Anjing dan Kucing Dibakar Saat Masih Hidup di Pasar Tomohon
PERINGATAN: Berita ini memuat gambar dan uraian yang mungkin membuat sebagian orang jadi jijik.
Kelompok penyayang binatang Dog Meat-Free Indonesia (DMFI) mendesak Pemerintah Indonesia untuk memenuhi janjinya melarang perdagangan daging anjing dan kucing, setelah muncul sebuah rekaman video yang menunjukkan kedua hewan piaraan tersebut dibunuh dengan cara dihantam kepalanya dan dibakar saat tubuhnya masih bergerak-gerak.
Koalisi LSM DMFI terdiri atas Four Paws, Change for Animals Foundation, Humane Society International, Aminal Friends Jogja dan Jakarta Animal Aid Network.
Menurut DMFI, kebrutalan masih terus berlanjut di Pasar Ekstrim Tomohon di Sulawesi Utara, padahal pemerintah telah berjanji melarang praktek tersebut pada Agustus lalu.
“Ini hal paling mengerikan yang pernah saya saksikan dalam 10 tahun aktif di bidang ini. Dan hal itu dilakukan di depan anak-anak,” ujar Direktur Change for Animals Foundation, Lola Webber, kepada wartawan ABC Farid M. Ibrahim.
“Setiap kucing dan anjing yang kami lihat di pasar itu dibakar di saat tubuhnya masih bergerak-gerak,” kata Lola.
Rekaman video itu dikirim DMFI dan disaksikan ABC. Di dalamnya terlihat bagaimana kucing dan anjing dibakar dengan alat pembakar yang menggunakan gas, ketika tubuh hewan masih bergerak. Semua itu dilakukan di tengah kesibukan pasar dipenuhi warga setempat, turis dan anak-anak.
Hewan-hewan tak berdosa ini sebelumnya dihantam kepalanya oleh penjual dengan balok kayu.
DMFI merilis video pertamanya mengenai kebrutalan di pasar itu pada Desember 2017 lalu. Videonya jadi viral.
Kecaman dunia internasional pun berdatangan, termasuk surat yang ditujukan kepada Presiden Jokowi, memintanya memberlakukan larangan perdagangan daging anjing dan kucing.
Lebih dari 90 warga Indonesia dan negara lain termasuk selebriti dunia seperti Cameron Diaz, Chelsea Islan, Jane Goodall, Simon Cowell dan Ellen DeGeneres turut menandatangani surat itu.
Pada bulan Januari 2018, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengatakan kepada detik.com bahwa pasar tersebut didirikan untuk mengakomodasi pejualan daging hewan yang tidak biasa seperti ulang, anjing, kelelawar, kucing dan tikus.
“Makanya disebuah Pasar Ekstrim… Tidak ada yang sadis di sini,” katanya.
Sebulan kemudian, perwakilan DMFI bertemu dengan jajaran Pemkot Tomohon, dan menegosiasikan upaya untuk mengakhiri pembunuhan anjing dan kucing di sana.
Pemkot setempat, menurut DMFI, sepakat untuk bekerja sama dengan para aktivis untuk memperhatikan kesejahteraan hewan, dengan target mengakhiri perdagangan daging kedua binatang ini dalam empat tahun.
Pada awal Agustus, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Deptan Syamsul Ma’arif menyatakan tekadnya untuk mengakhiri perdagangan yang disebutnya “penyiksaan binatang” tersebut.
Media lokal mengutip Syamsul yang menyatakan berdasarkan UU Pangan Tahun 2012, daging anjing dan kucing tidak masuk dalam kategori pangan karena bukan produk pertanian dan kehutanan.
“Karena janji itulah kami kembali ke Pasar Tomohon bulan lalu (pertengahan Agustus) dan menemukan ternyata keadaannya sama saja,” ujar Lola Webber.
Penyebaran penyakit rabies
Perlakuan terhadap binatang yang difilmkan oleh DMFI juga memicu kekhawatiran mengenai kesehatan dan keselamatan masyarakat yang ditujukan untuk melindungi warga dari penyebaran penyakit rabies.
Menurut Lola, seusai membuat dokumentasi di pasar tersebut, semua kru yang terlibat terkena percikan darah dari binatang yang dibunuh.
Hal ini, katanya, menunjukkan betapa gampangnya pengunjung dan turis terinfeksi penyakit seperti rabies.
“Dua orang dari tim kami mengalami sakit keras setelah mengunjungi pasar itu,” ujar Lola, yang ketika dihubungi sedang dalam perjalanan dari Bali ke Jakarta.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI, penyakit rabies dikategorikan endemik di 25 dari 34 propinsi.
Pemerintah menargetkan akan menghilangkan penyakit ini pada tahun 2020.
Namun, kucing dan anjing tak teridentifikasi yang merupakan pembawa penyakit ini secara rutin diangkut lintas-propinsi dan pulau termasuk ke kota-kota besar.
Pergerakan hewan-hewan yang membawa penyakit tersebut ke kota seperti Jakarta menjadi ancaman utama bagi kota itu untuk mempertahankan status bebas rabies.
Menurut Katherine Polak dari Four Paws, selama perdagangan daging kucing dan anjing di Sulawesi Utara terus mendorong penyelundupan lintas-propinsi dan pulau, maka setiap upaya Indonesia meraih status bebas rabies akan selalu gagal.
“Hanya perlu satu jilatan, cakaran atau gigitan dari binatang pembawa penyakit rabies sudah mengharuskan adanya perawatan pencegahan rabies,” jelas Dokter Polak.
Gubernur Dondokambey sebagaimana dikutip detik.com menyatakan orang yang makan daging anjing dan kucing baik-baik saja.
Orang yang menderita sakit asma, katanya, banyak yang makan daging tersebut.
Namun Lola Webber berpendapat, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan Gubernur ini.
“Terlepas dari anggapan bahwa ini merupakan tradisi mereka, faktanya yang terjadi tetaplah penyiksaan binatang,” tegasnya.