Empat Lima – Band Australia yang Membawa Dara Puspita Kembali ke Indonesia
Siapa yang kenal Dara Puspita? Mungkin penyuka musik di Indonesia yang usianya di bawah 40 tahun tidak banyak yang tahu-menahu soal band perempuan Indonesia yang sempat melejit reputasinya di tahun 1960an dan 1970an itu.
Hari Sabtu malam lalu, di sebuah konser kecil di kota Melbourne, Australia, puluhan anak muda gaya bergoyang diiringi lagu Dara Puspita.
Yang memainkan lagu-lagu tersebut bukanlah Titiek Hamzah dan kawan-kawan, melainkan band Australia bernama Empat Lima. Tak satupun personilnya orang Indonesia. Bahkan, bahasa Indonesia mereka belum fasih benar.
Namun, kesukaan mereka terhadap musik Indonesia tak mengenal batas bahasa. Dengan semangat mereka memainkan lagu’ A Go Go’ dan ‘Surabaya’ karya Dara Puspita. Penonton pun menyambut dengan berdansa.
Baru-baru ini, Australia Plus Indonesia kedatangan dua orang personil Empat Lima, Steph Brett dan Sooji Kim. Sayangnya, Carla Ori, sang pemain drum, tak bisa datang hari itu.
Steph dan Sooji bercerita bahwa dalam tur Indonesia mereka, mereka akan bermain di enam kota, antara lain Jakarta dan Bandung, dan membangun kerjasama dengan seniman-seniman perempuan Indonesia.
Lantas mengapa mereka bisa tertarik dengan Dara Puspita dan Indonesia secara umum?
“Guru sekolah dasar saya orang Indonesia. Ayah saya punya banyak seni Indonesia di rumah saat saya muda. Jadi saya selalu tertarik dan terbiasa melihat tokoh dan perwayangan dan gaya itu. Lagipula, dekat sekali. Negara tetangga” ujar gitaris dan vokalis Empat Lima, Steph.
Sedangkan Sooji, pemain bas Empat Lima dan Carla, yang memainkan drum, sempat menghabiskan beberapa bulan di Indonesia.
Steph bercerita, pertama kali mendengar lagu ‘A Go Go’ Dara Puspita di sebuah album kompilasi dan lagu itu sangat menarik perhatiannya. Ia pun mencari tahu lebih dalam tentang Dara Puspita.
“Kalau anda sebut Dara Puspita, ada banyak nostalgia dan kejutan. Keren rasanya berhubungan dengan orang lain melalui Dara Puspita karena mereka seperti pahlawan perempuan bagi kami,” ceritanya kepada Dina Indrasafitri.
Tak hanya Indonesia dan Dara Puspita, musik Empat Lima juga kaya akan berbagai elemen lainnya, seperti garage rock atau surf rock, dan pop Jepang tempo dulu.
Lagu ‘Theme Song’ karya mereka, misalnya, bernuansa rock and roll. Sementara ‘Night Rider’ sedikit berbau psychedelic dan liriknya dalam bahasa Jepang.
Sooji bercerita lebih lanjut bahwa dengan memainkan musik dengan elemen Asia, Ia berharap bisa memperkaya iklim musik di Melbourne, sekaligus mencari tahu lebih dalam jati dirinya sebagai keturunan Asia.
“Kami senang melakukannya , tapi ini juga respon terhadap iklim musik di Melbourne, usaha untuk menampilkan perwakilan dari keragaman budaya,” ucapnya,
“Saya tinggal di sini, dan saya keturunan Korea. Saya lahir di Australia tapi saya sangat ingin mencari tahu identitas saya saat ini,”
Mereka bekerjasama dengan berbagai kelompok seni budaya, dan rencananya akan tampil dengan band-band Indonesia yang memiliki anggota perempuan seperti White Shoes and the Couples Company, yang juga terkenal dengan warna musik pop Indonesia tempo dulu.
“Kita akan bermain di tempat-tempat itu dan bekerjasama dengan band pembuka yang anggotanya perempuan. Dan kita akan membawa album kompilasi kembali ke Melbourne yang isinya seniman perempuan,” jelas Sooji.
“ Kita akan promosikan di Melbourne musik perempuan yang dibuat di Indonesia.”
Selain itu, Empat Lima juga berencana meluncurkan proyek bernama Wanita, yang merupakan singkatan dari Women's Art Network Indonesia to Australia.
Proyek tersebut berbentuk jaringan online untuk menghubungkan seniman kontemporer perempuan Indonesia dan Australia.
Menurut Sooji, kerjasama antar seniman dan perempuan Indonesia dan Australia penting untuk membangun saling pengertian antara kedua negara tersebut.
“Saya rasa membangun hubungan untuk menjembatani berbagai budaya akan sangat bermanfaat bagi semua orang. Terutama di Australia saat ini ada beberapa hal buruk yang terjadi,” ucapnya.
“Maka ini adalah saat penting untuk membangun hubungan itu dan membangun pemahaman yang bagus terhadap budaya-budaya lain untuk generasi mendatang. Ini waktu baik untuk melakukan hal-hal macam ini secara mandiri,” tutur Sooji.
Ikuti Kompetisi Belajar Bahasa Inggris di Australia gratis – Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus