ABC

Pasca Kudeta, Warga Australia di Thailand Aman

Sejumlah warga Australia yang berada di Thailand m engaku mereka tidak mengkhawatirkan keamanan mereka terkait dengan kudeta berdarah yang terjadi di negara itu pada Rabu (22/5) kemarin.

Jenderal Militer Thailand, Prayuth Chan-ocha, mengambil alih kekuasaan di negaranya setelah bertemu dengan sejumlah faksi lawannya menyusul kekerasan politik yang terjadi selama beberapa bulan terakhir yang menyebabkan sedikitnya 30 orang tewas.

Militer Thailand memblokir siaran televisi asing dan memberlakukan kebijakan jam malam mulai dari pukul 22.00 hingga pukul 5:00 pagi waktu setempat.

Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan pemerintah Australia tengah mengevaluasi hubungan bilateral dengan Thailand dan telah memperingatkan warga negaranya  yang bepergian ke negara itu agar menghindari demonstrasi.

Marissa Tree, warga ekspat Australia yang bekerja di Bangkok mengaku selain pemberlakuan jam  malam, kehidupan di Bangkok berjalan seperti biasa.

Tree, 32, yang bekerja sebagai corporate communications dan telah tinggal di Bangkok selama 14 bulan.

"Saya merasa aman-aman saja, “ katanya kepada ABC News Online.

"Saya sempat merasa was was semalam, karena tempat tinggal saya dipinggir kota Bangkok, hari ini lalu lintas relative sepi dan sebagian besar warga memilih tinggal di rumah,” katanya.

"Kantor saya juga tidak beroperasi hari ini untuk memastikan keamanan semua staf,” tambahnya.

Editor Freelance Ben Hourigan, 32, mengatakan situasi berjalan normal di Kota Bangkok sampai akhirnya ada pengumuman kudeta militer.

"Saya tengah melakukan sesi meditasi, ketika kudeta itu diumumkan,’ katanya.

"Saya tahu kalau terjadi kudet, tapi semua orang tetap melanjutkan pekerjaannya masing-masing,”

"Seseorang menyodorkan pesan kepada biksu, namun dia tidak mengatakan apa-apa dan melanjutkan sesi meditasi sampai selesai, sampai akhirnya dia mengumumkan meditasi hari itu dipercepat karena ada jam malam,” katanya.

Wisatawan diminta memeriksa kebijakan asuransinya

Berdasarkan statistik dari Kementerian Pariwisata Thailand,  ada sekitar 290,720 wisatawan Australia tiba di Thailand antara Januari dan April tahun ini.

Para wisatawan yang memiliki asuransi perjalanan diminta untuk memeriksa kebijakan mereka.

"Jumlah klaim asuransi biasanya meningkat setelah terjadi kerusuhan, perang, pertikaian sipil  dan kudeta – insiden seperti itu biasanya masuk dalam cakupan asuransi,’ kata Campbell Fuller dari Dewan Asuransi Australia.

"Kebijakan asuransi perjalanan anda biasanya tidak menjamin klaim  yang meningkat atas kejadian kudeta militer. biasanya untuk para pelancong biasanya hanya mencakup klaim yang terkait perjalanan pada umumnya saja.”

"Jika ada pertanyaan mengenai kebijakan asuransi perjalanan anda silakan kontak penjamin perjalanan anda. Karena biasanya masing-masing penyedia layanan asuransi punya kebijakan berbeda,” tegasnya.

Pertama kali Phuket terdampak kudeta

Jayne MacDougall, ekspat Australia  yang tinggal di Thailand selama 20 tahun mengatakan dia pernah mengalami beberapa kali kudeta di  Thailand tanpa dampak kerusuhan yang berarti.

"Ini bukan pertama kalinya kudeta yang saya alami,saya sudah beberapa kali mengalami, tapi ini pertama kalinya kawasan Phuket ikut terdampak oleh kudeta politik,” tutur MacDougall.

"Saya yakin ada banyak petugas polisi yang berjaga dijalan-jalan di daerah seperti Patong untuk memastikan warga  agar berkemas dan pulang, dan jika malam tiba suasana menjadi sangat sunyi” ungkapnya.

MacDougall mengatakan saat ini mengakses informasi mengenasi situasi di Thailand cukup sulit.

"Saluran media internasional dihentikan semalam, hanya ada satu saluran tv militer yang memberikan informasi,” tuturnya.

"Orang-orang menjadi takut untuk bepergian  dan juga mengenai jadwal terbang mereka,”

"Saya sudah menghubungi sejumlah bandara udara hari ini dan tidak ada perubahan jadwal penerbangan. Lalu lintas penerbangan masih berjalan sesuai jadwal,” kata MacDougall.