Kiprah Seniman Wearable Art Indonesia di Australia
Annie Gobel, seniman asal Jakarta untuk pertama kalinya menampilkan karyanya di Australia Design Centre, kota Sydney. Annie memamerkan koleksi-koleksi wearable art-nya dengan terinspirasi dari nostalgianya di masa kecil yang penuh kreativitas.
Dalam pamerannya yang diberi nama Edge In, Annie menampilkan 23 karya seni fungsi, yang bisa dikenakan dengan mengusung tema ‘play’ atau berhubungan dengan permainan.
“Masa kecil adalah masa yang paling menyenangkan, karena saya free to explore apapun, tidak ada pikiran lainnya,” ujar Annie kepada Erwin Renaldi dari ABC Australia Plus.
“Saya dikenalkan dengan berbagai macam aktifitas dan mainan,” tambahnya.
Saat bernostalgia dengan masa kecilnya, Annie mengaku momen yang paling berkesan berkesannya adalah playtime.
Karenanya, tidak heran jika tema mainan dan bermain terus Annie tampilkan dalam koleksi-koleksinya, yang sudah ia produksi dari tahun 2014.
Lulusan Bachelor of Fine Arts in Gold and Silversmithing dari RMIT ini terus berkreasi untuk mengeksplor ide seputar playtime.
“Di tahun 2013 hingga 2014 saya mengeksplor bermain dengan deconstructing toys dan reassembling. Di tahun berikutnya, saya mengeksplor bermain dengan mainan yang saya jadikan untuk alat menggambar.”
Banyak karya seni yang dibuat Annie menggunakan teknik enamel, sebuah teknik dekorasi yang meleburkan material.
“Untuk proses pembuatan enamel diawali dengan metal forming. Metal yang saya gunakan adalah metal steel, salah satu tipe besi,” jelasnya.
Metal yang sudah dipotong ini kemudian dibentuk dengan beberapa jenis mesin.
“Saya menggunakan enamel berbentuk cair karena saya menjadi bebas untuk meracik warnanya,” tambahnya.
Annie melakukan proses pembakaran tiga hingga empat kali dengan temperatur mencapai 840 derajat celsius, yang dilakukan dalam waktu satu hingga tiga menit untuk setiap kali pembakaran.
Tapi ia tidak hanya menggunakan teknik enamel coated mild steel, juga dari bahan mainan plastik yang telah ia dekonstruksi. Mainan tersebut diurai dan dilepas-lepas. Keunikan dari hasil karyanya ini telah mengantarkan Annie memamerkan hasil karyanya di Melbourne, Canberra, Tokyo, termasuk di kota asalnya, Jakarta.
Annie yang juga telah menyelesaikan Graduate Diploma in Arts and Culturan Management di Melbourne University, memilih cabang seni wearable karena ia ingin karyanya tidak hanya dilihat sebagai obyek, tetapi juga berfungsi, seperti dapat dikenakan pemiliknya.
Jadi Seniman di Luar Indonesia
Annie memang sejak kecil sudah memiliki minat pada bidang seni, meski tidak pernah memutuskan untuk menjadi seniman. Annie sebenarnya lebih ingin terjun ke dunia arsitektur atau fashion.
Menurut Annie, cabang seni wearable art, yang juga sering disebut contemporary art jewellery and object memiliki komunitas yang terus berkembang banyak di Australia. Bahkan ada beberapa galeri yang khusus menampilkan karya seni yang bisa dipakai.
Meski di Australia cabang seni ini sepertinya cukup menjanjikan, gabungan antara seni dengan kegunaan tetap memiliki tantangannya sendiri.
“Dari [segi] pembuatan, tantangannya adalah akses ke mesin pembuatannya seperti laser welder. Jarang ada seniman yang memiliki semua mesin yang mereka butuhkan di awal karirnya…”
“Tantangan lainnya adalah mempromosikan karya saya sendiri. Bagaimana karya saya bisa dilihat dan dimengerti oleh galeri dan kurator,” tambah Annie.
Tapi setidaknya Annie telah membuktikannya lewat pameran Edge In, yang merupakan kolaborasi antara Australia Design Centre dan 4A Centre for Contemporary Asian Art. Mikala Tai, direktur dari 4A Contemporary Asian Art sudah mengenal karya-karya Annie sejak ia masih duduk di bangku kuliah.
Australia Design Centre, tempat koleksi seni Annie dipamerkan hingga 15 Maret 2017, adalah tempat dimana seniman-seniman berbakat Australia menampilkan karya mereka yang bergaya kontemporer.
Berpusat di kota Sydney, ADC menjadi wadah bagi para seniman untuk terus mengeksplorasi ide, bahan-bahan, dan materi untuk mengembangkan karya seni kontemporer.
Dalam situsnya, ADC mengaku telah menampilkan 200 seniman dalam lima tahun terakhir dengan jumlah pengunjung mencapai lebih dari 390 ribu setiap tahunnya.
Untuk proyek selanjutnya, Annie berharap akan bisa berpartisipasi dalam acara Radiant Pavilion Festival untuk menampilkan koleksinya Puzzle Time, dimana pengunjung dapat bermain dengan karya seninya yang magnetic.
Ikuti kisah-kisah dan cerita inspiratif dari warga Indonesia di Australia lainnya lewat australiaplus.com/indonesian dan bergabung bersama komunitas kami di facebook.com/AustraliaPlusIndonesia.