Mengintip Rumah Si Perawat Bayi Kelelawar di Sydney
Di dalam rumah Meg Churches di Sydney, ada banyak dot dan tisu bayi, serta selimut berwarna-warni yang dijahit tangan.
“Halo, sayang. Halo. Lihat betapa kecilnya dirimu!,” sapa Meg dari ujung ruang tamunya.
Tapi tidak ada bayi yang terlihat, dan sementara ia menyebut teman-temannya itu “bayi-bayi berbulu”, mereka juga bukan kucing atau anjing peliharaan seperti biasa.
Sebaliknya, rumah Meg penuh dengan kelelawar, terbungkus erat dalam kumpulan kain yang dikenal sebagai “burito kelelawar” (burito = nasi yang dibungkus roti pita asal Meksiko).
Memeluk hewan bermata kecil di telapak tangannya, Meg menjelaskan mengapa ia mengabdikan hidupnya untuk menyelamatkan hewan-hewan yang sakit dan terluka ini.
Ia ingat pertama kali dirinya ambil bagian dalam kursus penjaga satwa liar, di mana ia mendengar bahwa perawat tak diizinkan untuk “mencintai” posum yang mereka rawat.
“[Mereka berkata:] ‘Jangan terlalu memanusiakan posum, kalau tidak, mereka tak bisa dilepaskan dan mereka harus disuntik mati,” katanya.
Bagian kedua dari kursus itu tentu saja menampilkan beberapa “gambar dari bayi kelelawar yang lucu”.
Sehari dalam hidup si perawat kelelawar
Lebih dari 10 tahun setelah kursus itu, penjaga satwa liar ini telah berhasil menyelamatkan ribuan kelelawar di negara bagian New South Wales, Australia.
Dengan membawa sebuah inkubator di satu tangan, dan satu tas berisi peralatan medis di tangan lainnya, ia berjalan dengan peralatan kelelawar yang ia rakit sendiri, menyelamatkan kelelawar sepanjang waktu.
“Saat ini adalah musim bayi. Agak sibuk,” tuturnya.
Merelakan waktunya sendiri, Meg menyelamatkan kelelawar yatim piatu dari berbagai bahaya seperti saluran listrik dan serangan hewan.
“Mereka bahkan terjebak di halaman dan di balkon, jadi kami mendapat banyak kelelawar yang terluka di kepala dan berdarah. Mereka sering tertabrak mobil jika terbang terlalu rendah di jalan,” sebutnya.
Tapi menangani kelelawar tak datang tanpa risiko. Meg menerima vaksinasi reguler untuk menghindari tertular virus, beberapa di antaranya berpotensi fatal. Ia sangat mendorong masyarakat untuk tidak merawat kelelawar.
Ketika Meg awalnya mulai menyambut bayi kelelawar rumahnya sendiri, ia hanya merawat satu atau dua bayi setahun. Musim ini, ia merawat lebih dari 50 bayi kelelawar.
“Kadang-kadang kami mendapat lima, enam, tujuh bayi yang diselamatkan dalam sehari. Kadang-kadang kondisinya tenang dan Anda tak mendapatkan penyelamatan apapun selama enam minggu,” ungkapnya.
Setelah menyelamatkan bayi-bayi itu, memeriksakan mereka ke dokter hewan, dan memberi mereka perawatan intensif awal, Meg menyerahkan mereka ke penjaga satwa lain yang merawat mereka selama dua atau tiga bulan sebelum memindahkan mereka ke sebuah ‘creche’ -tempat perlindungan kelelawar. Dari situ mereka akhirnya dilepas kembali ke alam bebas.
“Peran saya di dunia kelelawar tentu saja adalah apa yang saya pilih,” akunya.
“Saya telah memilih untuk menyelamatkan kelelawar karena saya mahir dalam hal itu; saya punya waktu dan sebenarnya saya sangat suka melakukannya.”
Dot dan burito kelelawar
Saat ia tak menyelamatkan kelelawar, Meg juga membuat dot serta selimut sendiri untuk satwa liar yang yatim piatu.
Menurut Meg, dot dan pentil susu yang dibuatnya -yang dibuat dengan menggunakan cetakan yang dicelupkan ke dalam lateks – membantu menenangkan kelelawar remaja. Pentil susu juga membantunya selama proses pemberian makan saat ia menempelkannya ke botol.
“Ketika bayi kelelawar diberi minum susu, perut mereka semuanya gemuk dan kenyang, dan mereka memiliki perut bundar kecil ini.”
“Mereka masuk ke dalam tahap yang kami sebut koma susu – mereka hanya tidur nyenyak,” katanya.
Selimut, yang ia sebut “bungkus kelelawar” atau “burito kelelawar “, dilipat rapi di lemari.
“Selimut itu menahan mereka sehingga mereka tak bisa memanjat, dan mereka makan lebih baik saat mereka merasa seperti dilapisi sayap ibu,” jelas Meg.
“Itu adalah barang daur ulang dari bungkus furnitur, piyama daur ulang, dan sebagainya.”
Setelah kelelawar mengatasi guncangan awal karena kehilangan ibu mereka, Meg mengatakan bahwa mereka benar-benar menggemaskan.
“Saya rasa mereka berbau seperti perpaduan antara bedak bayi Johnson … vanila, dan tongkat musk,” katanya, sambil menghirup dalam-dalam melalui hidungnya.
“Mereka berpikir bahwa Anda adalah ibu mereka. Mereka ingin bergantung pada tubuh anda jika mereka bisa. Mereka ingin kencing pada Anda jika mereka bisa, karena itulah yang mereka lakukan pada ibu mereka, dan ibu mereka akan menjilat mereka sampai bersih.”
Dan meski menyelamatkan nyawa binatang adalah kepuasan tersendiri, Meg juga bersyukur bahwa ia sekarang bisa menafkahi dirinya dengan menjual sarang buatan dan selimut ke perawat lain, dan menciptakan video dari pekerjaan sukarelanya.
Mengenakan kacamata dengan kamera yang disematkan di penghubung kacamatanya, Meg bisa mengabadikan upaya penyelamatannya dan mengunggahnya ke media sosial -di mana ia berhasil menarik cukup banyak pengikut.