Kisah Injil Dituangkan Dalam Lukisan Aborigin
Waniwa Lester telah menggambar sejak masih kecil, saat bersekolah di kawasan terpencil Ernabella, Australia Selatan. Di sinilah pula ia mulai memeluk Kristen.
Saat mencapai usia dewasa, ia mulai melukis, melihat hasil karya orang lain, dimana ia mengembangkan keterampilannya.
Dia mengaku, saat melihat lukisannya, dengan teknis melukis bulatan atau dots, lukisan dengan warna yang kaya khas Australia Tengah, sebuah salib terang memberikannya kekuatan.
“Saya melukis Perjamuan Terakhir, Yesus duduk dengan murid-muridnya,” katanya.
Lebih dari 60 seniman dari kawasan Torres Strait Islander dan Aborigin telah berkontribusi dalam Our Mob, Kisah Allah, buku yang baru diluncurkan di Adelaide.
Kisah-kisah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru diceritakan lewat pandangan Suku Aborigin Australia dan dibuat dalam tujuh tahun lamanya.
Lester mengatakan ia sudah lama percaya pada kisah penciptaan milik budaya Aborigin dan bagian dari Kitab Injil milik Kristen yang terjalin.
Penerjemahan Alkitab
Buku ini adalah publikasi Bible Society untuk peringatan dua abad Injil, para seniman menyumbangkan karya mereka dan menggalang dana sebagai upaya untuk menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Aborigin.
Salah satu editor dari buku ini adalah Louise Sherman dan penulis pemenang penghargaan asal Adelaide, Christobel Mattingley.
“Sangat menarik melihat kekayaan gaya yang berbeda, luar biasa kompleks dan profesional, indah, karya seni yang indah,” kata Christobel.
“Begitu banyak daerah yang berbeda, banyak kelompok yang berbeda dan pengalaman orang-orang yang berbeda, ini benar-benar cukup mencengangkan bagaimana semua bersatu.”
Christobel mengatakan ia sadar hubungan kompleks antara warga Aborigin dan gereja.
Kelompok misionaris Kristen membawa Injil bagi suku Aborigin, tetapi beberapa orang juga terlibat dalam membungkam bahasa Aborigin dan memisahkan anak-anak dari orang tua mereka.
Christobel mengatakan para seniman memilih untuk tidak terfokus pada peristiwa negatif di masa lalu.
“[Mereka] tidak melakukannya, hanya cinta mereka kepada Allah dan semangat penciptaan menjadi penting bagi mereka,” katanya soal karya seni mereka.
“Saya berharap ini membawa rasa hormat dan pemahaman yang baru bagi warga Aborigin dan membuka pikiran serta hati orang-orang.”
“Ada begitu banyak dalam buku yang begitu dalam dan dimengerti.”
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 13/04/2017 pukul 14:47 AEST dari artikel aslinya dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca disini.