Nuklir Korut jadi perhatian di forum diskusi internasional
Ancaman nuklir dari Korea Utara serta meningkatnya ketegangan baru antara Korea Selatan dan Jepang menjadi fokus pembicaraan bersejarah di Sydney hari ini, Rabu (25/9) dengan melibatkan pejabat dan sarjana dari tujuh negara.
Cina, Jepang , Mongolia, Korea Selatan, Rusia, Amerika Serikat dan Australia semua menunjukan perannya di North East Asia Defence and Security Forum yang diselenggarakan oleh Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI) dan Departemen Pertahanan Australia.
Semua negara, kecuali Cina mengirimkan delegasi pemerintah dan para akademisinya. Cina mengirimkan perwakilan dari penyusun strategi di kementerian luar negeri.
“Saya kira hubungan antara Jepang dan Cina menegang selama satu generasi, sesuatu yang tak terduga, ada juga hubungan yang buruk antara Korea Selatan dan Jepang,” kata Direktur Eksekutif ASPI, Peter Jennings.
Ini untuk pertama kalinya sejumlah negara melibatkan diri dalam diskusi multilateral resmi termasuk perwakilan pemerintah dan para akademisi.
Waspada poros AS di kawasan
Delegasi dari Rusia dan Cina menyampaikan kekhawatiran terkait apa yang disebut poros AS di Asia, sementara Jepang dan Korea berbicara soal meredakan ketegangan hubungan bilateral.
Sekjen China's Institute of International Studies (CIIS) di Beijing mengharapkan AS akan memainkan peran yang konstruktif di kawasan itu.
Sedangkan delegasi dari Amerika kepada forum mengungkapkan bahwa AS berkomitmen terhadap pertumbuhan ekonomi Asia dan stabilitas politik serta mempertahankan strategi poros sebagai kelanjutan dari kebijakan yang dipegang untuk terlibat di wilayah tersebut .
Ketegangan baru antara pemerintah Korea Selatan dan Jepang soal masa depan kebijakan pertahanan Jepang muncul saat pertemuan antar peserta dari kedua negara.
“Warga Korea menerima sejumlah pernyataan provokatif oleh pemimpin politik di Jepang, entah itu sengaja atau tidak yang membangkitkan ingatan Korea atas kekejaman masa lalu yang dialami semasa penjajahan Kekaisaran jepang dan juga selama perang Pasifik,” tegas delegasi Korea, Jin Park.
“Saya pikir Jepang harus menahan diri dan tidak memciptakan kesalahpahaman buat Korea, bahwa Jepang akan kembali ke kebijakan sepertui sebelumnya,” tambah Park.
Di lain pihak, delegasi Jepang menolak berkomentar dan cuma menjelaskan kalau posisi pejabat resmi Jepang dan negaranya tidak berniat agresif.
Direktur Eksekutif ASPI, Peter Jennings, menyebutkan pentingnya membangun hubungan yang kuat antar negara.
Kekhawatiran Korea Utara
Professor Alexander Vorontsov dari Russian Academy of Science yang menjadi salah satu pakar soal Korea Utara menyampaikan kalau diskusi tersebut sangat berguna dan membantu.
“Ada pertukaran perbedaan pandangan dan pengetahuan,” ujarnya.
Semua negara khawatir terkait Korea Utara.
Cina dan Rusia yang secara historis menjadi satu-satunya pendukung signifikan dari rezim Korea Utara yang masih melanjutkan membangun nuklirnya, kendari menuai kecaman global.
Tahun ini Cina mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB soal sangksi terhadap Korea Utara.