ABC

Pengalaman Warga RI Belajar Bahasa Inggris di Adelaide

Mayoritas warga Indonesia di Adelaide adalah mereka yang sedang menempuh pendidikan tinggi, S1 hingga S3. Kebanyakan di antaranya merupakan penerima beasiswa baik dari Pemerintah RI maupun dari Pemerintah Australia.

Bagi mahasiswa yang sudah berkeluarga, bukanlah hal aneh membawa serta anggota keluarganya, istri atau suami serta anak-anak mereka.

Nah, untuk keluarga yang akhirnya ikut menetap di Adelaide, tersedia kesempatan berharga untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Apalagi sudah tinggal di negara yang sehari-harinya menggunakan bahasa Inggris.

Pengalaman itulah yang dijalani sejumlah warga RI bernama Dina Megasari, Fuji, dan Amelia Maya Sari. Termasuk juga Chie Kawakami, seorang warga Jepang yang sedang berlibur di Adelaide.

Dina adalah ibu dari dua orang anak. Dia tinggal di Adelaide selama dua tahun, menemani suaminya yang sedang kuliah Master di University of Adelaide. Kesibukannya sebagai istri dan ibu tidak menyurutkan langkahnya untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris.

Selama di Adelaide, dia pernah mengikuti salah satu kursus selama 3 bulan bernama AIA yang berlokasi di Victoria Square, kampus Flinders University. Kelasnya berada di lantai 11 di ruang boardroom yang nyaman dan luas.

AIA dilaksanakan hari Jumat setiap pekannya. Mulai dari pukul 11.00 pagi hingga 13.00 siang, dengan biaya yang hanya $5 per pertemuan.

Dia menuturkan bahwa AIA berbeda dengan kursus kebanyakan di Adelaide. Karena di tempat ini, dia tidak hanya belajar dan mendapatkan teman baru. Namun juga fasilitas yang baik serta terdapat pengajaran slang yang menjadi kebiasaan orang Australia.

Guru dan asisten pengajarnya pun native speaker yang fasih berbahasa Indonesia. Mereka adalah Helen dan Abby, dua pengajar yang sangat bersahabat.

Inilah alasan mengapa semua pesertanya merupakan orang Indonesia. Dina merasa nyaman dan gampang dalam menyampaikan sesuatu ketika menemui masalah dalam bahasa Inggris. Namun itu tidak menjadi alasan dia sering menggunakan bahasa Indonesia. Karena pengajar akan selalu mengingatkan, “English-language please”.

bahasa dua.jpg
Peserta dan pengajar Program Bahasa Inggris ELC (English Language Center) di University of Adelaide.

(Foto Kiriman: Fuji Haryati)

Berbeda dengan Dina, Fuji mengetahui kabar kursus dari temannya. Dia mengikuti program bahasa Inggris di ELC (English Language Center) yang berlokasi di 155 Grenfel St, University of Adelaide. Kelas biasanya dimulai sejak pukul 18.30 hingga 20.30 malam.

Menurutnya selama mengikuti program tersebut, selain menambah ilmu bahasanya juga bisa berkenalan dengan orang lain. Ada sekitar 16 peserta yang berasal dari berbagai negara seperti Italia, Jordan, Brazil, Venezuela, Spanyol dan Indonesia. 

Teman asal Indonesia yang juga mengikui program ELC bersama dirinya bernama Amanda Putri Gita dan Iswa. Mereka mengikuti kursus ini dua kali dalam sepekan yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Fuji merasa senang karena setelah mengikuti program tersebut, mendapatkan sertifikat dan banyak pengalaman berharga. Di antaranya bisa merasakan nuansa belajar di University of Adelaide, tempat suaminya kuliah Master.

Sama seperti Dina dan Fuji, Amelia Maya Sari yang sering disapa Maya ini juga merupakan pendamping dari mahasiswa yang sedang kuliah di Adelaide. Dia ke Adelaide bersama suami dan seorang anaknya yang bernama Nayla.

Maya sempat mengikuti program bahasa Inggris selama 5 bulan di Hamra Library yang berlokasi di Learning Centre, Hamra Centre Library, 1 Brooker Terrace, Hilton. Kelas di Hamra terdiri atas dua yaitu kelas untuk beginner dan intermediate.

Dia belajar berbicara, menulis, dan membaca dalam bahasa Inggris. Selain itu dia bisa belajar budaya Australia dan juga berkenalan dengan berbagai siswa dari berbagai negara. Kelas di Hamra dilaksanakan setiap hari Selasa mulai dari pukul 13.00 siang hingga 15.00 sore.

Kelas ini juga menghadirkan native speaker yang ramah. Hal yang membuatnya betah adalah tersedianya penitipan anak yang gratis. Sehingga ketika dia belajar, anaknya bisa dititipkan sambil belajar dengan seorang native speaker, yang juga akan mengajak sang anak bernyanyi, menari, sampai melakukan beberapa permainan kreativitas lainnya.

Menurut Maya, program di Hamra sangat terstruktur dan terkadang terdapat program khusus bagi para pendatang yang tidak menggunakan huruf Latin dalam kesehariannya. Sehingga akan diajarkan mulai dari yang paling dasar seperti ABC hingga seterusnya.

Tempat ini juga menyediakan ruangan bersantai dengan bisa menyeduh teh dan kopi bagi setiap siswa saat memasuki jam istirahat.

bahasa tiga.jpg
Program ELLIS Desk Tutors di State Library of South Australia.

(Foto Kiriman: Nur Khofifah Bahru)

Chie Kawakami juga memiliki cerita tersendiri. Gadis asal Jepang ini mendapatkan info melalui internet di sini. Dia kemudian datang ke State Library of South Australia. Program itu bernama ELLIS (English Languange Learning Improvement Service) yang terdiri atas dua bagian. Kelas pertama yaitu pada pagi hari yang dimulai pukul 10.30-13.00 dan kelas kedua pada siang hari dari pukul 13.30 hingga 16.00 sore.

Jika di tempat lain menggunakan sistem pengajaran seperti di kelas, di sini dia lebih fokus mengembangkan bahasa Inggris. Karena setiap siswa akan dihadapkan dengan satu orang tutor yang juga merupakan native speaker selama 25 menit per siswa.

Dia menuturkan bahwa awalnya merasa kurang percaya diri saat mengikuti kelas di ELLIS Desk Tutors karena kemampuan grammar yang dirasa kurang baik. Namun seiring waktu, dia merasa lebih percaya diri karena terbiasa berhadapan langsung dan berkomunikasi dengan para Desk Tutor.

Hal itu membuatnya lebih termotivasi dalam menggunakan bahasa Inggris dalam keseharian. Terutama saat bisa berkenalan dengan siswa lain yang menunggu giliran belajar. Dia belajar selama 5 bulan dan datang hampir setiap hari. Apalagi Desk Tutor dibuka dari hari Senin hingga Jumat.

Inilah pengalaman beberapa orang yang belajar bahasa Inggris di Adelaide. Mereka merasakan peningkatan kemampuan bahasa Inggris karena diajar langsung native speaker.

Selain itu, mereka mendapatkan banyak teman dari berbagai negara dengan sistem pengajaran yang menyenangkan, membuat mereka lebih semangat untuk memperdalam bahasa internasional satu ini.

*) Nur Khofifah Bahru, mahasiswa RI di Adelaide, Australia Selatan.