Peternak Australia Menunggu Hasil Uji Dari Mana Penyakit Kulit Sapi di Indonesia Berasal
Kepala Badan Karantina Pertanian Ir Bambang MM menyatakan sapi yang diimpor dari Australia oleh pembeli Indonesia kemungkinan besar terinfeksi penyakit kulit menggumpal (LSD) di Australia.
"Perjalanan (kapal ternak) dari Australia paling lama sekitar seminggu. Dengan masa inkubasi 28 hari, kami sangat yakin LSD berpotensi berasal dari sana," kata Bambang seperti dilaporkan kantor berita Reuters.
Ia menjelaskan ada 13 ekor sapi yang dinyatakan positif LSD tak lama setelah tiba di Indonesia antara bulan Mei dan Juli dari delapan kapal ternak berbeda.
Beberapa sapi memiliki benjolan di kulitnya, menandakan mereka telah terinfeksi sebelum tiba di Indonesia.
Selain kulit yang melepuh, virus LSD yang sangat menular juga mengurangi produksi susu sapi yang terjangkit.
Sebelumnya Australia telah menegaskan negaranya sejauh ini bebas LSD.
Pejabat tertinggi bidang kedokteran hewan Dr Mark Schipp menyatakan tidak ada alasan untuk khawatir bagi produsen sapi Australia karena sampai saat ini negara itu tetap bebas LSD.
Indonesia membeli sekitar 56% dari total ekspor sapi hidup Australia pada tahun 2021/22 dengan nilai sekitar A$900 juta (Rp9 triliun).
Tahun lalu lebih Indonesia mengimpor lebih dari 303.000 sapi, sementara impor sepanjang tahun ini sudah lebih dari 153.000 ekor.
Peternak Australia tunggu hasil
Petugas biosekuriti Australia sekarang menguji sapi yang berada di empat fasilitas yang ditangguhkan ekspornya oleh Pemerintah Indonesia. Keempat fasilitas itu tersebar di Northern Territory (NT), Northern Western Australia dan North Queensland.
Salah satu fasilitas yang ditangguhkan terletak di dekat Darwin, menampung sekitar 3.000 ekor sapi.
Sapi-sapi tersebut diperbolehkan untuk dipindahkan dan dijual ke pasar selain Indonesia, namun pemiliknya memutuskan untuk memelihara ternak tersebut sementara waktu demi memenuhi permintaan dari Indonesia.
Dirut Asosiasi Peternak NT Will Evans menegaskan, "apa yang kami alami saat ini akan merugikan sejumlah pihak dan nilainya sangat besar."
"Namun dalam skema lebih luas, sangat penting untuk menjalani hal ini (pengujian ternak) dengan tingkat kemanjuran setinggi mungkin agar dapat membuka kembali fasilitas tersebut," katanya kepada Daniel Fitzgerald dari ABC News.
"
"Ketika Indonesia mengajukan pertanyaan, kita perlu menjawabnya, dan kita harus tanggap terhadap keprihatinan mereka," ujar Will.
"
Jika penyakit LSD ditemukan di Australia, semua ekspor ternak, daging, dan susu sapi akan dihentikan, sehingga berpotensi merugikan perekonomian lebih dari $7 miliar dalam setahun.
Pihak berwenang Australia sebelumnya menyatakan ke-13 ekor sapi yang terdeteksi pengidap LSD kemungkinan tertular oleh serangga setelah tiba di Indonesia, mengingat penyakit itu telah menyebar di sana sejak Maret 2022.
Hasil dari pengujian ternak di empat fasilitas yang ditangguhkan diharapkan sudah diketahui hasilnya pada akhir minggu ini.
Menteri Agribisnis NT Paul Kirby dan Ketua Asosiasi Peternak NT David Connolly bertemu dengan Menteri Pertanian Australia Murray Watt bersama Dr Mark Schipp, hari ini untuk membahas permasalahan ini.
Paul mengatakan serangkaian pengujian telah berjalan di NT sejak pekan ini dan dia berharap perdagangan ternak dengan Indonesia dapat segera dipulihkan kembali.
"Kami sangat berharap dua fasilitas ekspor di NT yang saat ini dilarang mengirim stok ke Indonesia akan segera beroperasi," katanya.
"Kami yakin bahwa pengujian tidak akan meluas lebih ternak-ternak yang ada di kandang ternak ekspor, karena kami akan dapat membuktinya bahwa ada tidak ada insiden dan tidak ada ternak yang terinfeksi," tegasnya.
Perdagangan ekspor ternak Australia saat ini masih berlanjut, ditandai dengan kapal ternak Bison Express yang angkat sauh meninggalkan Pelabuhan Darwin menuju Filipina.
Sebanyak 24 fasilitas ekspor ternak lainnya di seluruh Australia tetap mempertahankan kemampuannya untuk berdagang dengan Indonesia.
Laporan oleh Daniel Fitzgerald, diproduksi oleh Farid Ibrahim untuk ABC Indonesia