ABC

Juni Tampi Mengabdi 29 Tahun Bersama ABC Australia

Lembaga Penyiaran Publik  Australia, ABC baru saja merayakan hari jadi ke-85 tanggal 1 Juli 2017. ABC pernah memiliki siaran Bahasa Indonesia yang populer di Indonesia melalui Radio Australia Siaran Indonesia (RASI). Salah seorang penyiar adalah Juni Tampi, yang bertahun lamanya mengabdikan diri menjembatani hubungan Australia – Indonesia melalui siaran radio dan berikut beberapa cuplikan kisahnya untuk Australia Plus Indonesia.

Tak terasa saya sudah bersama di ABC selama 29 tahun, dan kini tiba saatnya untuk berpisah. Saya tiba di Melbourne pada pagi 22 April 1985 untuk bergabung dengan Radio Australia.

Ini bermula dari sebuah guntingan iklan yang diberikan oleh teman saya. Waktu itu saya tinggal di Jakarta.

Satu kalimat yang masih saya ingat dalam iklan itu adalah: ‘Radio Australia is looking for female broadcasters’. (Radio Australia mencari penyiar perempuan).

Saya tertarik untuk melamar karena ingin tahu bagaimana rasanya bekerja di luar negeri.
Ketika tiba, cuaca Melbourne di musim gugur cukup dingin bagi saya yang biasa kepanasan di Jakarta.

Meski pernah dua kali berkunjung ke Melbourne sebelumnya, tapi untuk benar-benar tinggal, saya harus belajar banyak untuk menyesuaikan diri dengan iklim, budaya dan gaya hidup Australia.

Radio Australia waktu itu menempati sebuah gedung berlantai tiga berbentuk bumerang di daerah East Burwood, sekitar 20 kilometer dari pusat kota Melbourne.

Berdiri diatas tanah yang luas, gedung itu memiliki ruang kerja dan sejumlah studio yang nyaman.
Selain Seksi Bahasa Indonesia, terdapat pula beberapa seksi bahasa lainnya, yaitu seksi bahasa Mandarin, Kanton, Tokpisin (Papua Nugini), Thailand, Perancis, Vietnam, dan Jepang.

Seksi bahasa Khmer (Kamboja) dibuka di tahun 1990-an.
Seksi Indonesia Radio Australia waktu itu dipimpin oleh Joe Coman, yang oleh para pendengar diberi nama kesayangan Bung Djoko.

Wakilnya adalah Alan Morris. Meski orang Australia tulen, keduanya sangat fasih berbahasa Indonesia.
Di tahun 1994 Radio Australia pindah dari gedungnya di East Burwood ke gedung baru di Southbank Boulevard di pusat kota Melbourne, bergabung dengan semua divisi lainnya dari ABC.

Gedung baru ini diresmikan oleh perdana menteri Australia waktu itu, Paul Keating.
Selama 29 tahun itu saya sempat membawakan berbagai macam program. Dari Warta Berita dan Laporan Internasional sampai acara-acara hiburan seperti Pagi Gembira dan Pilihan Kita.
Tapi yang paling berkesan adalah ketika saya menyelenggarakan program Multikultural Australia sekitar 2008 – 2011, memperkenalkan berbagai kelompok etnik di Australia dan budaya mereka.

Juni Tampi mewawancarai seorang gadis keturunan Kroasia dalam acara multibudaya di Melbourne.
Juni Tampi mewawancarai seorang gadis keturunan Kroasia dalam acara multibudaya di Melbourne.

Foto: Istimewa

Saya senang sekali mewawancarai orang-orang dari berbagai penjuru dunia, dan mengetahui tentang latar belakang budaya mereka.
Jumpa pendengar ketika pulang ke Indonesia juga punya kenangan tersendiri. Begitu ketemu langsung terasa akrab.

Pendengar sudah mengenal suara saya di udara, dan sebaliknya saya juga mengenal nama-nama pendengar yang sering berkirim surat.

Dengan berlalunya waktu, jam siaran Radio Australia semakin berkurang hingga akhirnya siaran langsung Bahasa Indonesia ditutup pada bulan Juli 2013.

Menengok ke belakang, banyak kenangan suka dan duka yang saya lewati selama 29 tahun bekerja di ABC, tapi kebanyakan adalah kenangan menyenangkan.

ABC juga merupakan bagian dari kehidupan pribadi saya. Ketika datang ke Australia, saya hanya berdua dengan suami. Kini kami punya dua anak yang sudah dewasa.

Thank you ABC.

* Tulisan ini pernah dimuat sebelumnya di tahun 2014. Juni Tampi mengakhiri karirnya bersama ABC tahun 2014 dan sekarang tinggal di Melbourne.