Australia, Negeri Kokain: Dari Atlet, Selebritis, Dokter, hingga Penegak Hukum
Investigasi Program 4 Corners ABC News mengungkap gejolak kehidupan di balik booming kokain di Australia.
Seorang pria dengan penutup kepala (balaclava) baru saja selesai memeriksa ada tidaknya alat penyadap di sebuah rumah di pinggiran Kota Melbourne.
Lalu terdengar ketukan di pintu. Tampak seorang berbadan tegap mengenakan masker ski dan jas loreng, berkacamata hitam, melangkah masuk.
Jason (bukan nama sebenarnya) membuka ritsleting tasnya, mengeluarkan bungkusan sebongkah kokain, meletakkannya di sebuah piring.
Bungkusan kokain itu bernilai $50.000 atau sekitar Rp500 juta.
Bau asap menyebar ke seluruh ruangan – bau dari bensin yang digunakan untuk memproses barang haram ini.
"Kami menjualnya ke pemain bola, atlet profesional, pengacara, selebriti, pekerja media… ahli bedah, dokter, hingga perawat," katanya.
Peredaran narkoba ini begitu luas, bahkan mereka yang seharusnya menegakkan hukum pun telah menggunakan kokain.
"Saya pribadi pernah melihat beberapa hakim menggunakannya bersama minuman keras," ujar Jason.
Jason seorang pelaku perdagangan narkoba di level tertinggi dalam sindikat kejahatan terorganisir. Dalam seminggu dia bisa menjual kokain berkilo-kilo. Dia tak pernah tertangkap.
Kokain bermutu tinggi yang diterlihatkannya bernilai Rp6 juta per gram di pasaran, enam kali lipat dari harga yang dibelinya dari produsen.
Pasar kokain di negara ini sangat menguntungkan. Orang Australia adalah pengguna kokain per kapita tertinggi di dunia.
4,2 persen orang Australia berusia 14 tahun ke atas menggunakan kokain pada tahun 2019 – dan sebagai negara yang letaknya tersendiri, pengguna kokain di sini membayar harga tertinggi secara global.
Peredaran kokain saat ini mencapai rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam empat bulan sejak November hingga Februari, pihak berwenang menyita hampir 7,5 ton kokain.
Untuk memahami cara kerja bisnis gelap ini, Program Four Corners ABC News menemui pelaku di jaringan pemasok kokain, mulai dari pengecer hingga operator tertinggi seperti Jason.
Sulit untuk memverifikasi apa yang mereka ceritakan, tapi apa yang mereka gambarkan cocok dengan rekor publik dan apa yang disampaikan sumber-sumber ABC News di dunia gelap kriminal.
Pengedar jalanan
Di Australia, pengedar yang menjual ke konsumen umumnya beroperasi di bagian terbawah mata rantai perdagangan narkoba.
Salah satu pengedar setuju untuk bertemu di sebuah kompleks apartemen di Melbourne Barat. Dia membuka pintu dengan memakai topeng dan tak pernah melepasnya.
"Ini salah satu dari tiga rumah saya," katanya. "Kami menunggu pemasok mengantarkan apa yang saya butuhkan."
Melalui aplikasi terenkripsi, dia memesan empat ons kokain. Dia kemudian memposting di aplikasi Snapchat, Wickr, dan Signal, memberi tahu pelanggannya soal pasokan minggu ini.
Pengedar ini seorang operator tunggal, menjajakan kokain langsung ke konsumen dan memasok ke pengecer lain.
Dia bekerjasama dengan beberapa pengedar narkoba tingkat menengah yang mengaku terkait dengan geng motor terlarang.
"Saya tumbuh di perumahan yang disediakan pemerintah, dan melihat perdagangan ini sebagai jalan keluar. Teman saya melakukannya, menghasilkan uang dengan cepat, membeli mobil, pakaian bagus serta barang-barang bermerk. Jika mereka bisa melakukannya, mengapa saya tidak?" tuturnya.
Saat menunggu pesanannya datang, dia menyiapkan "pemotong" – kokain palsu yang dia gunakan untuk mengencerkan dan "menguras" duit pengguna.
Dia menghancurkan Panadol menjadi bubuk halus sebelum menyemprotnya dengan hairspray hingga menggumpal. Dia kemudian membungkusnya dengan bungkus plastik dan mengompresnya dengan bagian botol parfum.
Bubuk panadol itu akan dicampur dengan kokain asli untuk memaksimalkan keuntungannya. Biasanya dia akan menjualnya kepada orang yang tidak dia kenal di klub malam atau bar.
"Mungkin sekitar satu setengah gram Panadol. Jadi saya akan menagih sekitar $650 jika saya melakukan penipuan," ujarnya.
Bukan hanya klien yang akan ditipunya. Dia menerima pesan dari pemasok tingkat menengah yang menawarkan kokain.
"Dia menyebut barangnya kelas A. Dijual seharga $5.200 per ons."
Ini harga murah yang mencurigakan.
"
"Saya tahu dia mencoba menipuku, tapi kita akan menghabisinya sebelum dia bisa beraksi."
"
Dia menyusun rencana untuk mengirim kru mencuri barang tersebut.
"Orangku duduk di mobil, gobrol dengannya. Membangun kepercayaan, mengeluarkan pistol saat dia tidak menduganya dan meminta semua barangnya. Cukup sederhana."
Pengedar ini menunjukkan video dua senjata yang baru saja dibelinya.
"Untuk kokain yang asli, harganya $18.000 hingga $28.000 tergantung kualitasnya. Barang campuran, seharga $4.000 hingga $8.000 tergantung seberapa kotornya."
Pengedar ini terperangkap dalam gaya hidup yang tidak stabil. Di setiap langkah, dia merasa memiliki segalanya untuk diraih dan segalanya untuk dikorbankan.
Konsumsi kokainnya sendiri menghabiskan biaya $4.000 hingga $5.000 seminggu.
"Dalam kondisi terburuk, saya menghabiskan delapan bola (seperdelapan ons) setiap hari dalam 3-4 tahun ini. Setiap hari."
"Anda bisa menghancurkan dirimu dengan sangat cepat. Curiga orang akan menjebakku. Menyebabkan pertengkaran dalam hubunganku, persahabatan, semuanya."
"Tapi saya sangat menyukai perasaan seperti itu sehingga saya terus melakukannya."
Pengedar korporasi
Remy (bukan nama sebenarnya) melilitkan syal Burberry di lehernya, berjalan ke stasiun kereta api di pnggiran Kota Sydney yang rindang.
Dia bekerja dalam posisi penting perdagangan narkoba, makan di restoran kelas atas, dan ingin menambahkan jam tangan Rolex baru ke dalam koleksinya.
Ketika Remy pertama kali memasuki dunia korporat, itu membuka pasar baru untuk bisnisnya yang lain — kokain.
"Saya menyadari bahwa bekerja di dunia korporat dan bekerja menjual kokain, benar-benar saling menunjang dengan baik," kata Remy.
"Saya mulai berjejaring, minum-minum setelah bekerja, bergaul dengan direktur, bertemu dengan teman-temannya."
"Jadi hampir setiap hari, saya menjualnya saat istirahat makan siang."
Apa yang kini menjadi kehidupan ganda yang glamor bagi Remu bermula sebagai perjuangan untuk bertahan hidup.
Masa kecil Remy di lingkungan keluarga imigran Lebanon yang konservatif berubah total ketika berusia 12 tahun.
"Ada poster selebriti bernama Alyssa Milano dari Charmed yang saat itu sangat saya sukai," ujarnya.
"Saya mulai berpakaian dengan cara tomboy. Menumbuhkan lebih banyak kepribadian maskulin," ujar Remy yang terlahir sebagai perempuan.
Suatu malam, ayah tiri Remy memeriksa teleponnya dan membaca pesan genit dengan pacarnya, seorang perempuan.
Dia langsung diusir dari rumahnya.
Dalam keputusasaannya, dia mendatangi satu-satunya tempat yang dia rasa aman — restoran 24 jam di Parramatta.
Remy akhirnya bertemu dengan seorang perempuan lebih tua yang digambarkan sebagai "induk semang", menawarkan untuk membantunya menghasilkan uang.
"Saya diajari bagaimana bertahan hidup, yang berarti saya harus setia dan harus membalasnya," katanya.
Pada usia 13 tahun, dia mulai menjual kokain dan menapaki karir dengan cepat. Selama ini, Remy berulang kali ditikam, dipukuli, dan dilecehkan secara seksual.
Trauma itu masih menghantuinya.
"Pernah saya ditodong pistol ke mulut begitu keras sehingga gigi belakangku patah dan jatuh dari mulut saya."
Masuk ke dunia korporasi membuat Remy marasa aman dan punya akses ke pelanggan baru. Tapi juga masalah baru. Dia sendiri telah kecanduan uang dan obat-obatan terlarang.
"Anda merasa tak terkalahkan. Punya uang sebanyak ini. Saya bisa punya $100 ribu semalam dan berutang $250.000 minggu depannya."
Selama lebih dari lima tahun, Remy menjalani kehidupan gandanya — menjual kokain kepada para profesional selama jam kerjanya. Di satu acara perusahaan saja, dia bilang dia bisa menghasilkan lebih dari $15.000.
"Saya hanya melihat dolar, dolar, dolar. Saya sangat fokus pada uang karena hal ini mengubah narasi dan kekayaan generasi kita," ucapnya.
Pada saat Remy menginjak usia awal 20-an, dia menyadari harus keluar dari bisnis kokain – thal api itu tidak mudah," katanya.
"Menjauh dari uang sebanyak itu apakah layak untuk jangka panjang. Begitu pertanyaan pada diri sendiri," katanya.
"Apakah ingin menjalani kehidupan kriminal dan keluar masuk penjara, berurusan dengan bajingan seumur hidup Anda?"
Penyelundup internasional
Dalam dunia perdagangan kokain yang penuh risiko, ada pelaku yang percaya bahwa komitmen jangka panjang itu sepadan.
Jason salah satunya. Dia membuka bungkusan kokainnya.
"Barang ini memiliki ciri khas tertentu. Banyak orang menyebutnya mutiara atau ibu dari mutiara," katanya.
"Persentasenya sekitar 80-an. KIta tidak akan mendapatkan barang dengan kadar 90-an. Produk akhir di jalanan, selama COVID, kadarnya hanya 5 persen, dan setelah COVID umumnya kembali ke 50 persen."
Jason sudah 30 tahun beroperasi dan kini di level tertinggi. Untuk bertahan selama itu, dia menerapkan aturan mainnya sendiri.
"Saya bekerjasama dengan orang-orang yang menaati aturan ini. Aturan yang menentukan cara mereka bekerja. Beberapa orang melanggar, mereka berbicara, atau bertindak terlalu jauh."
"Jika bisa melakukannya dalam tingkat hubungan manusiawi, memenuhi janji kepada orang, ada uang ada barang, maka tak akan muncul masalah."
"Terkadang kita harus memproyeksikan kekuatan. Dalam perdagangan ini kita perlu kombinasi antara dihormati, mengasihi, dan sedikit rasa takut tapi tidak berlebihan," tutur Jason.
Dia mengaku baru dua kali jejadian ada senjata yang terlibat.
"Jika seseorang menodongkan senjata, mereka umumnya ingin menakut-nakuti. Jika seseorang memang ingin menggunakan senjata, Anda tidak akan pernah melihatnya, karena Anda sudah mati."
Dia juga belum tertangkap oleh penegak hukum. Dia berpengalaman dalam kebersihan digital, pengawasan polisi, dan manajemen dalam bisnis narkoba.
Jason, yang memiliki pemindaian alat penyadap balaclava, tidak mengizinkan kami menyimpan rekaman audio dari wawancara tersebut.
"Ketika Anda berurusan dengan kokain berkualitas tinggi, selalu dimulai dengan pengenalan. Anda harus diperiksa. Pada tingkat tertentu, banyak paranoia. Karena kita berurusan dengan uang jutaan dolar," kata Jason.
Tiga tahun lalu, Kepolisian Federal Australia menggelar operasi dengan taget "Kartel Australia", sembilan penyelundup yang diyakini menguasai 30 persen impor narkoba bernilai miliaran dolar.
Jason mengatakan kartel seperti itu itu tidak terjadi lagi, karena sekarang perdagangan ini telah terpecah menjadi sindikat yang semakin kecil.
"Kartel yang Anda bicarakan, jalur tradisional mereka dihilangkan oleh aplikasi terenkripsi yang dibuat oleh polisi," katanya.
"Banyak pemain lebih besar ditangkap dan cara tradisional memasukkan kokain ke negara itu telah diketahui sehingga muncul cara-cara baru."
Saat permintaan Australia terhada kokain semakin tumbuh, para pengedar dan pedagang seperti Jason melanjutkan bisnis untuk memenuhi permintaan itu.
Dampaknya jelas. Sebuah penelitian terbaru menyebut kokain sebagai faktor penyebab 400 kematian dalam lima tahun terakhir.
Jason membenarkan perannya, dengan mengatakan dia seperti "pengemudi Uber Eats bergaji tinggi".
"Saya mengantarkannya dari produsen ke konsumen, dengan masalah seminim mungkin," katanya.
"Jika saya dapat menyediakan sesuatu yang Anda inginkan dengan harga masuk akal tapi berkualitas baik, saya tidak merasa melakukan kesalahan," ujarnya.
Tonton program Four Corners pada Pukul 8:30 PM waktu Australia Timur (5:30 PM WIB) di ABC TV dan ABC iview.
Kredit:
Cerita oleh: Mahmood Fazal, Amos Roberts dan Dylan Welch
Fotografi: Amos Roberts dan Mahmood Fazal
Produksi dan Desain Digital: Nick Wiggins
Penerjemah: Farid Ibrahim