Australia Luncurkan Aplikasi Anti Perdagangan Satwa Liar
Meskipun kasus perdagangan satwa liar di Australia tidak separah di Afrika atau Asia, namun saat ini sejumlah spesies burung dan reptil khas Australia menjadi komoditas satwa yang paling dicari di pasar gelap.
John Scanlon, Sekjen Konvensi Perdagangan Spesies Langka Flora dan Fauna Internasional (CITES), mengatakan perdagangan satwa liar di Australia terkonsentrasi pada pasar kolektor hewan piaraan.
"Spesies Australia yang paling terancam praktek perdagangan satwa liar antara lain nuri, kakatua, ular dan kadal '.
Scanlon mengatakan sebagian besar hewan itu diperdagangkan melalui modus pengiriman langsung, seperti diikat ke tubuh kurir atau disembunyikan di bagasi.
"Kami pernah menemukan kasus reptil Australia diselundupkan keluar didalam boneka beruang, dan 3000 semut asli Australia dimasukkan ke dalam wadah plastik."
Menurutnya perdagangan satwa liar ini terjadi dua arah.
"Australia memiliki catatan menyelundupkan satwa liar Australia keluar secara ilegal dan juga mendatangkan hewan secara ilegal ke dalam Australia dan itu termasuk barang-barang seperti gading dan tengkorak orang utan."
Tetapi perdagangan satwa liar di Australia skalanya masih terbilang kecil dibandingkan dengan praktek perdagangan satwa liar di luar negeri di mana volumenya sangat tinggi dan perdagangan terjadi melalui pengiriman dengan kontainer.
'Di sejumlah kawasan di dunia kita melihat perburuan berskala industri dan penyelundupan yang dilakukan dengan keuntungan yang tinggi, dan memiliki rute transit yang terorganisir rapi.
"Kami menghadapi geng-geng kriminal yang serius dan terorganisir serta kelompok-kelompok milisi pemberontak di beberapa bagian Afrika Tengah seperti Tentara Perlawanan Tuhan yang terjerat dalam perdagangan gading.
"Kami harapkan di Australia akan ada penegakan hukum yang ketat, pemberlakukan sanksi hukum yang berat bagi pelaku tindak kejahatan perdagangan satwa serta dukungan dari masyarakat,” kata Scanlon.
Aplikasi Wildlife Witness
Untuk mendorong dukungan dari masyarakat dalam kampanye anti perdagangan satwa liar ini, Kira Husher dari Masyarakat Konservasi Taronga Australia memperkenalkan aplikasi ponsel pintar disebut Saksi Satwa liar atau Wildlife Witness.
"Aplikasi ini akan memudahkan anggota masyarakat untuk menjadi mata dan telinga di lapangan yang mengawasi praktek perdagangan satwa liar. '
Aplikasi ini memungkinkan orang untuk mengambil foto dan dokumen hewan yang diduga diperdagangkan secara ilegal dan kemudian mendaftarkan lokasi GPS.
Informasi ini kemudian akan dikirim ke jaringan monitoring satwa liar global, TRAFFIC.
Hal ini dianalisa dan jika diperlukan dikirim ke lembaga penegak hukum setempat.
Di Australia apps ini ditargetkan untuk wisatawan yang bisa melihat sesuatu di luar negeri yang mereka duga sebagai ilegal.
Kira Husher mengatakan Aplikasi ini berhasil mengarahkan seorang wisatawan bisnis asal Australia menyelamatkan seekor beruang matahari yang kini diasuh oleh kebun binatang Taronga bernama Hobbs dari Kamboja.
"Wisatawan itu sedang dalam perjalanan bisnis ia kemudian melaporkan beruang madu yang terkurung di kandang di luar sebuah restoran di Kamboja.
'Hobbs hendak dijual untuk dijadikan bahan sup cakar beruang,” katanya.
John Scanlon mendukung aplikasi ponsel ini dan berharap hal itu akan menyebabkan pemahaman yang lebih besar terhadap masalah perdagangan satwa liar.
"Sekarang ada satu miliar orang bepergian per tahun dan tanpa disadari dapat membuat keputusan yang buruk dan membeli sesuatu dan tidak tahu itu berasal dari spesies langka dan membelinya berarti mendorong satwa itu pada kepunahan.
"Aplikasi ini dapat meningkatkan kesadaran wisatawan sebagai konsumen dan juga menggunakan mereka sebagai mata dan telinga di lapangan, kata Scanlon.