Cara Hindari Cedera Saat Berolahraga Lari
Ada penyakit tertentu yang sering diderita mereka yang menjalani olahraga lari. Menurut para pakar, yang menyebabkan penyakit itu sebenarnya bukanlah olahraga larinya, melainkan karena para pelari yang bukan profesional seringkali salah memakai sepatu dan tidak melakukan pelatihan resistance training untuk otot kaki mereka.
Beberapa penyakit atau cedera yang sering diderita pelari non-profesional, misalnya shin splints, tumit pelari, Achilles tendinopathy dan nyeri di lutut.
Sebastian Buccheri, fisiolog dan juga direktur dewan Exercise and Sports Science Australia, menyatakan bahwa kebanyakan orang mengenakan sepatu yang tidak tepat karena mereka tak tahu penjajaran alami kaki mereka.
"Ada orang yang mengalami excessive foot pronation, dimana telapak kaki mereka amat rata, dan bisa berakibat rotasi internal pada kaki," ucapnya, "hingga sendi lutut, pinggul dan panggul terbebani secara berlebihan."
"Sedangkan excessive foot supinator berarti bahwa cekungan telapak kaki amat dalam, hingga bisa mengalami retakan akibat tekanan berlebihan di kaki," jelas Buccheri.
Ia menyarankan mereka yang berminat melakukan olahraga lari diperiksa dulu kaki dan cara jalannya oleh podiatris, yaitu pakar dalam bidang kesehatan kaki. Hingga, anda bisa mendapatkan sepatu lari yang cocok.
Apakah lebih baik mendarat dengan bagian depan atau belakang telapak kaki saat lari? Ini masih jadi bahan perdebatan. Namun, menurut Buccheri, para pelari amatir sebaiknya mengikuti apa yang terasa alami bagi mereka.
Bagi mereka yang baru mulai berlari, sebaiknya pelan-pelan dulu, jelas Buccheri. Daripada berlari selama 20 menit terus menerus, lebih baik diselingi gerakan berjalan agar otot dan sendi menjadi lebih kuat. "Mulailah di atas rumput, jangan di aspal," katanya.
Berdiri tegak, jangan tegang di bagian lengan dan bahu, agar anda tidak membungkuk saat mulai merasa lelah dan menyulitkan bernafas.
"Pemanasan terbaik untuk olahraga apapun adalah dengan cara memakai otot yang akan anda latih nantinya, tapi dengan intensitas yang tak begitu besar," jelas ahli geriatri Professor Maria Fiatarone Singh dari University of Sydney, "Jadi, bagi para pelari, misalnya dengan berjalan, jogging, baru berlari."
Selain itu, penting juga melakukan pendinginan, yaitu berjalan selama lima atau sepuluh menit seusai lari.
Perlu pelatihan kekuatan dua atau tiga kali seminggu, bahkan untuk pelari profesional, agar kemungkinan cedera lebih kecil.
"Kalau anda menguatkan otot, tendon yang menghubungkannya ke tulang pun menguat," jelas Buccheri, "gerakan yang terbaik adalah yang melibatkan otot yang dipakai saat berlari."
Seiring usia bertambah, pelatihan kekuatan pun kian penting, karena massa otot makin berkurang.