ABC

#LetThemStay: Ribuan Warga Australia Protes Pemulangan Pencari Suaka ke Nauru

Lebih dari 2000 orang melakukan unjuk rasa di seluruh Australia mendesak Pemerintah Federal untuk tidak mengirim sekitar 270 orang pencari suaka ke Nauru.

Aksi unjuk rasa ini berlangsung disejumlah kota di Australia. Unjuk rasa terbesar terjadi di Kota Melbourne, dimana lebih dari 2000 orang berkumpul diluar gedung Perpustakaan Negara Bagian sebelum menduduki tangga diluar gedung Departemen Imigrasi yang dekat dengan lokasi unjuk rasa.

Aksi ini merespon keputusan Pengadilan Tinggi Australia Rabu kemarin (3/2) yang menyatakan rumah tahanan imigrasi di Nauru  dan Pulau Manus adalah legal.

Keputusan ini membuka jalan bagi  267 pencari suaka, termasuk lebih dari 30 bayi, yang dibawa ke Australia untuk menjalani pengobatan, untuk dikembalikan ke Nauru.

"Suarakan dengan kerasa, Suarakan dengan jelas, para pencari suaka diterima di Australia," teriak salah seorang pengunjuk rasa di Melbourne.

Para pengunjuk rasa juga berkumpul di Sydney dan Adelaide, aksi massa yang lebih kecil juga berlangsung di Canberra, Newcastle dan Kota Bendigo, Victoria.

Aksi massa juga direncanakan berlangsung di Perth, sore waktu setempat.

Di Canberra, ratusan orang berkumpul di pusat Kota Northbourne Avenue, untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan pemerintah mengenai pencari suaka.

Mantan Kepala Menteri ACT yang pernah juga memipin di Christmas Island, Jon Stanhope, menjadi salah satu tokoh yang ikut berorasi dalam aksi tersebut.

Sebelumnya di Sydney, Kay Ashton salah seorang massa pengunjuk rasa mengaku sebagai warga Australia dia mengaku malu dengan penanganan yang dilakukan pemerintah terhadap para pencaru suaka.

"Mereka menghancurkan hidup orang lain," katanya.

"Kita mendesak pemerntah untuk mengubah kebijakannya, tunjukan kalau mereka punya keberanian dan kepemimpnan untuuk tujuan yang baik dan mulia,"

Mantan imigran, Angelika Treichler mengatakan dia terkejut dengan kebijakan Pemerintah.
 
"Saya sangat, sangat marah bahwa negara yang telah saya pilih untuk tinggal disini sekarang ternyata berlaku sangat kejam seperti ini terhadap pencari suaka, saya tidak mempercayainya,"kata Treichler.
 
Gugatan status penahanan pencari suaka di Pulau Manus dan Nauru di  Pengadilan Tinggi ini diajukan oleh sekelompok tahanan pencari suaka asal  Bangladesh yang ditahan di  Nauru dan dibawa ke Australia untuk melakukan perawatan dan kemudian melahirkan putrinya di Brisbane.

Kuasa hukum pencari suaka wanita ini berpendapat penahanan pencari suaka diluar daratan Australia adalah kebijakan yang melanggar konstitusi karena Pemerintah Australia mendanai dan mengoperasikan pusat penahanan imigrasi di negara ketiga.

Selama persidangan berlangsung di Pengadilan Tinggi, pemerintah mengubaj UU untuk menutup celah hukuk terkait pendanaan yang dikhawatirkan dapat mengganggu kasus gugatan ini.

Kemarin (3/2), mayoritas dari hakim di Pengadilan Tinggi menyatakan kebijakan penempatan pencari suaka di luar daratan Australia adalah sah menurut konstitusi.

Salah satu anak yang terancam dipulangkan kembali ke Nauru adalah seorang anak berusia lima tahun yang diduga diperkosa di pusat penahanan, tapi  Dutton mengatakan ia akan mengambil pertimbangan dari dokter tentang kondisi anak itu sebagai bahan pertimbangan.
 
Lebih dari 50 orang dari total 70 pencarai suaka yang beresiko dipaksa kembali ke Nauru adalah anak-anak, mereka saat ini ditahan di Pusat Penahanan Wickham Point di Darwin.
 
Hari ini, Komisaris HAM Australia, Profesor Gillian Triggs merilis sebuah laporan tentang temuan dua dokter yang mewawancarai 69 keluarga dengan anak-anak di Wickham Point.
 

Dalam laporan tersebut, penahanan di kamp pencari suaka menimbulkan efek yang sangat buruk bagi anak-anak tersebut. Dokter yang menangani mereka menggambarkan kalau kondisi trauma yang dialami anak-anak itu adalah yang terburuk yang pernah mereka temui dalam kurun waktu 50 tahun.

ABC/AAP