55 Pemuda dari 5 Negara MIKTA Bertemu di Seoul
Kelompok negara-negara MIKTA yang terdiri atas Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia, mengumpulkan 55 pemuda untuk bertemu di Seoul, 6-11 Juli 2015, dalam Young Professional Camp. Salah seorang wakil Indonesia menuliskan laporannya mengenai forum tersebut.
Terbentuk pada tahun 2013, Lima Menteri Luar Negeri dari negara anggota MIKTA bertemu pertama kali pada tanggal 25 September 2013 di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York.
Bulan ini di Seoul, Korea Selatan, 55 pemuda dari kelima negara akan menindaklanjuti kesepakatan yang dicapai para pejabat negara, dalam sesi diskusi dan pertukaran pengetahuan 6 hari bertajuk ‘MIKTA Young Professional Camp’.
Tapi apa sebenarnya latar belakang MIKTA dan apa saja visi kemitraan ini? Berikut kami sajikan 5 fakta tentang MIKTA.
Dari kiri ke kanan: Menteri Luar Negeri Turki-Mevlut Cavusoglu; Menteri Luar Negeri RI-Retno Marsudi; Menteri Luar Negeri Korsel-Yun Byung se; Menteri Luar Negeri Australia-Julie Bishop; Menteri Luar Negeri Meksiko-Jose Antonio Meade Kuribrena. (Foto:mikta.org)
Alasan dibentuknya MIKTA
Munculnya isu-isu global baru dalam sektor keuangan dan ekonomi, keamanan, lingkungan serta pembangunan berkelanjutan memicu kelima negara untuk memikirkan kerangka kerjasama yang lebih konkrit. Terlebih, munculnya aktor-aktor non-negara dan dominasi kawasan memicu komplikasi dalam penerapan struktur pemerintahan global.
Kelima negara berpikir bahwa dunia perlu untuk meningkatkan kemitraan inovatif yang menyediakan solusi pragmatis dan konstruktif atas sejumlah tantangan tersebut. Karenanya, MIKTA kemudian dibentuk pada bulan September 2013, di sela-sela siding Majelis Umum PBB di New York.
Menlu Jose, Menlu Yun, dan Menlu Bishop di sela-sela Pertemuan Menteri Luar Negeri MIKTA ke-5 di Seoul, Mei 2015. (Foto: mikta.org)
Negara anggota MIKTA
Sesuai dengan namanya, anggota MIKTA terdiri dari 5 negara: Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia. Meski kelima negara ini berasal dari kawasan dan budaya yang berbeda, kelima-nya mengaku memiliki kesamaan nilai.
Kelima negara sama-sama negara demokrasi dengan perekonomian terbuka yang berimbas pada tingkat pertumbuhan. Mereka juga mengklaim bahwa lokasi masing-masing negara begitu strategis sehingga mampu menjadi penghubung antar kawasan.
Pertemuan Menteri Luar Negeri MIKTA dengan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye. (Foto: mikta.org)
Agenda MIKTA
Agenda utama MIKTA adalah Pertemuan Menteri Luar Negeri yang diadakan tiap tahun. Selain itu, kemitraan ini juga memiliki program pertukaran, workshop, jaringan akademik, dan diskusi pemuda (MIKTA Youth Camp).
Sebagai kerangka kemitraan, MIKTA berfungsi sebagai sarana konsultasi antar-kawasan untuk meningkatkan pemahaman di antara anggota, memperkuat hubungan bilateral dan kerjasama.
Selain itu, MIKTA juga berperan untuk menjembatani negara maju dan berkembang untuk mempromosikan pemerintahan global dan untuk mengurangi jurang dalam penentuan kebijakan serta untuk mencari solusi pragmatis dan kreatif atas sejumlah tantangan regional dan global.
MIKTA juga akan bertindak sebagai fasilitator dalam inisiatif reformasi pemerintahan global dan berperan konstruktif di panggung global.
Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, menjadi wakil RI dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri MIKTA ke-2 di Meksiko, April 2014. (Foto: mikta.org)
MIKTA Young Professional Camp
MIKTA Young Professional Camp (MPC) adalah salah satu agenda penting dalam MIKTA. Tahun ini, MPC diadakan untuk pertama kalinya oleh Kementerian Luar Negeri Korea Selatan di Seoul, dari tanggal 6-11 Juli.
MPC akan dihadiri 55 profesional muda dari 5 negara yang akan berdiskusi seputar masalah global dan berbagi pemahaman mereka akan isu tersebut.
Konferensi Jaringan Akademik MIKTA adalah salah satu agenda kemitraan ini.
Tujuan MIKTA Young Professional Camp
Tak jauh dari tujuan awal MIKTA, MPC bertujuan untuk menanamkan landasan berdialog dan berbagi pemahaman di antara para pemimpin muda dari negara anggota.
Forum ini didesain untuk memberi partisipan sebuah kesempatan untuk berbagi ide kreatif mereka, memperluas jaringan dan bekerja sama dalam mengatasi isu global, seperti perubahan iklim.
MPC juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik akan agenda global, memperkuat solidaritas di antara partisipan yang memiliki pengalaman dan latar belakang berbeda, serta mencari peluang kolaborasi.
*Wartawan ABC – Australia Plus Indonesia Nurina Savitri menjadi salah satu peserta asal Indonesia yang diundang mengikuti MIKTA Young Professional Camp dan akan mengirimkan laporannya dari Seoul.