Tujuh Kesamaan Pemilu di Indonesia dan India
Sekitar satu miliar warga akan ikut ambil bagian dalam pemiihan umum di India dan Indonesia dalam waktu dekat. Di India, pemilu dimulai 7 April dan berakhir bulan Mei. Di Indonesia, berlangsung 9 April. Ada beberapa faktor yang menunjukkan kesamaan pemilu di kedua negara.
Indonesia tidak jauh tertinggal, negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India dan Amerika serikat, dengan negara demokrasi yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia. Di tahun 2014, ada 187 juta pemilih di Indonesia.
Di Indonesia, setiap partai harus membuat 30 percent daftar calon perempuan. Dengan wanita masih tertinggal di bidang kehidupan lainnya, muncul gejala kroni dalam pendaftaran calon dengan istri, putri atau sanak keluarga lain masuk dalam daftar caleg.
Di India, gerakan anti korupsi ini pada awalnya digerakkan oleh pegiat sosial Anna Hazare, yang sekarang sudah masuk ke dalam ranah politik dengan dibentuknya Partai Aam Aadmi (AAP), atau Partai Warga Biasa.
Di Indonesia, beberapa anggota dari partai utama yang memerintah Partai Demokrat sudah ditahan karena korupsi dalam lima tahun terakhir.
Di Indonesia, eforia demokrasi sudah sedikit menurun sejak dimulai pertama kali tahun 1998 menyusul mundurnya Soeharto setelah 32 tahun berkuasa. Ada 148 partai bertarung di pemilu 1999. Tahun ini hanya 12 yang ikut serta setelah adanya pembatasan peraturan.
Menurut spesialis sosial media Socialbakers yang menganalisa pemilu di India, jumlah partai politik di sosial media sudah mencapai angka jutaan. Dua partai utama BJP memiliki 2,5 juta anggota, Congress 1,8 juta dan AAP 1,6 juta.
Di Indonesia, Jakarta adalah ibukota twitter dunia, dan pengguna Facebook di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Dan kemenangan JOkowi di tahun 2013 sebagai Gubernur Jakarta sebagian besar karena faktor sosial media, hal yang terus berlanjut sampai sekarang dimana dia dicalonkan jadi presiden oleh partainya PDI-P.
Di Indonesia, kepopuleran presiden yang sekarang Susilo Bambang Yudhoyono juga terus menurun, antara lain disebabkan karena dia tidak bisa dicalonkan lagi untuk masa ketiga, dan juga dipandang sebagai pemimpin yang "jauh", terlalu banyak mendelegasikan, dan juga skandal korupsi yang dilakukan oleh anggota partainya.
Bahan-bahan tulisan ini diambil dari Seminar Asia di Universitas La Trobe Melbourne yang diberikan oleh Dr Ian Woolford dan Dr Dirk Tomsa yang berjudul 'When 1.5 Billion People Go to the Polls: Previewing the Indian and Indonesian Elections' which highlighted a few of the comparisons above.