Pemungutan Suara di Papua Tampak Tidak Antusias
Suasana di beberapa tempat pemungutan suara di Provinsi Papua, bagi pemilihan presiden Indonesia 2014 memperlihatkan suasana yang tidak begitu antusias. Satu jam sebelum TPS ditutup, beberapa TPS di Kelurahan Entrop, Jayapura, misalnya baru dihadiri oleh 20 orang dari jumlah 500 orang pemilih di sana.
Menurut Ridwan, dosen Universitas Sains dan Teknologi Jayapura yang baru saja memberikan suara di Kelurahan Entrop tersebut yang sudah beberapa TPS di sekitar tempat tinggalnya, jumlah pemilih yang datang tidak banyak.
"Terasa bahwa pemilihan legislatif lalu warga lebih antusias. Sekarang menurun," katanya kepada wartawan ABC International, L. Sastra Wijaya.
Ridwan hanya memerlukan waktu kurang dari lima menit untuk menyelesaikan hak demokrasinya untuk memilih calon presiden. "Dari pembicaraan saya dengan beberapa orang di sini, pileg lebih diminati karena waktu itu mereka memilih calon lokal yang mereka kenal sendiri. Sekarang pemilihan presiden terasa jauh," kata Ridwan lagi.
Selain itu menurut Ridwan, sedang berlangsungnya Piala Dunia dimana tadi pagi tuan rumah Brazil kalah telak 1-7 dari Jerman di semifinal, dan juga bulan Ramadan mempengaruhi jumlah pemilih yang datang.
"Saya memantau beberapa TPS yang rata-rata memiliki jumlah pemilih tetap 400-500 orang. Sekitar jam 10.30 ketika saya datang memilih, baru 10, 20 orang yang meberikan suara."
Seorang warga Jayapura lainnya, Ahmad yang juga merupakan aktivis Partai Amanat Nasional (PAN) juga mengatakan hal yang sama.
Sementara itu di Jakarta, menurut laporan wartawan ABC International, Iffah Nur Arifah, antusiasme warga lebih terasa.
"Saya naik kereta dalam perjalanan dari Depok ke kantor. Hari ini, kereta lumayan ramai. Banyak di antara penumpang yang sudah bertinta tangannya, tapi ada juga yang belum," kata Iffah.
Beberapa warga yang belum bertinta mengaku hendak menuju TPS-nya di Jakarta.
Seperti Sukaesih (50 tahun) yang bermukim di Citayam, yang hendak memberikan suara di Kalibata karena belum pindah KTP.
Ibu satu anak ini mengaku sudah mempersiapkan diri sejak kemarin. Setelah sahur ia tidak tidur langsung membereskan rumah agar pagi bisa ke TPS .
"Kalo gak pergi nyoblos, entar suara calon saya ilang. 'Kan sayaang," katanya dengan logat Betawi.
Ia mengaku pilpres tahun ini sangat seru. Dan ia tahu tentang calon yang mau dipilihnya dari pemberitaan.
Dia mengatakan pilpres kali ini sangat berbeda. Persaingan kedua calonnya sangat sengit dan karakternya juga sangat berbeda.
Meski mengaku tidak pernah golput tapi kali ini keputusannya untuk tidak golput lebih besar karena hendak memenangkan capres dan cawapres pilihannya.
"Katanya peluang menangnya beda tipis. Jadi harus nyoblos. Satu suara berarti. Kalau tidak memilih nanti calon saya kalah!
Tony terang-terangan mengaku mendukung Jokowi – JK. Penampilan kedua pasangan ini pada debat terakhir sangat memukaunya dan berhasil menguatkan keputusannya untuk mendukung mereka pada pilpres kali ini.