Cara Buang Barang Bekas Mulai Diperdebatkan di Australia
Meskipun pengumpulan sampah barang bekas telah menjadi bagian dari kehidupan metropolitan di Australia selama beberapa dekade, kini semakin banyak Pemerintah Kota yang mengubah cara mengumpulkan sampah tersebut. Dan tentu saja tidak semua orang senang dengan perubahan itu.
Walikota Fremantle Australia Barat, Brad Pettit, belum lama ini memulai diskusi online tentang isu ini. Dia mengakui tidak ada solusi yang sempurna.
“Ini salah satu isu panas yang begitu kita kemukakan akan menakjubkan melihat setiap orang memiliki pandangan dan semua orang bersemangat tentang hal itu,” kata Dr Pettit ABC Radio Perth.
Jika selama ini Kota Fremantle menawarkan cara tradisional mengumpulkan barang bekas dua kali selama beberapa tahun, Pemkot kini mempertimbangkan pilihan lain.
“Apa yang kami coba adalah menyeimbangkan kenyaman warga yang ingin membuang sampah gelondongan, dan pada saat yang sama menjaga kemudahan dan kerapian pinggir jalan, biaya dan juga isu daur ulang,” kata Dr Pettit.
“Umpan balik yang kami dapatkan mengenai pengumpulan barang bekas dua kali setahun adalah, karena warga sering mengeluarkan barang-barang bekas mereka beberapa minggu lebih awal, maka memakan waktu beberapa minggu untuk mengambilnya. Sehingga untuk waktu yang lumayan lama jalan-jalan akan tampak jelek,” katanya.
Pengumpulan vs pembuangan
Tahun ini, Pemkot setempat hanya akan melakukan satu kali pengambilan barang bekas dari pinggir jalan. Selain itu, akan ditawarkan layanan pembuangan sepanjang tahun di tempat pembuangan akhir sampah.
Sejumlah Pemkot di Perth telah menghentikan pengumpukab barang bekas sama sekali dan meminta warga mengajukan permohonan tempat sampah jika membutuhkannya.
“Hal itu agak kontroversial karena sebagian warga menyukai pengambilan barang bekas dua kali setahun dan yang lainnya tidak menyukai,” kata Dr Pettit.
Pro dan kontra dari pengambilan sampah gelondongan memicu perdebatan di laman Fcebook ABC Radio Perth:
Louise: “Tempat pembuangan tidak cocok untukku. Saya tidak punya mobil yang besar untuk mengangkut sofa rusak. Saya tidak punya trailer, dan juga tak punya kendaraan dengan cantolan untuk gandengan jika saya bisa meminjam trailer dari seseorang. Bagaimana saya akan membawa sampah ke titik pembuangan?”
Philip: “Saya menyukai saat-saat pengumpulan barang bekas. Sampah bagi satu orang mungkin harta bagi orang lain. Hidup dari uang pensiun saat ini, saya menjadi kaya dari sumbangan semacam ini.”
Craig: “Saya tidak suka. Di Kota Gosnells saya melihat barang-barang bekas itu berserakan ditiup angin. Ini membuat daerah itu tampak jelek.”
Sarah: “Saya suka dengan pengumpulan barang bekas di Kalamunda. Namun sekarang kami harus memesan tempat sampah untuk menyingkirkan limbah hijau dan baranbg-barang rumahtangga. Saya pikir itu merugikan orang.”
Andrew: “Setiap barang yang dikumpulkan dari pinggir jalan langsung dibawa ke TPA. Saya lebih memilih pelayanan sesuai permintaan yang kini diadopsi sejumlah Pemkot.”
Semangat berbagi
Dr Pettit mengatakan dia tidak ingin melihat cara pengumpulan barang bekas ini menghilang sama sekali.
“Saya sebenarnya cukup menyukai orang bisa mengisi rumah mereka dan berbagi berbagai hal,” katanya.
“Saya pikir sepeda saya, yang tidak sering digunakan, berasal dari tetangga yang membuangnya,” tambah sang walikota.
“Saya rasa ini semacam semangat berbagi di masyarakat yang tidak bisa kita dapatkan jika hanya mengandalkan tempat pembuatan akhir atau membuang barang ke dalam tempat sampah,” tambahnya.
Dia mengatakan Pemkot juga menghadapi permasalahan dengan meningkatnya masalah warga yang membuang tumpukan besar barang bekas di pinggir jalan dan lahan kosong.
“Kita melihat hal itu terjadi sepanjang tahun. Ini kian jadi masalah bagi Pemkot. Ini sebenarnya bagian dari alasan untuk mengurangi pengumpulan barang bekas di pinggir jalan menjadi sekali saja setahun. Dan pindah ke sistem berbeda,” kata Dr Pettit.
Canberra terdepan
Pada akhirnya, Dr Pettit mengatakan dia ingin melihat Perth mengikuti sistem yang dipergunakan di Canberra.
“Mungkin yang terbaik adalah di ACT karena mereka memiliki toko barang bekas dimana warga bisa membuang dan mengambil barang,” katanya.
“Dengan cara seperti itu tingkat daur ulang pun jadi lebih tinggi,” tambahnya. “Saya kira begitu bentuknya di masa depan.”
“Hal ini rumit. Tak satu pun solusi yang sempurna. Bagaimana menemukan solusi yang membuat warga senang dan yang berkelanjutan serta hemat biaya,” jelas Dr Pettit.
Diterbitkan Pukul 13:30 AEST 14 Maret 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.