Mengenang Michael ‘Made Wijaya’, Arsitek Sydney Mengabdi di Bali
Ketika seorang mahasiswa muda jurusan arsitektur asal Sydney berlayar ke Bali pada tahun 1973, ia begitu terkesan dengan tempat ini lalu lompat dari kapal dan berenang hingga ke pantai.
Michael White tak pernah kembali. Tak hanya ia mengadopsi Bali sebagai rumah permanen-nya, tapi warga Bali juga mengadopsinya, secara harfiah. Sebuah keluarga berkasta (atas) Brahmana menganggapnya sebagai anak mereka sendiri. Michael pindah ke agama Hindu dan mengubah namanya menjadi Made Wijaya.
Sebagai mantan juara tenis junior New South Wales, ia pertama kali bekerja untuk mengajar tenis dan Bahasa Inggris untuk warga Bali kaya, serta menulis. Tapi kecintaannya terhadap desain dan keindahan membawanya kembali ke arsitektur dan lanskap tropis (penataan taman).
Sosok flamboyant Michael sendiri adalah padanan yang sempurna untuk taman cerah berwarna-warni yang ditinggalkannya sebagai warisan hidupnya. Kemungkinan, siapa saja yang pernah berkunjung ke Bali dan mengagumi keindahan taman-tamannya telah melihat beberapa karya Michael alias Made Wijaya. Ia-lah yang pertama kali merancang kebun di Hyatt Bali di Sanur pada awal tahun 1980, sebelum mengerjakan Oberoi yang terkenal dan bangunan lain di sekitar Bali.
Sebesar budaya Bali memengaruhi karyanya, Michael juga memiliki pengaruh yang mendalam pada tren lansekap dan desain Bali. Tentu saja, Michael segera terkenal di luar Bali sebagai kualitas dunia untuk desain tropis. Ia tetap dikenal sebagai tukang kebun untuk orang kaya dan terkenal -di antaranya adalah David Bowie dan Francis Ford Coppola.
Pada tahun 80-an, Michael ditugaskan untuk mengubah taman kering di rumah eksotis David Bowie di Mustique, Hindia Barat, menjadi surga tropis, dengan kolam raksasa yang dikelilingi oleh taman bergaya Bali. Ia kemudian bercerita bahwa saat itu sulit untuk menyelesaikan pekerjaan karena tenaga kerja lokal sangat malas.
"Saya membawa empat mandor Bali dan tinggal di Basil Bar Mustique yang terkenal. Waktu minum-minum jadi lebih awal dan semakin awal, dan tak ada hal lainnya selain asap ganja di lokasi bangunan dari hari pertama," ujar Made Wijaya saat itu.
David Bowie kemudian menjual property ini ke penerbit Inggris yang tak menyukai gaya itu dan mengganti sebagian besar interior rumah dan taman.
Itu bukan satu-satunya karya Michael yang dirusak. Ia sering bercanda bahwa dirinya mendapa keistimewaan karena salah satu kebunnya diledakkan -yakni ketika Kedutaan Besar Australia di Jakarta dibom pada tahun 2004.
Secara keseluruhan, Michael telah merancang setidaknya 600 taman umum dan pribadi di seluruh dunia, mulai dari Florida dan Meksiko hingga ke Spanyol, Maroko, Belize, Asia Tenggara dan Australia.
Tapi ia lebih dari sekedar seorang tukang kebun. Orang-orang terdekatnya berkata, ia adalah karakter yang kompleks sekaligus sebuah pelajaran.
Fotografer Indonesia, Rio Helmi, mengenal Michael dari masa awalnya di Bali.
"Di sini ia adalah mantan pelatih tenis untuk warga asing kaya di Bali yang mungkin silau (atau mungkin bingung) akan bakat fantastisnya ketika memegang raket, seorang sosialita internasional yang pada saat yang sama terlahir kembali sebagai orang Bali, seorang ratu media sosial dengan karakter lintas kostum (ya mungkin juga lintas di balik kostum)," tutur Rio Helmi.
“Ia adalah seorang pejuang yang gigih untuk pelestarian budaya Bali yang dinamis, dengan pengetahuan otodidak dan ensiklopedik tentang pulau ini yang menyaingi banyak orang Bali. Ia membuat video demi video yang sebagian besar menunjukkan Bali yang tak pernah diketahui pengunjung, dan mungkin tak akan pernah,” utaranya.
Yang lain mengatakan, memori mereka tentang Made Wijaya adalah gurauannya yang jenaka.
“Ia adalah salah satu orang paling lucu yang pernah saya temui. Ia bisa disandingkan dengan Barry Humphries,” kata fotografer AS, Tim Street-Porter, yang banyak memotret untuk enam buku Michael.
“Ia sarkastik dan keterlaluan, seorang desainer brilian dan pemimpin dari gerilyawan pekebun, seorang pencerita, keras kepala dan kadang-kadang sulit,” kata Brian Holley, di Kebun Raya Naples, Florida.
"Ia memiliki kecerdasan yang akan membuat Noel Coward cemburu, dan salah satu jiwa terbaik manusia," sebut Brian Holley.
Ia bisa kasar, tetapi juga sangat baik.
Harian ‘The Jakarta Post’ menggambarkan Michael sebagai “provokator budaya” yang selama puluhan tahun menyaksikan “pasang surut Bali, dari festival pura yang megah hingga upacara kematian keluarga kerajaan dan keluarga Brahmana yang berpengaruh”.
Dia menulis kolom reguler untuk blog yang berbeda yang mendokumentasikan budaya dan perubahan lingkungan Bali, khususnya “mimpi buruk arsitektur hotel di sepanjang pantai dan puisi satir yang menyinggung peningkatan konservatisme moral dan keangkuhan di antara elit pulau”.
Tapi staf-nya sendiri tak menunjukkan apa-apa selain kesetiaan dan cinta. Michael mempekerjakan hingga 50 orang di rumah dan taman pribadinya, Villa Bebek di Sanur. Ia secara rutin membayar tagihan rumah sakit dan biaya pemakaman ketika mereka jatuh sakit atau kerabat mereka meninggal.
Bahkan, Michael memiliki kegemaran untuk mendokumentasikan upacara kremasi dan pemakaman Bali yang unik dan mengunggah video secara rutin di blog pribadinya. Sekarang, keluarga angkatnya di Bali bertanggung jawab untuk menghadiri upacaranya, setelah kematiannya di Sydney pekan ini.
“Kemungkinan jasadnya akan dikremasi di Australia dan kemudian abunya akan dibawa ke sini dan kami akan menjalani ritual Hindu,” kata Kepala Desa Kepaon, Ida Bagus Suteja.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 18:00 WIB 31/08/2016 oleh Nurina Savitri.