembali ke sini untuk diproduksi secara lokal,” tuturnya.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.