Banyak Pasien Bedah Plastik Tidak Cek Latar Belakang Dokternya
Sebuah penelitian di Inggris menyimpulkan banyak pasien bedah plastik yang tidak mengecek latar belakang dokternya. Hal yang sama ternyata juga terjadi di Australia.
Sebuah survei yang dilakukan di Inggris mengatakan sekitar 25 persen dari mereka yang berencana menjalani operasi plastik tidak tahu apakah dokter yang akan menangani mereka memiliki kualifikasi memadai atau tidak.
Laporan itu membuat para dokter plastik di Australia meluncurkan kampanye berjudul Think Over Before You Make Over. (PIkir Dulu Sebelum Kamu Melakukannya).
Seorang wanita berusia 25 tahun dari Queensland mengatakan hidupnya berubah drastis setelah dia melakukan labiaplasty (operasi untuk mengubah bentuk vagina).
Carrie, yang tidak mau menyebut nama keluarganya mengatakan dia bertanya kepada dokter pribadinya mengenai bagaimana melakukan operasi tersebut, dan sang dokter menawarkan melakukan operasi di kantornya.
"Saya berada berdua saja dengan dia. Saya tidak tahu mengenai kemungkinan komplikasi dan juga tidak menandatangani dokumen apapun." katanya.
"Saya kemudian disuruh mengangkang, dan dokter itu kemudian melakukan perbedaan dengan bius lokal, sehingga saya bisa merasakan semuanya. Mengerikan sekali." tambahnya.
Seminggu kemudian menderita komplikasi dan harus dibawa ke rumah sakit.
"Saya menderita haematoma, penggumpalan darah. Dia menjahit saluran kencing sehingga saya tidak bisa kencing dengan benar. Ada syaraf di bagian bawah itu yang masih belum benar sampai sekarang." kata Carrie lagi.
Carrie mengatakan dia pernah memikirkan untuk bunuh diri, dan menderita kecemasan dan depresi karena operasi tersebut.
Tiga tahun kemudian, dia masih mengalami masalah.
"Saya tidak ingin hal tersebut terjadi pada orang lain. Mudah-mudahan ini akan membantu sehingga orang lain tidak melakukan kesalahan yang sama, sehingga menderita seumur hidup."
Nadia berpikir dia bisa melakukannya sambil berlibur ketika dia memutuskan untuk melakukan operasi di Thailand.
Gadis 24 tahun asal Melbourne tersebut menjalani operasi payudara setelah konsultasi selama 20 menit.
"Ternyata dokternya memasang ukuran yang berbeda. Jadi ukuran lebih kecil di bagian kiri, dan yang lebih besar di bagian kanan. Dan ketika saya berada di gym karena adanya gerakan otot, besar payudara kanan dan kiri ini terlihat jelas." kata Nadia.
Survei yang dilakukan di Inggris menyebutkan bahwa 25 persen pasien tidak mengecek lagi kualifikasi dokter sebelum menjalani operasi.
Presiden Ikatan Ahli Dokter Plastik Australia Dr Tony Kane mengatakan statistik di Australia juga hampir sama.
"Kami memang belum melakukan survei. Namun dari pengamatan kami, angkanya mungkin hampir sama." kata Dr Kane.
"Orang kadang membuat keputusan kebanyakan atas dasar harga, dan apa dimana melakukannya, dan bukan pada siapa yang melakukannya."
Kongres Operasi Plastik yang berlangsung dua tahun sekali akan berlangsung di Brisbane hari Kamis (7/5/2015) dan akan mencoba menggunakan survei Inggris itu agar mereka yang hendak melakukan bedah plastik lebih banyak melakukan riset.
"Kami ingin agar para pasien ini melakukan pertemuan tatap muka dengan dokter yang akan melakukan operasi dan bertanya." katanya.
"Misalnya apa keahlian anda? Kualifikasi apa yang ada miliki? Fasilitas apa yang tersedia?."
"Apakah mereka memiliki lisensi untuk melakukan prosedur bius lokal ? Siapa yang akan melakukan perawatan setelah operasi terjadi ?"