ABC

OECD : Pemotongan Anggaran Terlalu Ketat Beresiko Bagi Perekonomian Australia

Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mendesak pemerintah Australia untuk tidak memotong pengeluaran terlalu keras atau menaikkan pajak terlalu cepat dalam penyusunan anggaran federal minggu depan.

Kelompok yang bermarkas di Paris ini juga menggunakan prakiraan ekonomi global terbaru untuk mendesak regulator perbankan Australia agar mempertimbangkan cara-cara untuk mendinginkan pasar perumahan.

Peringatan itu datang setelah Perdana Menteri Tony Abbott memastikan akan mengenakan pajak atas bagi warga yang berpenghasilan lebih tinggi dalam anggaran pertama pemerintah, kendati ada penentangan kuat dalam jajaran Koalisi.

Jajaran Kabinet Abbott hari ini bertemu di Canberra untuk menyelesaikan persiapan mereka sebelum anggaran tersebut diterbitkan pada Selasa mendatang.
 
Dalam outlook ekonomi dua tahunan terbaru, OECD memangkas proyeksi pertumbuhan Australia menjadi 2,9 persen untuk tahun 2015, turun dari perkiraan sebelumnya yakni 3,1 persen pada enam bulan lalu.

Namun perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,5 persen untuk Australia pada tahun 2014 tidak berubah.

OECD mengatakan investasi non-pertambangan masih terlalu lemah untuk mengimbangi perlambatan di sektor pertambangan, dan untuk alasan ini pemotongan belanja yang cepat dan curam justru akan mengancam pemulihan ekonomi.

OECD sarankan intervensi di sektor perumahan

Kepala ekonomi Citi, Paul Brennan terkejut oleh menguatnya peringatan yang diterbitkan OECD ini.

Dia mengatakan risikonya adalah anggaran yang super ketat justru akan bertentangan dengan kebijakan suku bunga rendah, yang saat ini memicu pemulihan di sektor perumahan.

"Jadi itu artinya kita harus berhati-hati bahwa kita tidak boleh memiliki satu lengan kebijakan yang bertentangan melawan lengan kebijakan lainnya. Itu artinya kita harus menerapkan kebijakan fiskal yang diperketat dengan cepat bersamaan dengan upaya bank sentral mendorong pemulihan yang lebih kuat di sektor perekonomian, "kata Brennan.

OECD mencatat kenaikan harga rumah, terutama tingginya proporsi aktivitas investor, dan mendesak regulator perbankan Australia untuk mempertimbangkan ikut melakukan intervensi guna mendinginkan pasar, menyusul aksi serupa di Selandia Baru.

“Persyaratan yang ketat untuk menerbitkan pinjaman hipotek tidak boleh dikesampingkan dengan tujuan untuk mendinginkan pasar," kata OECD.

Tahun lalu, Bank Sentral Selandia Baru menetapkan batasan jumlah deposit rendah yang dapat dikucurkan oleh pihak bank untuk kredit rumah, dan langkah itu berhasil membantu menurunkan harga rumah.

Bank Sentral Australia juga telah mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan langkah tersebut namun sejauh ini menolaknya.