ABC

Kisah Pelecehan Seksual Anak oleh Christian Brothers di Ballarat

Jalan setapak berkerikil di samping kapling Katolik Roma di pemakaman umum Ballarat, Australia, itu begitu sunyi.

Makam yang sudah ada sejak era penambangan emas ini terletak di petak untuk kaum beriman.

Sebuah prasasti marmer di atas petas kongregasi biarawati bertuliskan: “Dalam Doa Amalmu untuk Jiwa Para Suster yang Dirahmati”.

Satu persatu, lembaga-lembaga keagamaan Katolik di kota sekitar dua jam dari Melbourne tersebut diabadikan di atas batu. Tampak nama-nama pastor dan brother yang sudah memudar.

Sedikit ke bagian perbukitan adalah sepetak pemakaman dengan salib putih khas Celtic. Itulah tempat peristirahatan pada ordo Christian Brothers di kota ini.

Makam yang dicat putih tersebut ditulisi dengan sekitar 20 nama. Yang terakhir kali dimakamkan, pada tahun 1987, adalah Brother Gerald Leo Fitzgerald.

A close-up of a white Celtic cross with the words Christian Brothers written across the centre.
Persaudaraan hingga akhir: pemakaman ordo ini di Ballarat ditandai salib putih khas Celtic.

ABC Ballarat: Charlotte King

Anak-anak yang jadi korban pelecehan seksual oleh Brother Fitzgerald khususnya adalah anak laki-laki dengan usia rata-rata delapan tahun.

Selama lebih dari satu dekade, Fitzgerald yang kelahiran Irlandia ini memilih menangani Kelas 3 di St Alipius Boys School di Ballarat Timur.

“Sebagai murid, semua orang menyadari apa yang sedang terjadi, tapi diterima saja,” kata Elroy, mantan murid yang kini berusia 50-an tahun. “Saya pikir memang begitulah hidup ini.”

Elroy mengatakan saat dia memberitahu orangtuanya, mereka langsung menemui kepala sekolah.

Namun kepala sekolah itu, kata Elroy, meyakinkan orangtuanya tak ada yang perlu dikhawatirkan.

“Fitzy hanya tipe pria yang mencintai. Itulah mengapa dia membuat anak Anda membuka celananya dan melakukan latihan pernapasan,” katanya mengutip penjelasan kepala sekolah.

Penganut Katolik yang taat, mereka pun mempercayai penjelasan tersebut.

“Dengan semua perjelasan dan atas dasar instruksi dari klien-klien kami selama ini, (Fitzgerald) itu guru yang sangat kejam,” kata pengacara Elroy, Dr Vivian Waller.

“Dan kekejaman itu cenderung membuat anak-anak selalu mengalah dalam dugaan pelecehan seksual,” jelasnya.

Three graves with white Celtic crosses sitting on white crushed rock.
Makam Brother Gerald Leo Fitzgerald.

ABC Ballarat: Charlotte King

‘Tak ada pencegahan’

Tiga puluh tahun setelah kematian Fitzgerald, Dr Waller mengajukan gugatan ke Mahkamah Agung terhadap Christian Brothers atas tuduhan kelalaian dalam membiarkan Brother Fitzgerald untuk terus mendapat akses kepada anak-anak.

Argumen tersebut akan bergantung pada bukti-bukti dari komisi khusus Royal Commission into Institutional Responses to Child Sexual Abuse yang mengkonfirmasi bahwa pemimpin Christian Brothers sangat menyadari kecenderungan Fitzgerald untuk menyerang anak-anak, namun tidak melakukan tindakan untuk mencegahnya.

Dalam sebuah surat tahun 1950 dari kepala ordo yang membawahi Brother Fitzgerald, pastor ini diperingatkan karena pelanggarannya yang berulang-ulang.

“Saya merasa sudah kewajiban saya untuk mengecam Anda sekeras mungkin atas hal-hal berikut yang telah disampaikan ke saya,” tulis surat tersebut.

“Dengan menyalahi perintah yang diberikan Konsultor, Anda terus berhubungan dengan anak laki-laki … Anda mengizinkan satu atau lebih anak laki-laki memasuki kamar Anda, dan Anda mencium seorang anak laki-laki,” katanya.

Tapi surat itu berakhir tanpa konsekuensi: “Saya percaya bahwa retret tersebut telah menghentikan tindakan tidak wajar dan tidak beragama Anda ini, dan bahwa tidak perlu diambil tindakan lebih jauh.”

Pada 2013, perusahaan asuransi milik Gereja Katolik menulis kepada Christian Brothers menyampaikan bahwa mereka tak akan mendukung tuntutan finansial yang melibatkan Brother Fitzgerald.

Surat tersebut menyatakan keluhan tentang perilakunya yang mencapai “hierarki Christian Brothers tertinggi di Dublin”, dan bahwa meskipun dipertimbangkan, tindakan disipliner “tidak membuahkan hasil”.

Women sitting stares toward into distance, with trees and building in background.
Dr Vivian Waller, pengacara spesialis kasus pelecehan anak-anak oleh lembaga keagamaan.

ABC RN: Jeremy Story Carter

“Hal itu tampaknya diketahui oleh eselon atas organisasi tersebut,” kata Dr Waller.

“Pengetahuan yang seharusnya membuat mereka bertindak menyingkirkan pemangsa dari tanggung jawab mengajar,” tambahnya.

“Kenyataannya justru kebalikannya. Hal itu memilukan jika Anda memikirkan penderitaan yang disebabkan terhadap anak-anak laki-laki dan keluarga mereka,” ujarnya.

Staf sekolah yang pedofil

Brother Fitzgerald tidaklah sendiri.

Dalam salah satu contoh pelecehan lembaga keagamaan paling luar biasa, St Alipius Boys School tempat Fitzgerald mengajar di awal tahun 1970an juga memiliki sejumlah staf yang merupakan pedofil paling ganas di negara bagian Victoria.

Rekan-rekannya, mantan Brother Edward Dowlan (sekarang bernama Ted Bales) dan kepala sekolah Brother Robert Best menua dalam penjara karena melakukan kejahatan seksual terhadap anak-anak sekolah. Begitu pula mantan pendeta sekolah tersebut, Gerald Ridsdale yang terkenal.

Mantan brother lainnya akan menghadapi persidangan pengadilan di Melbourne dengan dituduh melakukan pelanggaran masa lalu pada bulan Februari mendatang.

Ketua Penyelidikan Parlemen Victoria dalam penanganan pelecehan anak di lembaga keagamaan, Georgie Crozier, dalam penyelidikan tahun 2013 menjelaskan “tampaknya satu-satunya orang di sekolah tersebut yang tidak melakukan pelanggaran terhadap anak-anak adalah guru perempuan satu-satunya”.

Hari pertama Elroy di sekolah itu masih teringat jelas.

“Ada badai. Hari itu sangat gelap. Dan para brother ini berjalan dengan jubah hitam dan meneriaki anak-anak,” kenangnya.

Beberapa saat ketika pelajaran sains, Brother Fitzgerald membariskan anak-anak laki-laki itu dalam bentuk lingkaran dengan generator tegangan tinggi.

“Kita semua harus bergandengan tangan dan dia akan menyentuhkan generator listrik ini ke kami dalam lingkaran itu.

Dia menyebutnya kepercayaan. Jika ada yang melepaskannya, Anda akan sangat kesakitan,” katanya.

Wajah Elroy penuh kemarahan.

“Itulah yang saya rasakan sepanjang hidupku – kekerasan akan saya alami jika saya melakukan hal yang salah, keluar dari barisan. Kami sangat ketakutan,” ujarnya.

A red brick building with grey clouds above.
Bekas sekolah St Alipius Boys' School di Ballarat.

ABC Ballarat: Dominic Cansdale

Pertanyaan yang tak terjawab

Jawaban bagaimana atau mengapa realitas ini terjadi terletak pada ordo Christian Brothers sendiri.

Namun, meskipun ada penyelidikan komisi khusus, pertanyaan itu belum terjawab secara meyakinkan.

Pada tahun 2016, pengacara yang membantu penyelidikan tersebut, Stephen Free, secara terbuka menginterogasi Brother Paul Nangle, pejabat Christian Brothers Ballarat saat puncak terjadi pelecehan di tahun 1970an.

“Brother Nangle, Anda sekarang tahu bahwa selama Anda menjadi atasan dari komunitas ini, terjadi pelecehan yang dilakukan secara seksual, cukup berani, di dalam komunitas, yaitu di asrama, dan juga di Sekolah St Alipius dan di Sekolah St Patrick, dan sepertinya dalam bukti Anda, Anda tidak tahu mengenai hal itu,” kata Free.

“Apa penjelasan Anda?” tanyanya. “Menurut Anda mengapa hal itu terjadi?”

Tanggapan Brother Nangle agak misterius.

“Tanggapan terhadap hal itu memiliki banyak sisi,” kata Nangle.

“Saya pikir mungkin formasi psikoseksual para brother dalam spiritualitas kongregasi kami mungkin kurang sempurna, cacat,” jawab Nangle.

Pada masanya, Brother Nangle mengatakan, dia diajarkan bahwa tubuh manusia itu setidaknya sebagian jahat dan perlu dibatasi.

“Kami terbentuk dalam pengertian bahwa dunia, begitu kami menyebutnya, setidaknya berpotensi jahat dan akibatnya kami disingkirkan darinya, kami dipisahkan darinya,” jelas dia.

Sebagai seorang pemuka agama pada 1970-an, katanya, dia menganggap begitu saja bahwa “saudara-saudaraku semua dimotivasi keinginan untuk kesempurnaan spiritual … pada saat itu dalam pikiranku, sama sekali tidak terbayangkan bagiku seorang saudara seiman dapat berperilaku secara menyedihkan.”

Dengan penuh penyangkalan dia menyimpulkan: “Saya mempercayai mereka untuk bersikap penuh tanggung jawab.”

Gambaran kekuasaan dan kontrol

Secara keseluruhan, para brother tersebut mengoperasikan enam sekolah di Keuskupan Katolik Ballarat, namun 61 persen laporan pelecehan seksual terjadi di sekolah St Alipius.

Christian Brothers house
Asrama Christian Brothers pada abad 19 di Ballarat. Ordo ini bermula di Australia dengan segelintir mirgan Irlandia yang bertekad menyediakan pendidikan bagi anak-anak miskin.

Supplied: St Patrick’s College, Ballarat

Pada akhir 1990an, ordo tersebut menugaskan salah satu brother untuk meneliti prevalensi pelecehan anak-anak di lembaga keagamaan tersebut.

Diajukan dalam pemeriksaan komisi khusus, penelitian ini berisi beberapa pengakuan yang tidak disampaikan dalam pemeriksaan.

Dalam bab berjudul The Nature of Child Abuse, penulis laporan internal ini melukiskan gambaran kekuasaan dan kontrol yang menakutkan.

“Kami menjalankan sekolah kami, kami membuat peraturan, kami mengharapkan orang menaatinya. Semuanya sesuai persyaratan kami … Kami menjalankan sistem tertutup yang tidak tunduk pada pemeriksaan publik secara formal,” jelasnya.

“Ini sangat penting, karena dinamika akibatnya secara prinsip menyerupai potensi keluarga incest,” tambahnya.

Penulis laporan internal melanjutkan: “Beberapa individu brother menyalahgunakan posisi mereka dengan menggunakan kekuasaan atas anak-anak dalam bentuk pelecehan emosional, fisik dan seksual.”

Para pengikut ordo direkrut sejak masih remaja yang masih naif akan masa depan mereka.

“Ada sikap yang sangat mengganggu terkait seksualitas dan keintiman di dalam gereja,” tulis Graham English kepada komisi khusus. Dia menjadi seorang brother di tahun 1960 pada usia 15 tahun.

“Dari saat kita masuk … kita dilarang memiliki ‘teman tertentu’. Mereka takut dengan homoseksualitas saya yakin, tapi hal itu tidak dijelaskan,” jelasnya.

“Pengaruh ketakutan terhadap teman-teman tertentu tersebut yaitu bahwa kita dilarang memiliki teman sejati,” katanya.

“Kami tidak memiliki pelajaran tentang keintiman atau persahabatan, begitu juga dorongan untuk ngobrol secara nyata dengan siapa pun,” tambahnya.

Tak dipisahkan dari anak-anak

Mereka yang direkrut semuanya dicekoki dengan gagasan ketaatan.

Graham English misalnya diberitahu, “Ketika meninggal bila itu seorang brother… di peti mati, kamu pasti sukses. Jika itu Graham English, kami pasti akan gagal.”

Seorang brother sampai akhir hayatnya, Gerald Leo Fitzgerald tak pernah gagal dalam ketaatannya; dia dikuburkan bersama saudara seordo.

Yang terakhir dari sekian ratus Christian Brothers yang pindah dari Irlandia ke Ballarat, dia meninggal karena usia di tahun ke-69 kehidupan religiusnya.

Saat dia dikuburkan, petugas komisi khusus telah menyusun grafik dan tabel pelecehan seksual yang dia perbuat.

Tahun, lokasi dan pola pelcehan itu tercantum berdampingan usia rata-rata para korbannya.

Brother Fitzgerald bekerja di panti asuhan St Vincent de Paul sebagai petugas di Pengadilan Anak-Anak.

Selama 20 tahun dia ditugaskan mengawasi orang muda yang dituduh atau dihukum karena melakukan kejahatan.

Selama lebih dari 13 tahun dia mengajar anak-anak SD, kemudian menghabiskan hidupnya di kampus St Patrick’s College.

Tidak sekalipun, selama puluhan tahun kejahatannya terhadap anak-anak, dia dibatasi melakukan kontak dengan mereka.

Kehidupan para brother tetap misteri

Dua puluh dua persen Christian Brothers di seluruh Australia diduga merupakan predator seksual sejak tahun 1950, demikian menurut komisi khusus.

Dari hampir 2.000 tersangka pelaku pelecehan seksual dari kalangan Katolik, persentase tertinggi 32 persen adalah dari para brother itu.

Namun kehidupan mereka tetap menjadi misteri.

Upaya ABC untuk mewawancarai Christian Brothers di seluruh Australia, melalui telepon, email, surat dan langsung mendatangi, diabaikan atau ditolak.

Salah satu detektif pertama yang menyelidiki seorang brother di Victoria adalah Blair Smith, yang pada awal 1990-an menyebabkan hukuman terhadap Edward Dowlan.

Dia menjalankan surat perintah jaminan memeriksa kantor pusat Christian Brothers di Parkville, dan dia meminta berkas terkait Dowlan.

Dia diberitahu, “Tidak ada arsip, kami tidak menyimpan arsip.”

Mantan detektif itu kebingungan.

“Anda pasti memiliki sesuatu,” katanya.

“Kita tidak punya apa-apa,” kata seorang brother kepadanya. “Kami tidak menyimpan arsip mengenai brother Kristiani kami.”

Detektif Smith mengatakan kembali ke kantornya penuh kebingungan.

“Dijalankan seperti organisasi mafia,” katanya. “Organisasi lainnya, pasti memiliki arsip mengenai guru, atau orang lain.”

A black and white newspaper clipping of a group of school boys in 1976.
Murid-murid St Alipius Boys School.

ABC Ballarat: Charlotte King/Ballarat Courier

Mungkin disengaja

Mungkin hal itu dilakukan secara sengaja.

Pejabat senior komisi khusus Gail Furness menyinggung hal ini awal 2107 dalam pidato pembukaannya saat pemeriksaan kasus yang terjadi di lingkungan Gereja Katolik.

Furness mengatakan bahwa pelanggaran seksual terhadap anak-anak di lembaga keagamaan di Australia Barat disebutkan dalam laporan kunjungan dan catatan dari tahun 1919, namun sejak tahun 1959 hal seperti itu tidak lagi dituliskan dalam laporan.

Pengacara Christian Brothers menjelaskan kepada komisi khusus, “Mungkin ada keputusan pada akhir 1950-an untuk tidak mencatat masalah sepeerti ini.”

Komisioner menyimpulkan bahwa Christian Brothers “benar-benar gagal … melindungi anak-anak paling rentan yang ada dalam perawatan mereka”, serta para brother senior, termasuk Paul Nangle, secara sengaja menyesatkan polisi terkait pernyataan mereka tentang apa yang mereka ketahui mengenai pelecehan.

Sejak 2007, pesanan tersebut telah berhenti penyediaan pendidikan secara langsung.

Edmund Rice Education Australia, yang mengambilalih secara hukum, saat ini masih mengoperasikan 50 sekolah di seluruh Australia.

Melawan terus

Elroy tidak pernah menghadiri penyelidikan komisi khusus karena dia tidak menginginkan namanya diketahui secara publik.

Untuk alasan lain, terkait keluarganya sendiri, dia telah menunggu 40 tahun untuk menghadapi Christian Brothers terkait kelalaian mereka.

Hal itu membuatnya semakin bertekad.

“Jika saya akan meneruskan pertarungan ini dengan mereka, saya ingin melakukannya sejauh yang saya bisa,” katanya.

“Hal ini melampaui soal ganti rugi. Saya ingin mengakhiri Christian Brothers sebagai identitas dan sebagai risiko,” ujarnya.

“Perusahaan jahat ini harus dilumpuhkan, di seluruh dunia. Tidak ada anak-anak atau mereka yang rentan yang akan aman saat organisasi korup dan kotor ini masih ada,” kata Elroy.

“Ini benar dan salah, hitam dan putih,” tambahnya.

“Mereka yang mengajarkan kita pengakuan dosa. Masuk dan bertobatlah atas dosa-dosamu. Dan hadapi kesalahan yang telah kamu perbuat dan tuhan akan memaafkanmu. Namun mereka melakukan hal sebaliknya,” ujar Elroy.

Dia menulis puisi untuk mengatasi pelecehan yang dialaminya.

Dalam salah satu sajaknya, Christian Brothers disebutnya sebagai kelompok pemangsa.

You’re worse than the wolves, and I’ll tell you why/ Wolves don’t stand on a high moral ground

They form a pack to protect their children/ Wolves do not show affection for their prey

But you did/ Wolves lead the vulnerable away, and you did/ And the wolves howled my name.

Meskipun demikian, dia merasa kasihan dengan “orang baik di kelompok itu, mereka yang mencoba dan masuk ke sana dengan alasan yang benar dan melakukan hal yang benar”.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.