Kementerian Luar Negeri Australia Terus Kurangi Staf di Iraq
Kedutaan besar Australia di Iraq selama beberapa hari terakhir hanya digawangi oleh sejumlah kecil pegawai saja seiring dengat semakin mengkhawatirkannya situasi keamanan di negara tersebut.
Kalau biasanya pegawai yang bertugas di kedutaan besar Australia di Iraq ada 10 orang, maka kini dikurangi menjadi hanya duta besar dan dua staf pendukung saja.
Itu merupakan jumlah minimal personil yang diperlukan untuk tetap menjaga kedutaan tetap beroperasi.
Meski demikian, kedutaan besar Australia telah ditutup untuk publik hingga waktu yang belum ditetapkan, dan seluruh bantuan konsuler sudah tidak lagi tersedia di Iraq.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun ABC, salah satu alasan yang melatar belakangi keputusan penarikan staf di kedutaan besar Iraq adalah adanya kekhawatiran kelompok islam jihadi Iraq dan Suriah (ISIS) akan menyerang Bandara Baghdad.
Jika benar terjadi, penguasaan bandara akan menjadi sarana promosi besar bagi kelompok militan dan tentu akan menutut peluang bagi siapapun untuk meninggalkan Iraq melalui jalur transportasi udara.
Langkah ini dilakukan kurang dari dua pekan setelah Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengumumkan pemerintah Australia akan mengirimkan pasukan tambahan SAS ke Irak untuk meningkatkan pengamanan di kedutaan Australia di Iraq.
Berdasarkan pengamat ABC hingga saat ini pemerintah belum berencana menutup kedutaan di Iraq secara keseluruhan, namun situasinya terus ditinjau setiap harinya.
Setiap keputusan untuk menutup kedutaan besar Australia di Iraq akan menjadi langkah besar namun hal itu baru akan dilakukan jika situasi di Iraq secara signifikan terus memburuk.
Australia bukan satu-satunya negara yang memutuskan untuk mengevakuasi perwakilan asingnya dari Iraq. Pemerintah Amerika Serikat sendiri telah memulangkan cukup banyak staf diplomatiknya dalam beberapa hari belakangan.