Politisi Australia Sebut Deradikalisasi di Penjara tak Efektif
Anggota DPR (House of Representatives) Australia yang juga pakar deradikalisasi Dr Anne Aly menyebutkan teroris garis keras kemungkinannya tidak akan terehabilitasi di penjara.
Hal itu disampaikan Dr Anne Aly menanggapi rencana Pemerintah Australia untuk menyusun aturan perundangan yang akan memungkinkan teroris berbahaya untuk tetap ditahan di penjara meskipun masa hukuman mereka telah usai, sampai mereka dipandang aman untuk dilepaskan kembali ke masyarakat.
Dr Aly yang baru terpilih menjadi anggota DPR dari Partai Buruh dalam Pemilu 2016 ini mengatakan, rencana pemerintah itu cukup baik, namun dia meragukan keberhasilan program deradikalisasi.
“Deradikalisasi di dalam penjara kecil kemungkinannya berhasil sebab Anda berhadapan dengan individu yang telah sangat teradikalisasi,” jelasnya.
“Anda menangani mereka dalam suatu mikrokosmos, di dalam lingkungan terbatas dimana mereka bersama-sama dan saling memperkuat pandangan masing-masing,” tambah Dr Aly kepada ABC.
Perdana Menteri Malcolm Malcolm Turnbull hari ini meminta pemerintah negara bagian untuk mengajukan RUU penambahan masa tahanan.
Jaksa Agung Australia George Brandis menjelaskan akan ada sejumlah langkah pengamanan, termasuk review secara berkala untuk menilai apakah napi bisa dilepaskan kembali ke masyarakat.
“Ungkapan ‘penahanan tanpa batas’ telah sering digunakan, termasuk oleh saya – mungkin yang terbaik untuk berpikir tentang hal ini sebagai penahanan yang diperpanjang – sehingga masa penahanan untuk satu vonis dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang ditetapkan,” katanya.
Penjara Supermax di New South Wales menjadi tempat tahanan banyak orang radikal paling berbahaya di Australia.
Mereka diberi akses ke program tersendiri yang dikenal sebagai Prism, di mana gaya hidup positif dan sehat didorong, keterampilan dikembangkan dan bimbingan agama yang moderat ditawarkan.
Kontra-terorisme Terbaik Libatkan Langkah Lunak dan Keras
Tapi Dr Aly mengatakan dia telah mempelajari program deradikalisasi dalam penjara di seluruh dunia dan keberhasilannya sangat terbatas.
“Saya mendengar beberapa tahanan berbahaya mengaku bahwa mereka sebenarnya tidak di sana untuk terorisme sama sekali, tapi untuk mempraktikkan agama mereka,” katanya.
“Inilah hal yang jika mereka terus memiliki pikiran seperti itu di penjara dan tidak mengubah pandangan ideologis mereka, maka saya pikir kita perlu waspada terhadap fakta bahwa mereka mungkin, jika ada kesempatan, terus mengejar jalan kekerasan,” paparnya.
Dia mengatakan pendekatan yang terbaik untuk menghentikan ekstremisme melibatkan perpaduan tindakan keras dan lunak.
Tindakan keras termasuk hukuman seperti perpanjangan penahanan, tetapi langkah-langkah lunak melibatkan intervensi dini, terutama pada kerisauan anak-anak muda.
“Dalam memberikan dukungan layanan bagi orang tua atau keluarga, dengan konseling, dengan sumber daya yang mereka butuhkan untuk memastikan bahwa anak muda… tidak kembali ke dalam lingkungan dimana mereka dapat dipengaruhi,” katanya.
Juru bicara Partai Buruh urusan Kejaksaan Agung Mark Dreyfus mengatakan usulan undang-undang baru itu akan membutuhkan pemeriksaan dan pengawasan ketat sebelum pihak Oposisi mempertimbangkan apakah akan mendukung atau tidak.
Diterbitkan Pukul 12:30 AEST 26 Juli 2016 oleh Farid M. Ibrahim. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.