Mengenal Vinka Barunga, Dokter Muda Aborijin di Australia Barat
Perempuan muda Aborijin lulusan kedokteran ini berharap untuk kembali ke kampung halamannya di daerah terpencil Australia Barat demi menjadi dokter Aborijin pertama di kota kecil itu.
Dalam catatan yang dimiliki Universitas Australia Barat, enam mahasiswa Aborijin jurusan kedokteran akan lulus akhir pekan ini, termasuk Vinka Barunga.
Perempuan berusia 27 tahun ini besar di pinggiran kota Derby, sekitar 2400 kilometer di sebelah utara Perth, wilayah Kimberley, Australia Barat.
“Kimberley adalah kampung halaman saya,” sebut Vinka.
“Saya rasa, keluarga saya dan orang-orang dari Kimberley, terutama warga Aborijin, adalah pihak yang benar-benar mendorong saya untuk terus belajar kedokteran selama tujuh tahun,” tuturnya.
Di seluruh Australia, hanya ada kurang dari 300 dokter Aborijin.
Di Australia Barat, ada kurang dari 25 dokter Aborijin saat data terakhir dikumpulkan pada tahun 2015.
“Saya harap suatu hari, ini sampai ke titik di mana bukanlah hal besar bahwa orang Aborijin belajar kedokteran,” ujar Vinka.
"Jika saya bisa menginspirasi atau mendukung satu orang untuk memutus siklus kemiskinan dan kuliah di universitas atau TAFE [sekolah kejuruan], atau apapun yang ingin mereka lakukan, maka saya merasa pekerjaan saya sebagai panutan telah selesai," utara Vinka.
Terinspirasi perilaku ayah
Vinka kehilangan ayahnya tahun lalu setelah bertahun-tahun sakit, yang diperburuk oleh penyalahgunaan alkohol -sesuatu yang sangat ingin perempuan ini atasi.
“Saya melihat itu dan ingin menjadi bagian dari perubahan,” utaranya.
Ia menuturkan, “Banyak generasi ayah saya, itu adalah aspek penting dari beban penyakit mereka, bahwa perilaku alkoholik cukup signifikan dan berperan besar dalam membuat dirinya tidak sehat untuk waktu yang cukup lama ketika masih berusia 50-60an tahun.”
“Mengalami hal itu secara langsung dan melihat apa yang ditimbulkan alkohol dan penggunaan narkoba dan dampak yang muncul terhadap kesehatan, dan kemudian berada di lingkungan pedesaan dan akses yang Anda punya ke kesehatan,” kata Vinka.
“Saya pikir, pengalaman itu –di alam bawah sadar -mungkin memainkan peran yang cukup besar dalam membuat saya ingin belajar kedokteran,” imbuhnya.
Setelah kematian ayahnya, Vinka menghabiskan waktu di rumah bersama keluarganya di Derby, membagi waktu antara kuliah dan praktek di rumah sakit setempat.
"Ketika Anda melihat apa yang telah anda lalui, masa sulit dan hambatan membuat Anda lebih kuat dan membuat diri Anda seperti anda sekarang ini," kata Vinka.
“Saya kira itu pasti membentuk saya sebagai dokter dan sebagai pribadi dan untuk hal yang lebih baik, lebih baik demikian,” sambungnya.
Vinka akan magang di Rumah Sakit Sir Charles Gairdner tahun depan sebelum ia akhirnya bisa kembali pulang ke Kimberley.
Bianca Howard, yang berasal dari daerah Broome dan neneknya adalah bagian dari generasi hilang, juga lulus dari kedokteran akhir pekan ini.
Ia bangga menjadi bagian dari kelompok yang memecahkan rekor tapi berharap langkah ini hanyalah sebuah awal.
"Di tahun-tahun sebelumnya, hanya ada satu atau dua, mungkin tiga mahasiswa Aborijin yang lulus, dan sekarang ada enam, ini menakjubkan dan ada lebih banyak lagi panutan dari kalangan Aborijin di luar sana," sebut Vinka.
“Saya pastinya ingin melihat lebih banyak dan lebih banyak lagi, enam tidak cukup,” akunya.
Marilyn Strother dari Fakultas Studi Adat di Universitas Australia Barat mengatakan, sejumlah mahasiswa Aborijin jurusan kedokteran dan hukum akan lulus tahun ini, yang tergolong rekor, dan universitas juga melihat adanya jumlah yang meningkat di area lain, termasuk bisnis dan teknik.
“Kami memiliki sekitar 25.000 mahasiswa dan 250 siswa Aborijin di semua fakultas sehingga jika kami bisa meningkatkannya, itu akan fantastis,” ujarnya.
Diterbitkan Pukul 10:30 AEST 18 November 2016 olhe Nurina Savitri. Simak artikelnya dalam bahasa Inggris di sini.