Keluarga Tuntut Penjelasan Soal Kematian Anaknya oleh Serangan Drone AS
Orang tua dari warga Australia yang terbunuh oleh serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat di Yaman menuntut pemerintah federal untuk memberikan penjelasan menyeluruh tentang kematian anaknya dan membuktikan tuduhan kalau anaknya memiliki hubungan dengan organisasi teroris Al Qaeda.
Christopher Havard tewas ketika mobil yang sedang dikendarainya dihantam misil yang ditembakan dari pesawat tanpa awak Amerika Serikat pada November tahun lalu.
Berdasarkan dokumen yang didapat dari mekanisme UU kebebasan informasi yang berhasil didapatkan program 7.30 ABC menunjukan Havard bersama dengan warga Australia keturunan Selandia Baru yang ikut tewas dalam serangan itu telah masuk dalam daftar pengawasan Kepolisian Federal Australia (AFP) karena keterkaitan dengan organisasi terlarang Kelompok Teroris AlQaeda Semenanjung Arab (AQAP) .
Dokumen itu juga menunjukan kalau Havard yang beralih memeluk agama islam itu ditetapkan sebagai tersangka pada peristiwa penculikan 3 warga barat di Yaman oleh Al Qaeda pada Desember 2012.
Ketiga warga barat itu, termasuk salah satunya warga Australia bernama Dominik Neubauer, telah dibebaskan pada Mei tahun lalu, setelah uang tebusan senilai jutaan dollar yang diminta penculik dibayarkan.
Dokumen itu juga menunjukan kalau AFP berusaha menyelidiki kemungkinan keterlibatan Havard dalam peristiwa penculikan itu sebelum ia tewas.
“Ketika serangan pesawat tanpa awak itu terjadi pada bulan April, Kementerian Luar Negeri mengatakan : tidak ada warga Australia yang terlibat dalam operasi itu, “
Namun dokumen yan diperloleh ABC menunjukan kalau pihak Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) mengirimkan dokumen Havard kepada Menlu Julie Bishop hanya 4 hari sebelum kematiannya pada 19 November.
Mengacu pada ketentuan "warga Australia yang menghadapi penahanan hukum di luar negeri dengan alasan yang berkaitan dengan terorisme", Pemerintah menyembunyikan banyak dokumen dengan alasan keamanan nasional.
Namun, dokumen itu mengungkapkan bahwa Havard telah diselidiki oleh pemerintah dan disimpulkan pernah terlibat dengan AQAP.
Dokumen lain yang dikirim ke kantor Kejaksaan Agung Australia juga menunjukan kalah AFP telah meluncurkan operasi Viljandi untuk menyelidiki peran Havard dalam penculikan ketiga warga barat tersebut.
Dua warga Australia dan Selandia Baru yang tewas dalam serangan drone itu adalah Daryl Jones, alias Muslim bin John, pemeluk agama islam lain yang bertemu dengan Havard di Christchurch.
Dokumen ini juga mengungkapkan adanya ketidakpastian dikalangan pemerintah apakah Havard dan Jones terlibat dengan AQAP.
Dalam laporannya yang dikirim ke Kantor Menlu Bishop sebelum serangan pesawat tanpa awak itu terjadi, mereka mengatakan Jones hanyalah satu-satunya orang yang terkait dengan AlQaeda dan Havard hanta tergabung dengan kelompok.
Namun dokumen berbeda yang dikirim ke Menlu Bishop dua pekan berikutnya setelah mereka tewas mengatakan keduanya disimpulkan sebagai anggota AQAP.
Keluarga tuntut penjelasan resmi
Pada 19 November 2013, Havard dan Jones tengah mengendarai mobilnya di Yaman Timur dengan tiga anggota AQAP ketika mobil yang mereka tumpangi meledak akibat dihantam misil yang ditembakan dari pesawat tanpa awak.
Keluarga Havard mengaku pemerintah awalnya memberitahu mereka kalau Havard tewas dalam sebuah serangan di mesjid di Yaman.
Kemudian mereka mengatakan kalau anaknya tewas karena kecelakaan mobil.
"Sebulan setelah ia tewas, kami baru diberitahu,” kata Neill Dowrick, yang telah menjadi ayah Havard ketika menghadapi masa sulit di Townsville.
"Chris dianggap sebagai korban dalam serangan itu dan cerita yang kami dapatkan dari pemerintah selalu berubah setiap pekan,” katanya.
"Mereka bilang pihak koroner akan memberitahu kami dan menjelaskan bagaimana dia terbunuh. Tapi itu belum kami dapatkan. Setiap kami tanya mereka tidak mau menjawab. Mereka tidak memberikan penjelasan sama sekali,” kata ibu Havard, Bronwyn Dowrick.
Havard memeluk agama Islam dalam sebuah acara sederhana di Mesjid King Fahd Townsville pada tahun 2008.
Dan mendadak pada 2010, Havard meminta ijin untuk pergi ke Yaman menjawab tawaran mengajar.
Baru pada 2011, Havard tiba di Ibukota Yaman, Sana’a yang merupakan pusat pertempuran Amerika dengan Al Qaeda.
Sejak akhir 1990, kelompok yang sekarang dikenal dengan sebutan Al Qaeda di Semenanjung Arab mengumumkan perlawanannya kepada AS.
Sejak kematian anaknya Havard, orang tuanya menerima ancaman dan sering kali dipermalukan di jalan-jalan di Townsville.