ABC

Pekerjakan Lansia Bisa Tingkatkan Ekonomi Hingga Rp 780 T

Sebuah laporan baru menemukan bahwa jika Australia meningkatkan partisipasi tenaga kerja dari golongan yang lebih tua, hal itu ternyata bisa meningkatkan perekonomian hingga 78 miliar dolar (atau setara Rp 780 triliun).

Perusahaan konsultan PwC memeriksa ‘Indeks Usia Emas’ semua negara OECD (Organisasi untuk Kerjasama Pembangunan dan Ekonomi) dan menemukan bahwa Australia berada di tengah-tengah dalam mempekerjakan orang berusia 55 tahun atau lebih.

Swedia adalah salah satu negara yang memimpin, dengan sekitar tiga perempat dari populasinya yang berusia di atas 55 tahun dipekerjakan.

Laporan ini menemukan manfaat ekonomi yang besar jika Australia mencocokkan tingkat itu.

Jeremy Thorpe, mitra ekonomi dan kebijakan PwC, mengatakan, mereka telah memperkirakan bahwa jika mereka bisa membuat lapangan kerja Australia untuk orang berusia 55 atau lebih sama dengan standar Swedia, maka “kami akan melihat peningkatan PDB sebesar 4,7%”.

“Itu bernilai hingga 78 miliar dolar (atau setara Rp 780 triliun) bagi ekonomi Australia,” sebutnya.

"Kini, kami berada di titik di mana hanya sekitar 60% warga Australia yang berusia 55-64 tahun masih bekerja,” utara Jeremy Thorpe.

“Tapi sungguh, jika kami ingin berada di standar tata kelola terbaik dari perspektif negara Uni Eropa, kami sedang mencari cara untuk sampai ke titik 74-75%,” sebutnya.

Di antara negara-negara OECD, Islandia dan Selandia Baru memiliki jumlah angkatan kerja berusia di atas 55 tahun yang tertinggi.

Jeremy mengatakan, negara-negara dengan catatan terkuat telah mengambil inisiatif serupa.

“Satu, mereka mendorong adanya pensiun yang lebih lambat, sehingga itu mungkin menjadi masalah imbalan dan sanksi dalam artian menaikkan usia pensiun, sehingga orang termotivaso untuk bekerja lebih lama,” utaranya.

“Tapi sebenarnya, ada unsur-unsur lain juga, dan yang kedua adalah meningkatkan kerja, dan itu benar-benar selaras dengan pendidikan seumur hidup,” sambungnya.

“Mengingat orang hidup lebih lama, sementara banyak keterampilan ternyata bisa dialihkan dan akan perlu diperbarui serta dibuat relevan, pelatihan kerja menjadi masalah nyata,” ujar Jeremy Thorpe.

“Mengurangi hambatan kerja bagi pekerja yang berusia tua adalah yang ketiga,” imbuhnya.

Mengingat populasi Australia yang menua, Jeremy mengatakan, membuat orang dipekerjakan lebih lama merupakan pertimbangan penting.

"Jika orang-orang berusia di atas 55 tahun dipekerjakan lebih lama, mereka jadi kurang menguras sistem pensiun, mereka produktif, sehingga mereka menambah kekayaan ekonomi ke negara itu," sebut Jeremy Thorpe.

“Apa yang kami juga temukan adalah bahwa ini tak berarti bahwa orang yang tua mengambil pekerjaan orang yang lebih muda,” ungkapnya.

“Salah satu hal penting yang perlu kami pikirkan di sini adalah bahwa kami memiliki populasi yang menua, kami tak akan memiliki cukup banyak orang muda yang masuk ke lapangan kerja untuk mempertahankan semua pekerjaan yang telah kami lakukan,” sambungnya.

Diskriminasi adalah hambatan bagi pekerja tua

Susan Ryan, Komisioner Diskriminasi Usia dan Disabilitas di Komisi Hak Asasi Manusia Australia, mengatakan, mereka telah menemukan bahwa salah satu hambatan utama bagi warga Australia berusia tua yang mencoba untuk mencari pekerjaan adalah diskriminasi.

Tahun lalu, komisi ini memulai penyelidikan nasional atas diskriminasi kerja terhadap warga Australia yang berusia tua dan warga Australia dengan disabilitas. Laporan ini dirilis pada bulan Mei.

"Hambatan dasarnya adalah diskriminasi usia," ungkap Susan Ryan.

“Setelah Anda kehilangan pekerjaan di usia 50-an tahun, dan kemudian Anda mencari pekerjaan lainnya, sangat sulit untuk mendapatkannya melalui proses rekrutmen, apalagi untuk sebuah wawancara, apalagi untuk sebuah pekerjaan,” jelas Susan Ryan.

Ia lantas menerangkan, “Tapi selain itu, orang dalam angkatan kerja yang memahami bahwa mereka butuh untuk meningkatkan keterampilan dan sebagainya sehingga mereka bisa terus produktif, sering ditolak, mereka tak diberi kesempatan promosi.”

“Dan semua ini berarti mereka menjadi kurang dan kurang dipekerjakan,” imbuhnya.

Susan mengatakan, pengaturan kerja yang fleksibel bisa membuat banyak orang dipekerjakan lebih lama.

"Banyak pekerja yang lebih tua ingin memiliki beberapa fleksibilitas jam dan hari kerja," tutur Susan Ryan.

Ia menjelaskan, “Dan perusahaan/bos yang progresif bisa memberikan itu, tapi kebanyakan bos Australia tak menyadari bahwa karyawan mereka yang tua dengan sedikit fleksibilitas, yang akan bekerja dengan cara apapun, bisa terus produktif dan memberikan kontribusi besar bagi bisnis atau organisasi.”

Contoh bisnis yang menciptakan kebijakan tepat

Penyelidikan menemukan, banyak contoh bisnis dan organisasi di Australia memiliki kebijakan untuk mempertahankan pekerja terampil dan berpengalaman.

Susan mengatakan, salah satu contohnya adalah TransGrid, sebuah perusahaan transmisi listrik di New South Wales.

“Mereka tak ingin kehilangan karyawan mereka yang ahli di bidang teknik, sehingga mereka sekarang memiliki serangkaian langkah-langkah, fleksibilitas, dan dukungan serta sebagainya,” ujarnya.

"Pos Australia memberikan fleksibilitas kepada karyawan mereka sehingga mereka bisa terus mendapatkan manfaat dari keahlian karyawan,” contoh Susan Ryan.

“Saya pikir semua orang mendengar tentang Bunnings, yang telah membuat sukses bisnis besar dari menyediakan lapangan kerja bagi pekerja dagang atau pekerja bangunan yang tua, yang tentu saja sangat cakap dalam menjual produk yang Anda beli di Bunnings,” jelasnya.

Ia menambahkan, “Empat bank besar kita, kini semuanya memiliki strategi untuk mendorong pekerja tua yang terampil untuk tetap bekerja bersama mereka, seperti yang dilakukan perusahaan asuransi terkemuka, IAG (Insurance Australia Group).”

Diterbitkan dan diperbarui: 11:05 WIB 26/07/2016 oleh Nurina Savitri. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.