PLTN Fukushima telah lebih dua tahun cemari laut
Pihak pekerja PLTN Fukushima, Jepang, mengatakan air terkontaminasi radiasi nuklir kemungkinan telah mencemari laut dari sejak bencana terjadi dua setengah tahun lalu.
Pengawas nuklir Jepang melukiskan kebocoran itu sebagai 'situasi berbahaya'
Pihak pekerja mengatakan kepada ABC, mereka tidak yakin operator PLTN Fukushima, TEPCO, akan mampu menangani situasi tersebut dan menyatakan tak dapat dihindari kemungkinan munculnya musibah lain.
Fujimoto (56), yang menangani dekontaminasi di PLTN itu mengatakan terpaksa menyembunyikan pekerjaan dia sebenarnya, karena khawatir cucu-cucunya akan menjauhi dirinya.
"Kami bekerja di tempat paling berbahaya di Jepang," kata Fujimoto, "Bukan itu saja, saya bekerja 12 jam sehari dan hanya mendapat bayaran sekitar 11 ribu yen perhari." Gaji tersebut sama dengan $125 per shift, atau $10 per jam.
Kata Fujimoto, jika TEPCO sampai tahu bahwa ia berbicara kepada wartawan, dirinya akan menghadapi konsekuensi serius. "Sudah pasti saya akan dipecat. Dan bicara blak-blakan artinya sama dengan tindakan bunuh diri," katanya.
TEPCO telah berusaha menghentikan kebocoran 300 ton air radioaktif setiap hari.
Menurut Fujimoto, pada suatu hari uap keluar dari bangunan Reaktor 3. "Ketika hal itu terjadi, TEPCO sama sekali tidak memberitahu para pegawai. Saya baru mengetahui hal tersebut lewat berita TV di rumah sepulang kerja," jelasnya.
Bukan dia saja satu-satunya pegawai nuklir yang percaya bahwa TEPCO berjuang untuk mengatasi krisis PLTN Fukushima tersebut. Tetapi juga Suzuki, pegawai yang telah 12 tahun bekerja di TEPCO dan mantan pengawas di PLTN Fukushima.
Dia mengatakan, kebocoran air terkontamiasi tersebut telah mencemari Samudera Pasifik mulai sejak 2011
"Saya yakin kebocoran mencemari samudera itu sudah dari sejak awal krisis dua setengah tahun lalu," kata Suzuki.
"TEPCO mungkin tahu hal itu, namun tidak bertindak, karena mereka tidak ingin sampai terjadi protes," begitu tambahnya.
Sementara banyak orang di Jepang khawatir akan terjadi bencana lain di PLTN Fukushima, kesejahteraan buruh tidak sering disinggung.
Menurut Fujimoto, masih ada bangunan-bangunan reaktor yang bisa dimasuki.
"Jadi selalu ada kemungkinan dapat terjadi ledakan lagi, dan jika hal itu sampai terjadi, kami – para pegawai – akan menjadi korban pertama sangat menghawatirkan saya," begitu kata Fujimoto.