ABC

Pencari Suaka di Pulau Manus Diberi Obat Malaria Berbahaya

Selama beberapa tahun, para pencari suaka yang ditahan dalam Detensi Imigrasi Australia di Pulau Manus, diberi obat malaria yang memiliki efek samping berbahaya, yang dikenal dengan nama mefloquine juga sering disebut Lariam.

Demikian terungkap dalam laporan investigasi yang ditayangkan dalam Program Lateline ABC. Tidak diketahui pasti berapa jumlah orang yang telah mengkonsumsi obat ini sejak mulai diberikan tahun 2012.

Mefloquine diketahui menyebabkan agitasi dan perubahan mood, panik, kebingungan, halusinasi, agresif dan kecenderungan bunuh diri bagi mereka yang mengkonsumsinya.

Bagi mereka yang memiliki kondisi kejiwaan disarankan tidak mengkonsumsi obat ini.

Namun salah satu kelebihan obat ini adalah pasien tidak perlu mengkonsumsinya tiap hari, cukup sekali seminggu.

Pada akhir tahun 2012, saat masih era pemerintahan Partai Buruh, para pencari suaka diberi obat anti malaria bernama malarone, yang diketahui efek sampingnya jauh lebih kecil.

Sumber ABC mengungkapkan, petugas kesehatan Detensi Imigrasi di Pulau Manus mengganti obat tersebut dengan alasan hanya 30 persen pencari suaka yang minum obatnya tiap hari sebagaimana dianjurkan.

Karena alasan takut terjadi penyebaran malaria, maka pihak terkait pun mengganti obat ini dengan jenis mefloquine.

Salah seorang petugas kesehatan yang pernah bertugas di Detensi Imigrasi Pulau Manus menyatakan justru efek samping obat ini sama dengan penyakit malarianya sendiri.

James Beeson, seorang pakar kesehatan dari Centre for Biomedical Research pada Burnett Institute, mengutarakan bahwa mefloquine adalah obat resep yang tidak boleh sembarangan diberikan kepada pasien.

Juru bicara Departemen Imigrasi Australia dalam penjelasan tertulis kepada ABC menyatakan para pencari suaka telah diberitahu efek samping dari mefloquine.

Ditambahkan bahwa pemerintah telah mengambil langkah untuk menyiapkan alternatif obat anti malaria lainnya.

"Mefloquine adalah satu dari tiga obat yang dipakai dalam mencegah malaria," katanya.

"Departemen Inmigrasi mempertimbangkan agar ketiga jenis obat itu tersedia sehingga mereka bisa mengambil keputusan sendiri obat mana yang akan dikonsumsinya," katanya.

Laporan ABC juga menyebutkan bahwa ratusan bekas tentara Australia kini mengalami kondisi kejiwaan setelah mengkonsumsi obat mefloquine.

Muncul desakan agar dilakukan evaluasi atas tindakan Angkatan Bersenjata memberikan obat ini kepada sekitar 2000 tentara.

Stuart McCarthy, bekas tentara yang diberi obat mefloquine pada 2001 saat ditugaskan ke Ethiopia dan Eritrea, mengaku masih mengalami efek samping itu hingga sekarang.