ABC

Pencarian MH-370: Kapal Selam Robotik Tuntaskan Pemindaian Dasar Laut Pertama

Kapal selam tanpa awak (robotik) “Bluefin-21” akhirnya menyelesaikan pemindaian dasar laut pertama di areal pencarian pesawat MH-370, yang terletak di samudera Hindia. Selanjutnya, hasil pemindaian ini akan digunakan sebagai alat penting bagi tim pencarian lainnya.

Sampel tumpahan minyak yang diambil dari areal pencarian, yakni 2000 km di barat Perth, telah dianalisa dan hasilnya diyakini bukan berasal dari tumpahan oli mesin pesawat.

Padahal tim pencarian meyakini bahwa area ini kemungkinan besar adalah titik jatuh pertama pesawat setelah hilang dari radar.

Rangkaian sinyal suara yang terdeteksi sepanjang bulan ini telah mengarahkan tim pencarian ke wilayah terpencil dari samudera Hindia, dengan keyakinan bahwa sinyal tersebut kemungkinan besar berasal dari kotak hitam pesawat.

Namun demikian, dengan tidak ditemukannya detak sinyal selama seminggu terakhir dan kenyataan bahwa baterai kotak hitam pesawat telah habis sejak 10 hari yang lalu, tim pencarian kini bergantung pada kapal selam robotik ini.

Kapal selam tanpa awak “Bluefin-21” akhirnya menyelesaikan misi pemindaian16 jam pertama di kedalaman 4,5 km pada Rabu, 16 April, malam, setelah mengalami beberapa kendala teknis pada dua pemindaian awal.

“Bluefin-21 telah melakukan pemindaian di areal seluas 90 kilometer persegi dan data terakhir yang didapat sedang dianalisa,” begitulah pernyataan dari Pusat Koordinasi Tim Pencarian (JACC).

JACC juga menerangkan bahwa kapal selam robotik tersebut bisa saja memindai lebih dalam, namun resiko kecil akan muncul jika robot ini meluncur di kedalaman yang melebihi 4,5 km.

Fokus pencarian berpindah ke dasar laut

Senin lalu, Koordinator Tim Pencarian, Marsekal Angus Houston, mengatakan, pencarian puing pesawat dari udara dan dari atas permukaan laut kemungkinan akan berakhir dalam 3 hari, karena fokus pencarian bergeser ke areal dasar laut yang belum terpetakan.

Meski demikian, tim pencarian, hari ini, juga menyebut bahwa 10 pesawat militer, dua pesawat sipil, dan 11 kapal masih tetap beroperasi di areal pencarian seluas 40.000 km persegi.

Ini artinya, tim pencarian, dengan tekanan dari keluarga penumpang, masih memupuk harapan akan ditemukannya bagian pesawat.

Seperti dikutip Wall Street Journal pada Rabu, 16 April kemarin, Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan, “Kami meyakini bahwa pencarian bawah laut akan selesai dalam waktu satu minggu atau lebih. Jika kita tidak menemukan bongkahan pesawat, maka pencarian akan dihentikan, dan tim akan berkoordinasi serta berpikir ualng.”

Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein, berjanji untuk tetap meneruskan pencarian, walaupun ada jeda untuk koordinasi dan memikir ulang strategi pencarian.

“Pencarian akan tetap berjalan. Pendekatannya saja yang berubah,” ujarnya dalam konferensi pers di Kuala Lumpur.

Ia menegaskan, Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, tetap berkomunikasi secara intens dengan PM Abbott, dan bahwa pada Kamis, 17 April pun keduanya masih mendiskusikan pencarian pesawat.

“Mereka telah mencari selama 40 hari dan belum menemukan satupun yang mengambang,” tutur Geoffrey Dell, Asisten Profesor Investigasi Kecelakaan dan Forensik di Universitas Queensland Pusat.

Selain Bluefin-21, tim pencarian juga bergantung pada prakiraan kondisi laut yang disediakan oleh Unit Riset Atmosfer dan Kelautan, dari Organisasi Penelitian Industrial dan Ilmiah milik Persemakmuran (CSIRO), yang dapat memberi petunjuk mengenai arah persebaran puing pesawat.

“Angin, gelombang laut, waktu dan badai yang muncul, itu semua dapat memberi petunjuk tentang kondisi laut saat itu dan prakiraan yang suguhkan harus mampu memprediksi ini semua,” jelas Nick Hardman-Mountford, Ilmuwan Kelautan Senior di CSIRO.

Ketua Tim Pencarian, Marsekal Angus Houston, memberi isyarat bahwa pencarian ini, meski belum usai, telah tergolong sebagai pencarian termahal dalam sejarah penerbangan, sekalipun pihak yang berwenang belum menyebut nominal biaya pencarian gabungan ini.