Kursus Modeling Sukses Berdayakan Remaja Puteri Aborijin
Ketika supermodel Naomi Campbell datang ke Australia pada tahun 2000, ia bertanya mengapa hanya ada beberapa model Aborijin saja yang berjalan di catwalk Australia.
Enam belas tahun kemudian, tampaknya sudah ada sedikit perubahan.
Sebuah proyek di Australia Barat (WA) berharap dapat membawa lebih banyak keragaman pada panggung catwalk Australia, dengan menggunakan fashion dan pemodelan untuk membangun kepercayaan dan harga diri gadis-gadis remaja Aborijin.
Dreamtime Project merupakan gagasan dari mantan model Sylvia Giacci, yang membentuk proyek ini setelah mengunjungi masyarakat terpencil Aborijin untuk sebuah pemotretan.
“Ada banyak gadis di komunitas Aborijin yang sangat, sangat pemalu,” katanya kepada program 7.30.
“Dan mereka sangat terinspirasi untuk melakukan hal-hal luar biasa dan melakukan sesuatu di keseharian mereka tapi tidak punya kepercayaan diri untuk mampu melakukannya,”
Sementara olahraga dan sepak bola kerap digunakan untuk merangkul anak laki-laki Aborijin, Giacci mengatakan ada sedikit kesempatan untuk memberdayakan remaja perempuan Aborijin.
“Fashion merupakan alat yang sangat kuat untuk pemberdayaan, saya mengetahui hal ini sendiri karena saya berasal dari budaya yang sangat pemalu,” katanya.
“Ini merupakan bentuk yang sangat kuat sehingga itu sebabnya saya menggunakan fashion sebagai batu loncatan dalam program ini.”
‘Mengajarkan mencintai diri sendiri’
Proyek ini meliputi pelajaran berbicara di depan umum, kesehatan, gizi, keterampilan berjalan di catwalk dan riasan rambut dan wajah.
Salah satu peserta, Kayla Williams-Tucker (23), mengatakan proyek ini telah membantu dirinya membangun kepercayaan diri.
“Ketika saya mulai mengikuti Dreamtime Project, saya banyak mengalami kesedihan emosional,” katanya 7.30.
“Proyek ini mengajari saya bagaimana mencintai diri sendiri lagi.
“Saya pikir amat penting bagi masyarakat adat untuk mengikuti proyek ini karena banyak dari kita yang pemalu.
“Dan Sylvia menuntun kami sepenuhnya, dia seperti seorang ibu kepada kami.”
Jody Pickett, 16, mengatakan ia juga telah melihat perubahan dalam dirinya.
“Saya, seperti benar-benar tertekan dan aku tidak bisa berada ditengah orang banyak, saya tidak merasa nyaman,” katanya.
“Tapi ketika saya mulai mengikuti proyek ini dan masuk ke dalamnya dan benar-benar mengenal gadis-gadis ini, itu membuat saya merasa jauh lebih baik. Saya merasa benar-benar disambut.”
Tokoh panutan
Sementara modelling hanyalah alat, bukan tujuan akhir, namun Giacci mengakui beberapa peserta proyek ini akan benar-benar bekerja di industri fashion.
“Kami tidak menciptakan model fashion, kita menciptakan tokoh panutan,” katanya.
“Program ini berfungsi sejalan dengan unsur fashion karena bidang ini merupakan platform yang kuat namun demikian proyek ini tidak bertujuan untuk menciptakan model bagi industry fashion Australia.
“Saya lebih suka melihat gadis-gadis ini mendapatkan pendidikan, saya lebih suka mereka pergi ke universitas. Aku tahu bagaimana profesi sebagai model di industri fashion yang berusia pendek ini.”
Pelajar tahun 12, Nicole Anderson mengatakan dirinya melihat ada perubahan dalam dirinya setelah mengikuti setengah dari program selama 10 minggu tersebut.
“Saya memiliki voicebox, saya berbicara lebih banyak, saya juga dapat berbicara dengan orang di sekitar saya,” katanya kepada program 7.30.
“[Keluarga saya] awalnya cukup terkejut mengetahui perubahan ini karena saya ini orang yang pemalu. Sekarang saya sering berbicara dan percaya diri dalam berbicara.”
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
Diterjemahkan pukul 19:20WIB, 13/9/2016, oleh Iffah Nur Arifah.