ABC

Kalung GPS Pendeteksi Sapi Segera Diluncurkan di Australia

Pagar virtual akan segera menjadi kenyataan bagi para produsen ternak. Tahun depan, kalung pendeteksi untuk ternak sapi akan diluncurkan.

Perusahaan ‘start-up’ yang berbasis di Melbourne, ‘Agersens’, mengkomersilkan penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun oleh lembaga penelitian Australia ‘CSIRO’.

Mereka memperkirakan untuk meluncurkan sistem bernama ‘e-Shepherd’ itu pada bulan Juli atau Agustus tahun depan.

Peneliti CSIRO, Dr David Henry, telah bekerja cukup lama untuk proyek ini dan berharap teknologi itu akan membuat perbedaan yang besar di bidang peternakan.

"Tanggapan Industri adalah bahwa ini merupakan faktor pengubah nyata yang potensial," kata Dr David.

Ia menjelaskan, “Ini benar-benar bisa merevolusi bagaimana kita mengelola hewan yang merumput di lahan terbuka demi kebaikan lingkungan, kesejahteraan dan hasil produksi.”

Di sebuah negara sebesar Australia, mampu mengendalikan ternak tanpa harus membangun dan memelihara pagar nyatanya bisa menghemat banyak uang.

Ada sekitar 10 juta kilometer pagar di Australia senilai 50 miliar dolar (atau setara Rp 500 triliun), sehingga pengurangan kecil dalam biaya pagar-pun akan membuat perbedaan besar.

Dr David mengatakan, sistem ini memiliki banyak keuntungan lainnya.

"Sebuah pagar kawat sangat sulit untuk dipindahkan, tetapi Anda bisa mengubah lokasi pagar virtual dari perangkat seluler Anda," sebut Dr David.

Ia mengatakan, para peternak bisa memindahkan ternak ke padang rumput yang lebih baik, memisahkan banteng atau memagari lingkungan yang sensitif tanpa harus meninggalkan rumah.

Dr David Henry dan Dr Caroline Lee
Dr Caroline Lee dan Dr David Henry bekerja dalam proyek peluncuran kalung pendeteksi sapi untuk pagar virtual.

ABC: David Claughton

Ringan dan bertenaga surya

Dr David menunjukkan kalung ini di Sydney dalam acara inovasi sains dengan menggunakan prototipe yang dikembangkan oleh ‘Agersens’.

“Secara tradisional ini adalah kalung pendeteksi aktivitas yang digunakan oleh industri produk susu, dan sistem mereka sudah menyatu dengan modul pagar virtual,” utaranya.

Ia menyambung, “Ini cukup ringan dan bertenaga surya yang memberi sinyal audio ketika binatang mendekati pagar virtual”

Pakar kesejahteraan hewan, Dr Caroline Lee, mengatakan, hewan belajar melalui pengalaman.

"Jika hewan melewati pagar virtual, ia akan tersengat listrik ringan, tetapi dalam waktu yang sangat singkat, ia belajar untuk merespon isyarat audio itu," jelas Dr Caroline.

Ia mengatakan, sapi biasanya butuh sekitar tiga sengatan listrik namun tak ada kekhawatiran tentang kesejahteraan hewan dengan teknologi ini.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa sengatan listrik itu tak memicu respon yang benar-benar merugikan. Tanggapan stres mereka mirip dengan penanganan konvensional dalam adu banteng,” terang Dr Caroline.

Ian Reilly, CEO Agersens, mengatakan, harga kalung pendeteksi ini akan berkisar antara 90-100 dolar (atau setara Rp 900.000-1.000.000) per ternak.

Para peternak akan membutuhkan stasiun utama dengan biaya instalasi sekitar 2.000-3.000, dolar (atau setara Rp 20-30 juta) tergantung pada akses internet dan listrik.

Rencana ujicoba

CSIRO akan melakukan uji coba lebih lanjut dari prototipe sederhana pada bulan Januari.

Pendanaan uji coba lanjutan di peternakan berlokasi di negara bagian New South Wales, dan dilakukan oleh instansi lokal ‘Murray Local Land Services’ dengan uji coba lainnya direncanakan di industri susu Tasmania dan kemungkinan di Stasiun Penelitian Belmont milik perusahaan ‘Agforce’ di Rockhampton.

Kalung itu belum bisa bekerja pada domba karena mereka terlalu berat, wol mereka menghalangi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah mereka bisa diajari bagaimana menanggapi sistem tersebut.

Diterbitkan Pukul 10:00 AEST 9 Desember 2016 oleh Nurina Savitri. Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.