ABC

Pengadilan Perintahkan Dewan Islam Australia Gelar Pemilihan Ketua

Nasib pemuka Muslim kontroversial di Australia, Keysar Trad akan diputuskan akhir pekan ini di saat Federasi Dewan Islam Australia (AFIC) memilih pimpinan baru.

Sebelumnya Mahkamah Agung Negara Bagian New South Wales (NSW) memerintahkan organisasi tersebut mengadakan pemungutan suara baru menyusul perselisihan internal yang kacau dan berakhir di pengadilan.

Organisasi tersebut mengalami krisis sejak munculnya tuduhan di enam sekolah yang dikelola AFIC di seluruh Australia pada tahun 2015 bahwa beberapa sekolah dikelola untuk mendapatkan keuntungan dan mengirimkan kembali dana ke organisasi induknya.

Hal itu menyebabkan Trad diangkat sebagai ketua pada akhir 2016.

Organisasi tersebut juga terpaksa memutuskan hubungan dengan sekolah yang dikelolanya, dan saat ini hanya sebagai pemilik lahan.

Pada Februari lalu, pemimpin yang digulingkan merebut kantor pusat dan rekening bank AFIC dalam kudeta dramatis sehingga masalah tersebut berakhir di pengadilan.

Trad juga menjadi sorotan pemberitaan pada Februari karena dalam wawancara di Sky News, dia menyebut Alquran menyatakan tidak apa-apa jika seorang suami memukuli istrinya sebagai upaya terakhir.

Dia belakangan meminta maaf atas pernyataannya itu dan mengatakan dia tidak membiarkan kekerasan terhadap perempuan.

Trad mengatakan telah mendapatkan pelajaran dan berusaha terpilih kembali sebagai ketua organisasi AFIC.

“Tentu saja kita semua belajar dari kesalahan kita dan saya telah belajar dari kecanggungan saya,” katanya.

“Saya akan menawarkan kepada anggota bahwa nantinya akan ada komite urusan media,” katanya.

“Kami akan bekerja keras untuk fokus pada hal positif dan menjauhkan diri dari wilayah kontroversial,” tambahnya.

Pemilihan pada akhir pekan ini digelar saat sekolah-sekolah di bawah organisasi tersebut berjuang mempertahankan pendanaan dari pemerintah Australia.

Sekolah Malek Fahd di Sydney misalnya, kehilangan bantuan dana 19 juta dolar begitu pula sekolah AFIC di Canberra.

Trand mengatakan bahwa mereka masih menyelesaikan sejumlah isu yang terkait dengan perubahan tersebut.

“Pada Maret tahun lalu, Federasi Dewan Islam Australia memilih untuk menyerahkan kendali sekolah ke dewan independen dan hanya bertindak sebagai pemilik lahan pada periode tersebut,” katanya.

“Ada sejumlah turbulensi, sebagian pengurus lama menolak melepaskannya,” tambahnya.

Students outside Malek Fahd Islamic School in Sydney's south-west.
Malek Fahd Islamic School di Sydney kehilangan bantuan pendanaan $19 juta dari Pemerintah Australia.

ABC News: Johanna Nicholson

Pesaing dari Toowoomba

Saingan Trad dalam pemilihan tersebut adalah Profesor Shahjahan Khan – seorang akademisi statistik dari Kota Toowoomba.

Dia mengatakan bahwa gejolak yang terjadi baru-baru ini tidak mewakili AFIC atau Komunitas Islam.

Prof. Khan harus menghadapi persoalannya sendiri di wilayah tersebut.

“Butuh 125 tahun untuk memiliki masjid pertama di Toowoomba pada tahun 2014,” katanya.

“Sayangnya, ada dua kebakaran sejak tahun 2015 dan masjid tersebut rusak parah belum juga diperbaiki,” jelasnya.

“Saya tak masalah mengatakan bahwa Toowoomba adalah komunitas yang beragam. Saya merasa bangga dengan kota tempat tinggal saya,” jelasnya.

Pesaing dari Australia Barat

Pesaing lainnya adalah Rateb Jneid dari Islamic Council of Western Australia.

Dr Rateb Jneid
Dr Rateb Jneid dari Dewan Islam Australia Barat.

ABC Radio Perth: Emma Wynne

Dia pernah mendapatkan denda $ 300 pada tahun 2014 dalam kasus terkait senjata dalam lemari penyimpanan yang tidak dikunci secara aman.

Kasus itu terjadi saat penggerebekan di rumah keluarga dimana saudara laki-lakinya Rabih dan Ziad dituduh memasok narkoba jenis sabu-sabu.

Dia tidak bisa dimintai komentar terkait kasus tersebut.

Namun terlepas dari siapa yang nanti memenangkan pemilihan, Keyser Trad mengatakan bahwa pimpinan baru AFIC perlu menjadi suara bagi umat Islam di Australia.

“Secara tertenbtu kami menjadi duta Muslim Australia di seluruh dunia,” katanya.

“Kami mempromosikan Australia sebagai model multikulturalisme, keragaman lintasagama dan negeri yang adil,” jelasnya.

Diterbitkan Jumat 5 Mei 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di ABC News.