ABC

Nenek Asal Brisbane Gugat Perusahaan Bioteknologi AS Soal Hak Paten Genetika

Seorang nenek berusia 69 tahun di Brisbane yang pernah dua kali menderita kanker payudara menggugat perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat di Pengadilan Tinggi atas kasus kepemilikan genetika manusia.

Pengadilan Tinggi Canberra mulai menyidangkan kasus gugatan yang diajukan oleh nenek berusia 69 tahun, Yvonne D'Arcy asal Brisbane terhadap perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat.
 
Pengacara Rebecca Gilsenan,yang mewakili  nenek D'Arcy mengatakan banyak orang terkejut kalau kode genetika unik mereka, ketika sudah berada di luar tubuh mereja dan diujicobakan di dalam tube percobaan, tidak lagi menjadi hak milik mereka tapi menjadi hak miliki perusahaan.
 
Gugatan ini sendiri berawal dari gugatan hukum terhadap mutasi gen BRCA1, yang menarik perhatian orang ketika aktirs Angelina Jolie memutuskan melakukan operasi masektomi ganda setelah mengetahui kalau dirinya membawa mutasi gen BRCA1, yang berarti dia memiliki potensi menderita kanker payudara dan kanker ovarium.
 
Perusahaan genetika Myriad berbasis di Utah mempatenkan gen mutasi BRCA1 ini pada tahun 1990 lalu.
 
Kritik di Amerika menuding monopoli perusahaan Myriad ini telah menyebabkan pasien harus merogoh kocek hingga ribuan dollar untuk melakukan tes genetika BRCA1 tersebut.
 
Serikat Pembebasan Warga Sipil Amerka menggugat paten itu dan kasusnya dimenangkan oleh Pengadilan Federal Amerika Serikat. Dampak dari keputusan ini sekarang para ilmuwan di AS bebas menggunakan material ini tidak hanya untuk tujuan riset tapi juga aplikasi klinis.
 
Namun hal yang sama tidak dapat berlaku di Austaralia, karena ketentuan hukum masih melarangnya. Oleh karena itulah, nenek D'Arcy memutuskan untuk mengajukan gugatan serupa terhadap hak paten Myriad melalui Pengadilan Australia.
 
"Saya dua kali terkena kanker payudara, dan kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat berat dilalui pasien kanker. Saya banyak bertemu dengan wanita yang memiliki gen pembawa kanker dan jika saya bisa menolong mereka agar tidak perlu melakukan kemoterapi dan terapi radiasi maka akan saya lakukan,’ katanya.
 
Menurut Gilsenan masalah hak milik genetika ini tidak hanya mencakup satu jenis genetika saja.
 
"Ini merupakan masalah yang sangat penting dan fundamental, dalam artian apakah informasi genetika apakah itu gen  BRCA1 ataupun gen-gen yang lain sangat mungkin menjadi subjek yang boleh menjadi hak milik pribadi,”
 
"Padahal itu materi yang sangat penting untuk riset, dan untuk mengembangkan tes diagnostic dan tentu saja mengembangkan obat bagi penyakit-penyakit yang dipicu oleh masalah genetika lainnya.”
 
Pengadilan Australia memutuskan ketika terisolir atau tidak berada didalam tubuh, gen yang diciptakan secara artifisial merupakan subjek dari kepentingan ekonomi begitu juga dalam hal penemuan.
 
Sementara menurut Gilsenan gugatan yang diajukan oleh D'Arcy ke Pengadilan Tinggi di Canberra memiliki pandangan berbeda.
 
“Inti dari gugatan kita adalah bahwa gen manusia, hanya dengan fakta bahwa itu terisolasi dari tubuh manusia tidak berarti benda penemuan dan penemuan tidak menjadi subjek yang bisa dipatenkan."
 
Kantor pengacara yang mewakili perusahaan  Myriad Genetics mengirimkan surat pernyataan kepada acara  7.30 ABC.
 
"Kasus ini telah memberitakan secara luas sebagai upaya yang mengkhawatirkan dari Myriad untuk mempatenkan gen kanker BRCA1. Hal ini tidak benar. Gugatan ini sendiri tidak terkait sama sekali dengan " gen " melainkan pada susunan asam nukleat yang terisolir dari tubuh yang secara kimiawi, struktural dan fungsional berbeda dengan apa yang ditemukan dalam tubuh manusia. "
 
Namun  D'Arcy tidak sepakat dengan penyataan ini.
 
"Mereka tidak menciptakan atau memproduksi gen yang mereka gunakan dalam penemuan itu, jadi secara moral (hak paten mereka) salah, itu tidak benar, itu masih menjadi bagian dari gen saya dan bukan merupakan hak milik mereka,” katanya.
 
Sejauh ini di Australia, Myriad Genetics tidak memaksakan hak patennya atas BRCA1, tapi tentu saja ketidakpastian hukum ini membuat para peneliti khawatir.
 
Kuasa hukum hak paten di Australia, Luigi Palombi meyakini Pengadilan Australia dalam kasus ini harus mengikuti keputusan Pengadilan AS.
 
"Ini bukan masalah kanker payudara atau kanker ovarium tapi ini mengenai apa yang bisa dilakukan para peneliti kita dalam artian untuk memiliki  mutasi gen yang lain yang dapat digunakan dalam berbagai cara yang bermanfaat untuk menghasilkan pengobatan, diagnose dan obat yang lebih baik bagi warga Australia,” katanya.