ABC

Dunia Hari Ini: Puluhan Siswi dari Dua SD di Afghanistan Diracuni

Selamat datang hari Selasa di pekan kedua bulan Juni, tetap sehat dan semangat!

Agar Anda bisa dengan cepat mengikuti perkembangan dunia, kami telah merangkum sejumlah informasi utama yang terjadi di berbagai negara dalam 24 jam terakhir.

Dunia Hari Ini, edisi 6 Juni 2023, akan kami awali dari Afghanistan.

Puluhan siswi di Afghanistan diracuni

Menurut pejabat pendidikan setempat, 60 siswa diracuni di sekolah dasar Aab Naswan-e-kabod dan 17 lainnya diracuni di sekolah dasar Naswan-e-Faizabad di distrik Sar-e Pol.

"Kami membawa para siswa ke rumah sakit dan sekarang mereka semua dalam keadaan baik," kata Mohammad Rahmani.

Juru bicara kepolisian Den Mohammad Nazari mengatakan belum ada penangkapan yang dilakukan, sementara penyelidikan masih berlangsung.

Dugaan awal menunjukkan ada seseorang yang memiliki dendam dan membayar pihak ketiga untuk meracuni anak-anak tersebut.

"

"Beberapa orang tak dikenal memasuki sekolah putri di Distrik Sancharak … dan meracuni kelas, dan ketika para gadis masuk ke kelas, mereka keracunan," katanya.

"

Dua warga Australia mendapat grasi di Vietnam

Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan dua warga negara Australia yang menghadapi tuntutan hukuman mati di Vietnam telah mendapat grasi.

Berbicara secara eksklusif untuk program televisi 7.30 di ABC setelah berkunjung ke Vietnam, PM Albanese mengatakan dirinya sudah melobi pemerintah Vietnam untuk campur tangan.

"

"Saya menyampaikan kepada Perdana Menteri [Vietnam] kemarin pagi. Dan kemarin sore, presiden telah menandatangani perintah grasi," katanya kepada 7.30.

"

PM Albanese mengatakan identitas kedua warga Australia itu tidak diungkapkan karena keluarga minta privasi-nya dilindungi, tetapi "pihak Keluarga sudah diberi tahu dan mereka sangat lega."

Seorang balita Palestina tewas setelah tertembak

Rumah sakit Sheba Israel, tempat anak itu dirawat setelah tertembak pekan lalu, mengatakan ia meninggal "meski ada upaya ekstensif dari tim medis."

Dalam sebuah pernyataan, kementerian kesehatan Palestina mengatakan pihaknya diberitahu tentang "kematian anak Mohammed Haitham al-Tamimi, usia 3 tahun, dari desa Nabi Saleh".

Sesaat setelah insiden penembakan di Ramallah, tentara Israel mengeluarkan pernyataan yang mengatakan "penyerang menembak ke arah komunitas Neveh Tzuf", kemudian tentara yang ada di sekitar "menanggapi dengan menembakkan sejumlah peluru."

Tentara Israel menambahkan mereka "menyesalkan bahaya" yang terjadi pada orang yang tak terlibat serta "berkomitmen untuk melakukan segala daya untuk mencegah insiden semacam itu".

Ratusan ribu orang di Polandia berunjuk rasa

Sekitar setengah juta warga berkumpul di Warsawa untuk menyuarakan kemarahan mereka pada pejabat karena dianggap mengikis aturan hukum, mengendalikan media pemerintah, dan mendukung homofobia.

Partai Hukum dan Keadilan (PiS), yang berkuasa sejak 2015, juga dipandang menggunakan anggaran belanja yang tinggi dan membuat kebijakan sosial yang makin konservatif.

Radek Tusinski yang turun ke jalan bersama istri dan dua anaknya mengatakan ia mengkhawatirkan kembalinya sistem otoriter, seperti masa kecilnya.

"

"Kami menginginkan negara yang bebas untuk anak-anak kami," katanya.

"

Sudah bertahun-tahun beberapa pengamat memperingatkan jika PiS membuat kemunduran dari pencapaian yang sudah diraih Polandia sejak keluar dari pemerintahan komunis di tahun 1989.

Polisi Hong Kong menahan puluhan orang pada peringatan peristiwa Tiananmen

Polisi Hong Kong mengatakan mereka menahan 23 orang karena "melanggar ketertiban publik" dan menangkap seorang perempuan berusia 53 tahun karena "menghalangi petugas polisi".

Penangkapan ini dilakukan ketika polisi memperketat keamanan dalam peringatan 34 tahun peristiwa Lapangan Tiananmen 1989.

Di dekat Taman Victoria, tempat peringatan tahunan sebelumnya, ratusan polisi melakukan operasi penggeledahan dan mengerahkan kendaraan lapis baja dan mobil polisi.

Saksi melihat puluhan orang dibawa pergi, termasuk aktivis Alexandra Wong, yang berusia 67 tahun dan membawa karangan bunga, serta seorang pria yang memegang kertas bertulis "35 Mei", sebuah drama tentang penumpasan Tiananmen, sementara seorang pria tua berdiri sendiri. di sudut jalan dengan lilin.

"

"Rezim ini ingin Anda melupakannya [peristiwa Tianmen] , tetapi Anda tidak bisa melupakannya… [China] ingin menutupi semua sejarah," kata Chris To, yang mengunjungi taman itu dengan kemeja hitam dan digeledah oleh polisi.

"