Pohon Natal Kontroversial di Hobart Akan Dipasang Sepanjang Tahun
Walikota Hobart mengakui bahwa pohon Natal logam yang menjadi sorotan di kota itu – bahkan pernah disebut pohon paling jelek se-Australia – lebih merupakan karya seni ketimbang sebuah pohon.
Pohon logam rancangan Dewan Kota senilai $ 35.000 (atau setara Rp 350 juta), yang sempat terkenal seantero Australia dua tahun lalu, sekarang akan dipasang di Lapangan Salamanca di kota itu sepanjang tahun.
Dewan Kota Hobart mengumumkan, mereka akan menggunakan kembali karya kontroversial itu untuk perayaan yang berbeda, termasuk perayaan Paskah.
“Saya pikir, pohon ini merupakan karya seni tetapi dengan tetap memasang hiasan bintang di atasnya, pohon itu lebih dikenal sebagai pohon Natal,” kata Walikota Sue Hickey.
"Tentunya ini merupakan salah satu karya seni paling kontroversial yang pernah saya lihat dalam beberapa waktu terakhir. Tapi itulah yang membuatnya sangat istimewa,” ujar Walikota Hickey.
“Pohon ini bisa menjadi pohon serbaguna sekarang. Saya rasa, warga bisa melihatnya digunakan untuk Paskah, Natal, bisa berubah merah muda untuk hari kanker payudara – lampunya bisa berubah untuk berbagai hal yang berbeda,” demikian dikatakan sang walikota.
Dihiasi lampion untuk Imlek
Karya ini sekarang dihiasi dengan lampion merah dan kuning sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek di Hobart.
Master Wang dari Akademi Budha China Tasmania mengatakan, pohon itu adalah perpaduan dua budaya.
“China bergantung pada pertanian untuk mempertahankan negara, dan Tahun Baru Imlek melambangkan awal panen,” katanya, melalui seorang penerjemah.
“Bahkan ketika ini jadi pohon Natal, saya pikir sangat bagus. Kesempatan menghiasnya dengan tema Imlek, menunjukkan penerimaan orang-orang Tasmania terhadap budaya kami,” sambungnya, “Ini bisa menjadi tradisi.”
Pohon itu memicu kontroversi ketika pertama kali dipasang dan wujud terbarunya tak berbeda sehingga banyak muncul komentar negatif di laman Facebook ABC Radio Hobart.
“Bukan, itu bukan seni. Itu hanya sepotong logam dengan lampu biru,” kata seorang warga bernama Sara Melanie Dane.
“Kenapa belum ada yang mengirimkan truk ke pohon ini?” tanya Shane Moore, warga lainnya.
Brian George tak yakin tentang wujud pohon itu: “Pohon Natal ?? Benarkah itu pohon Natal??”
Lynne Cooke dari Asosiasi Pedagang Salamanca adalah salah satu penggemar pohon itu.
“Semua orang sangat tertarik mengomentari pohon itu, kami suka sedikit kontroversi. Saya membaca surat kepada editor di suratkabar. Itu berbeda … tak lagi pohon Natal, tapi pohon untuk semua perayaan,” tuturnya.
Diterbitkan Pukul 10:30 AEST 25 Januari 2017 oleh Nurina Savitri. Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.