Pernah Tidak Digaji Tujuh Bulan, Inilah Kenyataan Pekerja Migran di Australia
Selama tujuh bulan lamanya, Inderjit Kaur bekerja di dapur sebuah restoran Australia.
Ia tidak pernah menerima gaji sepeser pun, meski bekerja 20 jam setiap pekannya.
Tapi alasan ia bertahan dengan pekerjaannya menggambarkan betapa "mengerikan"-nya kasus pencurian upah dan kaitannya dengan masalah sistem migrasi di Australia.
Koki kelahiran India tersebut bergantung pada majikannya yang berjanji untuk memberikan sponsor untuk pengajuan visa kerja terampilnya.
"Mereka bisa membatalkan visa saya," kata Inderjit.
"
''Mereka dapat merusak karier saya."
"
Semakin banyak migran sudah kembali ke Australia, jumlahnya hampir sama dengan sebelum pandemi COVID-19.
Untuk pertama kalinya Indjerit membagikan kisahnya untuk pertama kalinya di media dengan harapan agar orang lain tercegah dari eksploitasi.
Pemerintah federal Australia berusaha merombak sistem migrasi Australia, dan telah memprioritaskan penanganan hak-hak migran.
"Banyak yang terjebak dalam ketidakpastian," kata Menteri Dalam Negeri Australia Claire O'Neil dalam pidatonya pekan lalu, yang juga mengakui sistem migrasi yang rusak dan rumit.
Pengalaman Inderjit menunjukkan bagaimana birokrasi menghambat para migran untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di Australia.
Inderjit dan suaminya, Daljit, asal Punjab, pertama kali ke Australia menggunakan visa pelajar di tahun 2009.
Mereka mengambil pinjaman untuk menempuh pendidikan tinggi di Australia, karena menganggapnya salah satu cara untuk mendapatkan pekerjaan dan izin tinggal permanen di sana.
Inderjit belajar memasak dan bisnis karena mendengar ada banyak lowongan pekerjaan di bidang perhotelan di Australia.
Ia melahirkan dua orang anak saat belajar dan bekerja, hingga akhirnya lulus pada tahun 2016.
Dengan berakhirnya masa berlaku visa pelajar, keduanya harus disponsori oleh majikannya. Ini adalah jalur yang biasanya ditempuh oleh banyak migran agar bisa menetap di Australia.
Pada akhir 2017, Inderjit melihat iklan Google tentang posisi koki di sebuah restoran di kota regional Victoria.
Tempat kerja tersebut dikatakan dapat mengurus dan memberikan sponsor untuk jadi penduduk tetap.
Kemudian mereka pindah ke kota kecil tersebut dan menyewa unit kecil.
Tapi syarat untuk mendapatkan sponsor visa adalah Inderjit harus setuju bekerja secara gratis sementara visanya diproses.
Ia tidak menyangka prosesnya memakan waktu tujuh bulan.
"Saya sangat berterima kasih atas status visa saya dan tidak ingin banyak berdebat," kata Idjerjit.
"
"Keluarga saya dan saya sendiri kesulitan hidup tanpa uang, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa."
"
Akhirnya, visa jenis 457 Indjerit keluar.
Namun majikannya memintanya untuk mengembalikan ongkos visanya untuk mengganti upah yang pada saat itu akan dibayarkan. Ini adalah tindakan ilegal di Australia.
Indjerit menolak permintaan tersebut sehingga dipecat. Ia harus buru-buru mencari pekerjaan baru dalam waktu 60 hari lagi supaya visanya tidak dibatalkan.
"Saya hancur. Benar-benar hancur," kenangnya tentang masa tersebut.
Inderjit dan Daljit sampai harus mempertimbangkan untuk mengeluarkan anak-anak mereka yang lahir di Australia dari sekolah dan kembali ke India.
Inderjit menemukan agen migrasi yang membantunya mendapatkan visa pelajar enam bulan dan kemudian menghubungi pusat hukum gratis untuk pekerja migran.
Di sinilah ia menemukan harapan.
Pengacara yang bekerja secara pro bono untuk Pusat Buruh Migran membawa kasus bos Inderjit dan perusahaan yang mereka miliki ke pengadilan.
Dalam putusan di pengadilan federal pada akhir tahun 2020, Hakim Heather Riley mendukung Inderjit.
Keputusannya didasarkan pada kesepakatan antara Inderjit dan majikannya, di mana ia harus bekerja gratis selama 20 jam seminggu selama tujuh bulan sambil menunggu kepastian visa 457.
"Perjanjian apa pun yang mereka miliki adalah ilegal," demikian putusan hakim.
Majikan Inderjit diputuskan telah melanggar Fair Work Act atau undang-undang pekerja dengan tidak membayar upah minimum, tunjangan, dan menuntut penggantian upah dan biaya sponsor.
Apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki sistem ini?
Masalah yang dihadapi pekerja migran di Australia sudah lama dibahas di media sejak terungkapnya skandal pencurian upah di jaringan minimarket 7-Eleven pada tahun 2015.
Sejak kejadian tersebut, Profesor Allan Fels ditugaskan oleh pemerintah Australia untuk meninjau sistem tersebut.
Hasil Laporan Satuan Tugas Pekerja Migran yang diterbitkan pada awal 2019 menemukan sekitar enam persen tenaga kerja Australia adalah migran dengan izin tinggal sementara.
"Saya terkejut melihat banyaknya pelanggaran hukum yang terjadi," kata Profesor Fels.
"
"Kami menemukan sekitar satu dari dua pekerja migran dieksploitasi. Ini pertanda sistem yang ada tidak berfungsi sama sekali."
"
Laporan tersebut menyimpulkan migran yang paling rentan terkena eksploitasi adalah pemegang visa pelajar, yang bekerja di luar batas maksimal seperti yang diatur di visa mereka, tapi mereka harus melakukannya demi bertahan hidup meski dibayar rendah.
Pekerja di bidang pertanian dan perhotelan merupakan yang paling berisiko.
Selain dibayar rendah, beberapa majikan meminta mereka membayar uang pengganti pembuatan visa.
"Jadi mereka membayar upahnya, lalu membawa pekerja itu ke ATM dan mengambil kembali semua uangnya," kata Profesor Fels.
"
"Pada dasarnya, mereka bekerja secara gratis."
"
Departemen Dalam Negeri Australia sudah mengadakan pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk di antaranya serikat pekerja dan lembaga hukum.
Mereka meminta agar ada perlindungan yang lebih banyak bagi pekerja yang melaporkan majikan mereka yang melakukan eksploitasi, sehingga tidak takut status visa mereka dicabut.
Sebanyak 40 kelompok advokat tersebut juga menyerukan diadakannya visa khusus bagi para migran yang sedang mengurus perkara dengan majikan di pengadilan, agar mereka tetap bisa tinggal di Australia.
"Saya akan mendukung setiap tindakan yang mendorong pekerja yang dieksploitasi untuk maju tanpa takut dideportasi," kata Profesor Fels.
Hal ini juga diakui oleh Menteri Imigrasi Australia, Andrew Giles.
"Tidak ada yang bisa memaafkan perilaku predator majikan yang mengeksploitasi orang," kata Giles.
"Tapi ada juga masalah struktural yang jelas bermain."
"Praktik-praktik eksploitatif ini dialami seluruh tenaga kerja Australia dan benar-benar mengurangi upah dan kondisi bagi semua pekerja."
Pemerintah federal Australia belum menetapkan waktu kapan akan ada perombakan sistem migrasi, tetapi temuan ABC mendapatkan informasi lebih lanjut akan dirilis sekitar bulan Mei, waktu anggaran belanja diumumkan.
"Satu-satunya peringatan saya adalah jangan mengubur masalah upah migran dalam tinjauan migrasi yang lebih luas dan akhirnya tidak melakukan apa-apa," kata Profesor Fels.
"
"Migran tidak mendapatkan perlakuan yang adil menurut standar Australia."
"
"Mereka harus mendapatkan perlakuan yang sama, keadilan yang sama, perlindungan yang sama di bawah hukum, seperti pekerja mana pun."
Setelah melawan majikannya di pengadilan, Inderjit masih berada di Australia dengan jenis 'bridging visa'.
Visa ini jadi pilihan terakhir bagi seseorang yang ingin tinggal di Australia.
Dengan visa ini, ia tetap bisa bekerja dan mendapatkan upah yang layak untuk pekerjaan memasak di dapur restoran lain.
"Australia adalah negara yang baik," katanya.
"Ada beberapa area yang penuh dibenahi, tapi di luar itu, saya sangat senang berada di sini."
Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris